Chapter 6

3K 305 6
                                    

Suara deru motor terdengar sangat nyaring di jalanan yang begitu sepi, begitu banyak motor yang berada di sana karena sebentar lagi mereka akan melakukan balapan. Bahkan sejak tadi seorang laki-laki hanya memperhatikan sekelilingnya yang ramai akan teman dan musuhnya.

Tidak heran jika laki-laki itu memimpin sebuah geng motor besar yang bernama Carcharoth, tidak tau apa yang membuatnya ingin mempin sebuah geng motor yang seharusnya dia sibuk dengan kegiatan belajar di sekolah.

Raut wajah Rangga terlihat sangat malas, dia tidak ingin datang namun karena musuhnya menantangnya secara langsung maka mau tidak mau dia harus menerima tantangan itu. Berharap akan segera berakhir dan bisa membuatnya tidur dengan nyaman di atas kasur.

"Gua aja yang gantiin lu Ga." Raga menawarkan diri ketika melihat wajah saudara kembarnya yang sangat tidak bersemangat.

"Gua aja," balas Rangga.

"Ga usah lu ladenin mereka, biarin aja yang ada nanti tambah jadi." Arvin yang merupakan teman Revan sekaligus mantan anggota Carcharoth memberi saran.

"Bener tuh pak ketua, ga usah diladenin. Dari dulu gitu mulu ga ada jeranya," sahut Jordan salah satu anggota Carcharoth.

"Takut kalah sampe nyuruh ketua sendiri mundur?" Seorang laki-laki datang dengan tatapan meremehkan mereka.

"Kebalik, bukannya lu yang takut kalah?" Revan maju selangkah mendekati laki-laki itu.

Terlihat jelas laki-laki yang bernama Andi itu tersenyum miring. "Kali ini gua yang bakal menang dari adek lu."

"Taruhannya?" tanya Revan.

"Kalau Rangga menang, gua bakal kasih Rangga mobil baru gua. Tapi kalau gua yang menang lu harus ngasih adek lu buat gua, gua denger-denger kan lu ada adek cewek. Setuju?" Andi menatap mereka dengan serius.

Tangan ketiga laki-laki itu terkepal dengan sangat sempurna, bagaimana bisa mereka akan menjadikan adik mereka sebagai bahan taruhan. Bukan karena takut kalah namun Queen bukanlah barang yang harus dipertaruhkan.

"Adek gua bukan barang yang harus dijadiin bahan taruhan." Rangga menatap Andi dengan begitu tajam.

"Takut kalah lu?" Sebuah senyum miring terlihat sangat jelas di bibir Andi.

"Gua ga pernah takut sama lu, mending gua mundur kalau yang dijadiin taruhan adek gua," ucap Rangga.

Keteganggan terjadi, Rangga yang menatap Andi dengan tajam dan Andi yang menatap Rangga dengan remeh. Tangan Rangga sudah sangat gatal untuk memukul wajah laki-laki yang berada dihadapannya, dia sangat muak dengan Andi yang sangat ingin membuat adik perempuannya menjadi bahan taruhan.

Getaran di saku Raga membuat lelaki itu menjauh untuk melihat siapa yang menelponnya di tengah malam seperti ini, keningnya bekerut saat melihat siapa yang menelponnya.

"Queen? Kenapa? Belum tidur?" Raga bertanya dengan kening yang mengerut.

"Belum, kangen sama kalian jadi ga bisa tidur," jawab Queen dari seberang telepon.

"Salah sendiri milih pergi ga ngajak kita," ucap Raga yang membuat suara kekehan Queen terdengar.

Helaan napas bisa Raga dengar, gadis itu berusaha untuk menormalkan napasnya membuat dahi Raga semakin mengerut. "Lagi dimana? Rame banget kayaknya, balapan ya?" tebak Queen yang dibalas Raga dengan anggukan kepala.

The Cold Brothers [ON GOING]Where stories live. Discover now