6.

1.6K 271 28
                                    

Kan selalu
Ku rasa hadirmu
Antara ada dan tiada
~
Utopia – Antara Ada dan Tiada

***

Kaca spion motor Rama diarahkan ke wajah Ariel yang sudah pasti sedang ngambek. Rama pikir, semua baik saja saat ia meninggalkan cewek itu bersama kedua orang tuanya di lantai bawah, tetapi petaka yang biasanya memang muncul setiap Ariel menginjakkan kaki ke rumahnya, kembali datang dan membuat mood cewek itu rusak.

Selama perjalanan dari rumah Rama ke Ariel, mereka tidak saling bicara karna aksi ngambek Ariel sendiri. Rama hanya berharap motornya tetap di jalur lambat karna memang ia tak mau buru-buru, tetapi Ariel ....

"Bisa 'kan lo bawa motor kencengan dikit?!" bentak Ariel dari belakang. Pada akhirnya membuka sesi obrolan meski tak enak didengar pada awalnya.

"Bisa."

"Yaudah cepetan!"

"Tapi gue nggak mau," gumam Rama dari balik helm fullface.

Tangan kiri Rama melepas stang motor, mencari keberadaan tangan Ariel yang selalu berada di belakangnya, bersedekap.

"Ngapain lo?!" tanya Ariel galak, enggan memberikan tangannya ke Rama.

"Sebentar aja."

"Nggak! Omongan lo soal sebentar aja itu punya arti lebih dari lima menit!"

Senyum Rama terbit. Omelan barusan membuat ide untuk tidak membawa Ariel langsung pulang ke rumah, terbit di kepala.

Gas ditancap lebih dalam membuat Ariel sedikit terhuyung ke belakang karna dia tak berpegangan pada apa pun. Tetapi sedikitnya dia merasa lega Rama mau menancapkan gas lebih kencang dari pada sebelumnya. Ariel berharap bisa sampai lebih cepat ke rumah dibanding harus berlama-lama dengan Rama di atas motor. Lagi pula, Ariel lapar. Sebenarnya ajakan Eliani tadi bisa dipertimbangkan kalau tidak ada debat di antara mereka. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Ariel juga malas menyesalinya.

Motor membelok ke sebuah jalan dengan penuh lampion dan poster dipasang di kanan-kiri jalan.

Ariel lantas memicing. Dia baru sadar kalau jalan ke rumahnya adalah lurus, bukan belok ke sebuah jalan yang setau Ariel menuju ke sebuah kafe ice cream kesukaan remaja.

"Rama!!" bentak Ariel memukul bahu kanan cowok itu. Dia enggan diajak Rama main, yang dimau Ariel hanya lah pulang.

"Laper, 'kan?" tanya Rama singkat.

"Gue cuma mau pulang bukannya makan! Puter balik sekarang atau gue lompat!"

Namun, kalimat Ariel terlambat untuk diucapkan karna motor sudah berhenti di depan kafe ice cream. Tidak ada pilihan untuk Ariel turun dari motor dan melepas helm cepat. Bukannya masuk ke kafe, Ariel memilih jalan menjauhi motor Rama yang berarti kembali ke jalanan penuh lampion tadi.

"Ariel! Ariel!!" panggil Rama tak digubris.

"Ariel!!"

"Dasar gila! Gue cuma mau pulang bukannya makan es krim! Kenapa sih dia selalu buat emosi gue naik ke ubun-ubun?!" gumam Ariel pada diri sendiri sambil melangkah menjauh.

Ariel menoleh kanan-kiri ketika ingin menyeberang, tapi baru selangkah dia masuk ke jalan raya, tangan Ariel ditarik oleh cowok yang puluhan kali dia katai gila.

"Lepas! Lo apa-apaan, sih?!" bentak Ariel mencari ribut di pinggir jalan.

"Lo laper, kita makan dulu."

Ariel maju selangkah. "Heh, mau gue laper, gue busung lapar, gue dehidrasi sekali pun. Semuanya bukan urusan lo. Jadi nggak usah sok pahlawan dan bawa gue ke kafe es krim! Paham?"

Ruang Rindu ArielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang