12.

1.2K 220 24
                                    

Andai saja aku masih punya
Kesempatan kedua
Pasti akan kuhapuskan lukamu
Menjagamu memberimu
Segenap cinta
~
Tangga – Kesempatan Kedua

***

Apa yang dikatakan Rama saat di parkiran memang benar. Ketika Ariel mencari kedua sahabatnya di beberapa kelas sepuluh IPA, dia menemukan Danu dan Reza tengah melakukan penjarahan pulpen. Kebiasaan mendarah daging yang sayangnya tak membuat kapok para siswa-siswi pelupa. Sudah pasti pulpen mereka akan hilang kalau tidak disimpan dengan baik, tetapi buktinya, Danu dan Reza selalu mendapat benda tersebut dengan jumlah banyak.

Ariel hanya melongok, sama sekali tidak menyapa dua sahabatnya. Dia memilih pergi ke kelas sendiri untuk mengambil pakaian adat yang sebelumnya disimpan Ariel. Gerakannya terlalu buru-buru. Di pikiran Ariel hanya ada sedikit kekhawatiran kalau saja Rama kelamaan menunggu, tapi ... untuk sekejap saja, gerakan tangannya yang baru memasukkan pakaian adat ke tas punggung terhenti.

Khawatir? Ariel tak mau pemikiran itu mendarah daging dan semakin alot untuknya ke Rama. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Ariel untuk cowok itu.

Selesai dengan pakaian adat, Ariel langsung keluar kelas dengan langkah cepat. Dia bahkan tak berniat menyapa dua sahabatnya sebelum pergi ke parkiran.

Rasa buru-buru Ariel menyurut cepat ketika melihat parkiran SMA Azzar kosong. Hanya ada sisa beberapa motor termasuk milik Danu, Reza, dan Rama. Selain itu, Ariel tak melihat adanya batang hidung seseorang.

"Ram??" Ariel mendekati motor Rama dan menaruh tas punggungnya ke atas jok. "Mana sih dia? Rama!!"

Tidak ada jawaban sekali pun. Ariel lantas mengeluarkan ponsel dan mengecek apakah ada kabar dari Rama yang menyuruhnya menunggu karena cowok itu kebelet kencing? Tetapi kenyataannya tidak. Harus Ariel yang kerepotan menanyakan keberadaan Rama melalui pesan di sosial media.

Ya, hanya itu yang bisa Ariel lakukan karena mereka memang tak saling menyimpan nomor. Sebelumnya Ariel merasa nyaman, tapi belakangan, dirinya kelimpungan karena tidak memiliki nomor utama Rama.

Lo bisa pulang sama Danu dulu?

Kening Ariel mengernyit, matanya juga menyipit ketika membaca balasan Rama di pesan media sosial. Sekali lagi Ariel menoleh ke kanan dan kiri, masih tidak ada siapa-siapa, jadi ke mana cowok berjaket hitam itu pergi?

Dengan hati bimbang Ariel mendecak. Harusnya tadi dia menyapa Danu dan Reza, kalau sudah begini, Ariel harus masuk lagi ke sekolah dan mencari dua sahabatnya. Ariel pikir Rama memang cowok yang membuatnya susah sejak awal. Bener-bener ....

"Danu!! Eja!!" teriak Ariel dengan rasa kesal menggunung, sekarang dia masuk ke sekolah lagi, mencari dua sahabatnya.

***

Tidak ada balasan di pesan online sosial medianya. Rama memasukkan ponsel ke saku celana sebelum melirik ke lelaki di samping. Sejak ia menyetujui untuk diajak jalan-jalan menaiki mobil kantor, Rama sudah dibawa mengelilingi kota dengan obrolan-obrolan ringan yang belum sampai ke intinya.

"Teman dekat?" tanya lelaki di samping Rama yang sepertinya meneliti kegiatan membalas pesan cowok itu. Pandangan beliau lurus menikmati jalanan macet di depan. Seragamnya kelihatan masih rapi meski dibuat duduk sekali pun tak kentara kalau lusuh.

"Kekasih maksud Bapak?" tanya Rama balik.

"Iya. Bukannya kamu sudah besar?" Seulas senyum terbit di wajah lelaki itu.

"Bukan, Ariel saudara Rama."

Senyum Bapak yang tadi masih terulas kini menghilang perlahan. "Dia bukan saudaramu."

Ruang Rindu ArielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang