Bab 5: Dual Casting

3 2 0
                                    

Dual casting adalah suatu teknik sihir langka yang jarang dimiliki penyihir, bahkan untuk penyihir terkuat sekalipun. Dual casting hanya sebatas teknik, untuk pendekatannya masih ada lagi.

Medi adalah salah satu penyihir yang menguasai teknik dual casting. Dengan teknik itu, Medi mampu menghidupkan kembali makhluk hidup yang sudah mati.

Medi, dia sudah berumur kepala tiga. Tapi jika dilihat dari penampilan, dia seperti masih 12 tahun, tinggi dan berat badannya hampir sama dengan Pio dan Viel.

Medi mengepalkan kedua tangan kecilnya dan mendekatkannya antar kiri dan kanan di mana bagian punggung tangannya menghadap bawah. Di antara kedua tangannya tercipta seperti cahaya hitam yang mana itu adalah sihir penyembuhannya. Itulah alasan mengapa sihir itu disebut black light, bohlam *****.

Setelah Medi menciptakan sihirnya, dia lalu membuka kepalannya dan mengarahkan sihir itu kepada Pio. Setelah itu, aura-aura penyembuhan berwarna hitam terlihat dan beterbangan di sekitar mayat Pio. Tidak lagi, bukan mayat Pio lagi sebutannya, tapi tubuh Pio. Tubuh Pio kembali seperti semula setelah beberapa detik. Bagian-bagian tubuh Pio yang terpisah pada kepala seperti darah, pecahan tulang dan kulit menyatu kembali ke tubuh asalnya.

Beberapa detik kemudian, aura penyembuhan itu hilang dan Pio perlahan membukakan matanya. Di sampingnya sudah ada Viel yang menanti, dia langsung menangis dan memeluk Pio. "Hah, syukurlah, kau baik-baik saja, Pio!"

Semuanya pun merasa lega, termasuk Isla. "Nah. Syukurlah semuanya kembali seperti semula."

Medi lalu melihat Pio untuk memastikan kondisinya, dia benar-benar sudah sembuh. Pio saat itu sedang berpelukan dengan Viel.

"Pio barusan mengalami mimpi yang aneh," kata Pio. "Pio merasa Pio bisa melihat tubuh Pio dari atas. Pio merasa Pio melayang."

Viel pun melepaskan pelukannya. "Melayang, maksudmu?"

Isla menjelaskan, "Meraga sukma, dia sedang berbicara pengalamannya saat dia hanya sebagai roh dan mencoba melayang menuju Kirim."

"Menuju Kirim?" Viel cukup mengerti dengan penjelasan Isla. "Alam setelah kematian."

Pio melanjutkan ceritanya, "Pio merasa Pio semakin menjauh dari tubuh Pio. Itu mimpi yang aneh, dan menyedihkan. Pio juga melihat..." Pio tiba-tiba kaget. "Tubuh Pio tanpa kepala!" Pio pun meneteskan air matanya. Pio benar-benar melihat tubuhnya yang mana kepalanya itu hancur dengan darah yang tercecer di sekitar. Tentu itu menjadi pemandangan yang menakutkan, apalagi bagi gadis sepolos Pio.

Viel mengerti dan kembali memeluknya. "Tidak apa-apa, Pio, itu pasti mimpi buruk yang sangat mengerikan. Kau sekarang aman." Air mata Viel pun ikut menetes kembali. Viel terlihat tergetar-getar tubuhnya karena isak tangisnya.

Medi bertanya pada Isla, "Kau tidak ikutan?"

Isla menjawab, "Berpelukan? Ini pertama kalinya Pio meninggal dan pertama kalinya juga dihidupkan kembali. Begitu juga dengan Viel, ini pertama kalinya dia melihat kakaknya yang meninggal dengan sangat mengerikan."

"Kau sudah terbiasa dengan ini."

"Kau tahu itu. Tapi melihat mereka yang bersedih, membuatku turut bersedih juga."

"Kau benar."

"Aku juga sepertinya sudah keterlaluan."

Setelah itu, Isla pun meminta maaf atas kejadian yang terjadi pada Pio. Mendengar Isla yang meminta maaf membuat Viel sangat senang. Viel tersenyum senang setelah itu, memberitahu bahwa dia baik-baik saja. Isla pun mengusap kepala Pio dan Viel dengan lembutnya.

Ibarat dunia itu adalah tempat sementara maka Kirim adalah tempat di mana mereka tuju selanjutnya, melalui kematian. Namun filosofi seperti itu seakan kadaluwarsa di saat terdapat sihir mengerikan seperti yang Medi miliki. Jika seseorang meninggal, tinggal hidupkan lagi saja, seolah itu hal yang biasa. Dengan filosofi baru itu, Isla menjadi tidak takut lagi akan kematian, dia melihat kematian Pio yang mengerikan itu layaknya kejadian yang tidak terlalu buruk.

Tapi, Isla melewatkan sesuatu dan tak mengingatnya.

Pio dan Viel kemudian melepaskan pelukannya. Viel kemudian berkata, "Medi, terima kasih banyak. Aku tidak menyangka kau menguasai teknik dual casting."

"Ya, sama-sama," jawab Medi.

"Apakah kau ini naga?"

"Naga?" heran Medi. "Tidak, aku bukan naga. Lagi pula, mereka sudah lama punah." Medi memalingkan pandangannya.

Pio teringat mengenai sihir dual casting yang bisa dikuasai dengan mudah oleh beberapa entitas. Dia mencoba menebak, "Medi adalah angne?"

"Aku juga bukan angne," kata Medi.

Kemudian Isla berkata dengan percaya diri, "Medi adalah damten!"

Pio dan Viel pun kaget sembari melihat Medi dengan tatapan kebingungan, dan sedikit ketakutan yang mereka pancarkan.

"Mana ada," jengkel Medi.

Bersambung...

Parasit dan Dua Gadis PenyihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang