Chapter 5

3.2K 304 15
                                    

Seorang gadis tengah duduk terdiam dengan mata yang terfokus pada layar laptop dan telinga yang terpasang dengan rapi dengan kedua earphone. Sejak bangun semalam dia tidak mengantuk lagi sehingga lebih memilih menonton drama korea yang berada di laptopnya.

Mata yang membengkak dan hidung yang memerah berhasil meghiasi wajah cantik gadis itu, bahkan suara isak tangis sejak tadi tidak berhenti. Sangat salah sekali dia memilih menonton drama yang menguras air matanya, kepalanya sudah sangat pusing karena tidak berhenti menangis.

Dia mengalihkan perhatiannya pada jam yang berada di tangannya dan alangkah terkejutnya dia saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB, dia langsung mematikan laptopnya dan bergegas untuk mandi karena dia harus melakukan penerbangan nantinya.

Gadis itu turun ke bawah dan berjalan ke arah dapur, dia bisa melihat keluarganya yang sudah lengkap di meja makan. "Pagi semuanya," sapa Queen dengan perasaan yang bahagia.

"Pagi juga sayang," balas mereka dengan serempak.

"Mata lu kenapa, dek?" tanya Rangga saat menyadari mata Queen yang membengkak membuat semua perhatian tertuju padanya

Queen melirik Rangga sekilas lalu kembali fokus pada rotinya. "Habis ngedrakor," jawabnya.

"Lu ga tidur lagi?" Rangga kembali bertanya dan mendapat gelengan dari Queen.

Ketiganya memberikan tatapan horor pada Queen, namun gadis itu malah terlihat biasa saja seakan tidak takut dengan tatapan yang diberikan ketiga saudara laki-lakinya itu. Mereka kembali melanjutkan makan dan memilih memaklumi Queen.

Queen tersentak kaget saat melihat kedatangan seorang laki-laki yang duduk di sebelahnya, tatapan sinis berhasil dikeluarkan Queen pada laki-laki yang merupakan sahabatnya. "Lu buat gua kaget tau ga? Untung aja gua ga ada riwayat penyakit jantung jadi ga langsung mati kalau lu kagetin kayak gini," ucap Queen.

Verrel hanya terkekeh mendengarnya, tangan kekarnya mengusap kepala Queen dengan lembut membuat si empunya mendengus kesal.

"Ngapain lu?" tanya Revan. Pasalnya yang kaget mereka semua bukan hanya Queen, kedatangan Verrel terlalu tiba-tiba tanpa sebuah sapaan atau pemberitahuan.

"Mau ikut anter Varren," jawab Verrel. Mereka mengangguk paham.

"Kamu ga makan Rel?" Bella bertanya karena Verrel hanya dudul sambil mengamati sekitar.

"Verrel tadi sudah makan dari rumah tante," Verrel tersenyum tipis.

"Kalau kamu laper langsung makan aja jangan malu-malu." Verrel terkekeh, bahkan dirinya sudah mempunyai rasa malu di rumah itu sehingga bebas melakukan apa yang dia mau.

Lelaki itu mengganggukan kepalanya. "Iya tante."

Suara decitan kursi membuat semua tatapan beralih kepada Queen, gadis itu berdiri dari kursinya karena sudah menyelesaikan sarapannya. "Queen udah selesai." Dia berlalu dari sana dan menuju ruang tamu.

Melihat kepergian Queen, Verrel memilih untuk mengikutinya. "Lu masih marah sama gua?" Pertanyaan yang mampu membuat kening Queen berkerut dengan sempurna.

Tentang kejadian semalem," lanjut Verrel seakan tahu apa isi kepala Queen.

"Tenang aja, gua ga marah kok cuma karena kejadian semalem. Hak gua buat marah sama lu apaan coba? Lu mau ketemu sama siapa saja bukan urusan gua ya, kan?" Queen tersenyum namun berbeda dengan Verrel yang hanya diam menatap gadis itu dengan ekspresi yang sulit terbaca.

Queen memainkan ponselnya bertukar chat bersama ketiga sahabatnya yang sudah ribut di grup. "Oh iya, lu ngapain repot-repot ngaterin gua? Gua cuma ke rumah Arla doang jadi gua ga mau ngerepotin lu," ucap Queen karena sejak tadi Verrel masih saja diam.

The Cold Brothers [ON GOING]Where stories live. Discover now