01 : Semanis Cokelat

Mulai dari awal
                                    

"Mana bagus dengan buatan Ibu?" tanyaku pada Lingga.

Aku menarik kursi di sebelah Mario. Sementara Mas Aga, dia sepertinya masih di dalam sarang kerjanya. Lama-lama aku ingin memindahkan kamar Mas Aga ke ruang kerja, biar aku tidur dengan Lingga saja.

"Bagus buatan Ayah," jawab Lingga yang tangannya mengambil potongan kecil roti bakar. Mario sudah memotongnya menjadi dadu kecil-kecil.

"Senang banget gue dengarnya!" Mario tertawa girang.

Lingga selalu mengatakan hal-hal bagus untuk Mas Aga. Sementara aku dan Mario, selalu kebagian hal-hal jelek. Ini Lingga anakku dan Mas Aga, atau Mas Aga membelah diri jadi Lingga?

Umur Lingga empat tahun, dia sudah masuk Pendidikan Anak Usia Dini. Besok aku tidak ada jadwal kerja, artinya aku yang akan menunggui Lingga di sekolahnya. Sepulang sekolah, kami bisa jalan-jalan seperti biasa, menghabiskan uangku, kalau uang Mas Aga disimpan buat keperluan yang lain.

"Lingga tadi diajarin Ayah apa aja?" aku bertanya sambal membuka mulutku, meminta Lingga menyuapiku.

Tentu saja Lingga anak yang baik dan penurut, dia memasukkan sepotong roti bakar ke dalam mulutku. "Belajar tumbuh-tumbuhan," sahut Lingga lancar. Ya, Lingga sangat lancar berbicara, dia tidak cadel. Ini efek dari Mas Aga yang sering mengajak Lingga bermain di ruang kerja. Bahkan Mas Aga mendengarkan pengumuman presiden sembari mengasuh Lingga.

Mario menjawili tanganku, dia memintaku untuk mendekat padanya. "Lingga lama-lama bisa jadi anak jenius ini," bisik Mario.

"Gue bisa apa?" tanyaku pelan, aku melirik pada Lingga yang tetap asik menyantap roti bakarnya. Dia sedang mencabuti bagian-bagian gosong roti bakar buatan Mario. "Sumber bibitnya aja udah begitu," lanjutku pelan.

Mario terkekeh pelan mendengar ucapanku. Aku dan Mario benar-benar menjaga sikap dan ucapan kami. Lingga sedang dalam masa copy paste, dia memperhatikan sifat, tingkah dan ucapan kami, kemudian menyimpannya di dalam ingatan, terakhir akan diimplementasikannya.

"Lingga sama Om Mario dulu ya. Ibu mau lihat Ayah dulu," tuturku pada Lingga yang hanya menganggukkan kepalanya. "Titip bentar," pesanku pada Mario yang mengacungkan jempolnya.

Menjaga Lingga itu mudah, dia anak yang pengertian. Tahu kapan harus bermain dengan super aktif, kapan diajak belajar dan kapan diajak ribut dengan Si Mario. Di dalam keluarga kami, yang suka menjahili Lingga hanya aku dan Mario.

Aku berjalan menuju ruang kerja, membuka pintunya yang tertutup rapat. Aku kira Mas Aga sedang bekerja atau membaca buku. Ternyata, Mas Aga justru sedang tertidur di sofa bed.

"Sudah deh, kalau begini susah banguninnya."

Aku mendekat pada Mas Aga, tersenyum tipis saat melihat Mas Aga yang hanya menggunakan celana pendek. Bulu kaki Mas Aga sangat gampang sekali untuk aku kuasai. Cara mudah dan ampuh membangunkan Mas Aga hanya ini.

"Maafin Ocha ya Mas," tuturku pelan sembari menarik beberapa helai bulu kaki Mas Aga.

Kaki Mas Aga bergerak, dia menarik kakinya dan mengusap bagian yang bulunya tercabut. Aku tertawa pelan dan tetap melanjutkan kegiatanku. Aku menuju kaki Mas Aga satunya, kembali menarik beberapa helai bulu kaki Mas Aga.

"Aduh!" pekik Mas Aga yang akhirnya membuka mata.

Cepat-cepat aku memasang wajah super cantik. Aku tersenyum manis saat mataku dan Mas Aga berpandangan. Tatapan Mas Aga tajam, itu artinya dia protes dengan caraku membangunkannya.

"Hallo Mas Aganteng," sapaku.

Mas Aga bangun dari posisi tidurannya. Dia duduk di atas sofa bed, tangannya masih sibuk mengusap kakinya. Aku mengambil posisi duduk di sebelah Mas Aga.

Aku tahu Mas Aga pasti kesal, seharusnya hari ini kami family time. Terlebih besok Mas Aga harus dinas ke luar kota. Waktuku dan Mas Aga sekarang justru banyak terbuang karena pekerjaan.

Lingga, dia punya waktu yang cukup denganku. Sementara dengan Mas Aga, ya jika Mas Aga tidak ada kegiatan di hari libur seperti ini. Terkadang, Mas Aga juga ada kegiatan sosial di luar jam kerja.

"Janji, minggu depan nggak ada lagi begini. Hari libur ya libur." Aku mengangkat jariku.

Mas Aga mendekat, dia mengecup pelan dahiku dan kemudian berkata, "Mas selalu nggak bisa buat nggak maafin kamu, Sayang."

Baru saja aku akan memberikan kecupan singkat di pipi Mas Aga, aku sudah mendengar suara berisik dan disusul tangisan Lingga. Apa lagi jika bukan Mario mengganggu Lingga.

 Apa lagi jika bukan Mario mengganggu Lingga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♥♥♥

Jadi, aku tuh nyari cast yang cocok buat Lingga dari tadi. Tapi, nggak nemu-nemu yang cocok. Jujur aja nyarinya cukup susah. Akhirnya aku milih Seo Woo-Jin yang umurnya sekarang 5 tahun. Jika, kalian nggak suka karena terlihat tidak seperti anak 4 tahun, aku minta maaf ya.

Oh iya, ada saran nggak cast buat Ocha sama Aga?
Kemarin sih buat promosi JBDO aku pilih Kim Yoo-Jung sama Lee Jun Ki

Untuk bab berikutnya, 2000 votes dan 1000 komentar ya^^

Untuk bab berikutnya, 2000 votes dan 1000 komentar ya^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jumpalitan Dunia Ocha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang