Bab 6: Alat Teleportasi

4 2 0
                                    

Dengan jengkel, Medi berkata, "Dari pada itu, lebih baik kau berhati-hati lagi. Setidaknya aku tidak ingin mendengar kabar kematian lagi hari ini darimu."

"Dengar itu, Pio," kata Isla.

"Aku bicara padamu," jengkel Medi pada Isla.

Pio tersenyum pada mereka berdua. "Mungkin Pio juga harus berhati-hati lagi merapal sihir wind cutter."

Medi kemudian beranjak meninggalkan tempat itu. Buku yang Isla pegang tiba-tiba terbang dengan sendirinya menuju Medi, dan Medi pun menangkapnya dengan tangan kanannya lalu mendekapnya. "Baiklah, aku pergi dulu."

"Itu buku atau mjolnir?" batin Isla. "Kenapa aku yang disalahkan? Tapi benar juga sih, kepala Pio meledak karena salahku. Tapi sebelum itu 'kan bukan salahku!" Isla pun mencoba menjelaskan pada Medi, "Begini ya, Medi, sebelum kepalanya meledak, dia mengalami luka parah yang disebabkan bukan olehku. Setidaknya yang itu bukan salahku."

Medi masih berjalan menjauh sembari membalas pernyataan Isla, "Pada akhirnya kepalanya meledak karena ulahmu, benar?"

Isla pun memelankan suaranya. "Yang itu sih aku juga tidak bisa beralibi." Isla tiba-tiba teringat sesuatu. "Oh ya, sebelum kau pulang, ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu." Isla mencabut pisau itu.

Medi lalu berhenti berjalan, tanpa membalikkan badannya dia berkata, "Lelah dengan semua hutangmu padaku, sekarang kau mau mencoba membunuhku?"

Apa yang dikatakan Medi itu membuat Pio dan Viel terkaget. Dengan memeluk satu sama lain, Pio dan Viel sontak melihat ke arah Isla dan Medi untuk memastikan keadaannya. Viel berkata, "Sudah aku duga. Jadi Isla adalah psikopat? Medi, berhati-hatilah!"

Pio ikutan takut. "Isla ketupat?"

Dengan masih ketakutan Viel berkata dengan sedikit jengkel, "Psikopat, Pio."

Isla dengan paniknya mencoba menjelaskan kesalahpahaman itu sembari masih memegang pisau itu. "Tidak, tidak, ini bukan seperti yang kalian duga. Dan Viel, bukannya aku sudah menjelaskan padamu sebelumnya mengenai pisau ini?"

Medi dan Viel memberikan reaksi bersamaan namun berbeda. Viel menengok ke atas berusaha mengingat kembali. "Oh ya, yang itu?" Sementara Medi membalikkan badannya untuk menghadap Isla dan kaget seolah baru tahu Isla sedang memegang benda itu. "Pisau?!"

"Apa-apaan reaksi kalian?" batin Isla.

Medi lalu dengan tenangnya berkata pada Isla, "Baiklah, kau punya 30 detik untuk menjawabnya."

"Kuis berhadiah?" batin Isla.

Viel menjelaskan fungsi pisau yang Isla pegang saat itu, "Itu pisau yang bisa membelah ruang antar ruang, atau lebih singkatnya portal antar tempat, gawai untuk menuju tempat yang diinginkan dengan sesaat."

"Padahal ingin bilang." batin Isla.

Medi pun berkata, "Harusnya pertanyaan ini aku tuju pada Isla. Tapi berhubung Pio yang menjawabnya, dua jutanya jadi milik Pio."

"Beneran kuis berhadiah?" batin Isla.

"Salah nama lagi?" batin Viel.

"Kau ikutan menggunakan batin?" batin Isla.

"Kau bisa membaca batin?" batin Viel.

Isla mengeluh pada Medi, "Kau ini kejam, Medi, pergi begitu saja tanpa memberiku kesempatan menjelaskan. Aku bisa memulangkanmu cepat dengan alat ini, lihat saja." Isla lalu menusuk angin di sekitarnya dengan pisau itu. Dia seolah menusuk angin itu berusaha membelah sesuatu di sana, tapi tidak ada yang terjadi. Isla berulang-ulang menusukkan pisau itu mencobanya berkali-kali, atau lebih tepatnya dia tidak berhasil dengan apa yang dia harapkan dan terus mengulanginya sampai dia berhasil. Tapi tetap tidak berhasil.

Medi pun melanjutkan langkahnya untuk pulang. "Baiklah, semoga beruntung."

Isla mencoba menghentikan Medi dengan memanggilnya lagi, "Tunggu sebentar, pasti ada sedikit kesalahan di sini, aku-" Isla memperhatikan gagang pisau itu. Terdapat seperti monitor yang mati di gagang itu. Dan saat itu Isla menyadari sesuatu, dia berteriak, "Aku lupa mengisi ulang baterainya!"

Medi pulang dengan berjalan kaki. Tapi saat disadari, dia sudah tiba-tiba menghilang dari sana.

"Dia ke mana?" heran Isla.

Bersambung...

Parasit dan Dua Gadis PenyihirWhere stories live. Discover now