Bab 23: Pembunuh Bayaran

3 0 0
                                    

Koko dan Firum sedang dalam perjalanannya menuju tempat kediaman si pembunuh bayaran itu tanpa seragam dinas, hanya pakaian sehari-hari mereka. Mereka berdua mengendarai mobil pribadi, itu mobilnya Koko. Koch Dan atau orang-orang biasa memanggilnya Koko, adalah pria berusia 28 tahun, memiliki postur tubuh yang tinggi, dagu yang kuat dan dada yang bidang. Sementara Firum Olsen, adalah wanita berusia 27 tahun, memiliki rambut putih karena pigmen rambutnya sudah berhenti memberikan warnanya, bisa disebut ubanan. Walau sudah ubanan, Firum masih terlihat muda, memiliki postur tubuh sedang, berambut pendek sepanjang leher menjadikan ciri khasnya sebagai polwan, dan memiliki tatapan yang tajam.

"Kenapa aku ikut dalam tugas ini?" keluh Firum. "Kau sendiri juga cukup untuk membawanya."

"Berhentilah mengeluh," jawab Koko. "Malah aku pikir harusnya aku yang bilang begitu, mengingat orang yang kita jemput ini wanita. Kau ini wanita, 'kan?"

Dengan kesal Firum membalas, "Kau membuatku kesal saja. Itulah sebabnya aku benci laki-laki."

"Mungkin aku mengerti kenapa kau masih belum menikah."

"Bacot! Aku masih muda tahu!"

Saat itu, Koko dan Firum sedang melintasi sabana. Sabana yang mengapit kota Carrid, sabana Cropshield. Bisa juga dikatakan sebagai tanah tak bertuan karena hampir tak ada siapa pun yang tinggal di sana kecuali binatang liar, rerumputan dan pepohonan.

Firum berpikir sejenak mengenai tugas yang sedang dia jalani. "Aku benar-benar tidak mengerti keputusannya untuk memanggil pembunuh bayaran. Maksudku, kami sebagai polisi yang melindungi orang memanggil pembunuh yang membunuh orang. Itu lucu 'kan?"

Koko tertawa dengan wajah aneh. Tawanya juga terdengar aneh disengaja. Firum pun merasa jengkel mendengar tawa itu, dia berkata, "Kau tidak punya selera humor."

"Kau bilang tadi itu lucu. Aku tertawa saja, walau itu tidak lucu," jengkel Koko. "Pembunuh bayaran yang kita temui juga tidak memiliki telepon. Bagaimana dia mendapat pesanan kalau begitu?"

"Pembunuh bayaran itu hanya ingin dikunjungi langsung di rumahnya," jawab Firum.

"Apa itu terlalu nekat?"

"Kau pikir berapa orang yang sudah mencoba berbuat tidak-tidak pada pembunuh bayaran itu," kata Firum. "Rumornya, dia sudah banyak sekali mengatasi pembunuh menyamar yang mencoba membunuhnya langsung di rumahnya. Tapi tak ada satu pun yang berhasil."

"Dia pasti pembunuh bayaran yang mengerikan." Koko membayangkan seorang pembunuh bayaran yang mengerikan. Yang ada di pikiran Koko adalah seorang perempuan gemuk mirip gorila menyeramkan dengan memegang senapan laras panjang.

"Dan juga, kami tidak bisa berbuat apa-apa bahkan untuk menangkapnya. Dia memiliki surat izin resmi untuk menjadi pembunuh bayaran."

Koko pun tertawa mendengar itu, menertawai lucunya negara itu. Dia benar-benar tertawa kali itu. "Lucunya negara ini, pembunuh bayaran pun sampai ada surat izinnya. Selanjutnya apa, perbudakan, perampokan, akankah ada surat izinnya?"

"Jangan bercanda yang mengerikan seperti itu," ketus Firum. "Kalau sampai terjadi bagaimana?"

"Baiklah, maaf, aku hanya meringankan suasana." Koko terdiam sejenak sampai dia memikirkan sesuatu. "Nah, apakah pembunuh bayaran ini tinggal sendirian. Maksudku, apa dia perawan, janda, lacur?"

"Kalau statusnya mana aku tahu," jengkel Firum. "Yang pasti dia tinggal sendirian di rumahnya."

Setelah beberapa kilometer Koko dan Firum melewati sabana, hutan dan beberapa kota, akhirnya mereka sampai juga di rumah pembunuh bayaran itu. Mereka berangkat pada pagi hari dan sampai di sana pada siangnya. Rumahnya benar-benar sendiri terletak di tengahnya sabana. Tapi masih ada beberapa pohon yang tumbuh di dekat rumahnya.

Koko dan Firum melihat seorang wanita cantik bertubuh proporsional dengan gaun one piece berwarna putih dan mengenakan topi musim panas berwarna putih pula, sedang bercocok tanam di depan rumahnya. Koko dan Firum pun menghampiri wanita itu.

Saat mereka beberapa jarak mendekatinya, wanita itu pun menyadari kehadiran Koko dan Firum. Wanita itu kemudian berdiri, melambaikan tangannya dengan memberikan senyuman manisnya menyambut kedatangannya. Dia wanita yang manis dan ramah. Rambutnya yang berwarna putih keluar dari dalam topi musim panasnya, panjang sepaha, tertiup angin, dan bercahaya terkena sinar matahari juga menunjukkan keanggunannya.

Wanita itu adalah pembunuh bayaran yang mereka cari. 180 derajat dengan apa yang dipikirkan Koko barusan. Wanita itu menyambut mereka berdua dengan baik dan mempersilakan mereka masuk ke rumahnya.

Bersambung...

Parasit dan Dua Gadis PenyihirWhere stories live. Discover now