2.

2.4K 338 34
                                    

Ampuni aku yang telah memasuki kehidupan kalian
Mencoba mencari celah dalam hatimu
-
Chrisye, Seperti Yang Kau Minta

***

Ruang UKS hanya dijaga oleh satu siswi bertugas. Dengan kemampuan yang didapat dari kegiatan MPR sekolah, siswi bernama Erni begitu piawai mengobati Ariel.

Sesaat Erni terkejut melihat bagian pinggang kiri sampai dengan paha Ariel sedikit bengkak dan memerah, tanda memar baru.

"Riel, gue takutnya lo patah tulang," bisik Erni kembali menutup bagian yang dilihatnya tadi.

"Jangan mikir aneh-aneh, mending terusin lagi kompresannya. Gue ngantuk."

"Lo mau tidur sekarang?"

Ariel mengangguk. Ketika es yang dibalut handuk tipis sebagai alat mengompres hinggap di kulit pinggang Ariel, dia mengernyit. Rasanya aneh, perpaduan sakit dan dingin. Lalu ketika Ariel berniat memejam sebentar, seseorang tiba-tiba masuk ke UKS, langsung ke bilik ranjang Ariel.

"Biar gue."

"Eh?" Erni terbengong begitu tubuhnya digeser oleh cowok berjaket hijau. Ia melirik siapa cowok itu dan langsung ciut di tempat. "Ta-tapi Ariel 'kan cew—"

Tatapan tajam Rama membuat Erni terdiam.

Kak Rama ternyata ganteng .... Kedua tangan Erni gemetar memegang balutan es batu.

Ariel berdecak, duduk di pinggiran ranjang UKS sambil menahan malu luar biasa. Bisa-bisanya Rama masuk ke UKS, bahkan ketika Ariel sedang dikompres Erni. Please ... kondisinya terbuka saat ini. Seragam yang menyingkap, rok abu yang melorot. Ariel harus menutup semua itu dengan hati panas.

"Er, gue balik kelas dulu." Ariel turun dari ranjang dan mengambil tas, membuat Erni bengong.

Namun, langkah Ariel terpaksa berhenti karna Rama mencegahnya. Lelaki itu bahkan mendorong Erni keluar dari bilik tersebut, dan menutup korden secara kasar.

"Apa sih mau lo?!" desis Ariel melepas paksa cekalan Rama.

"Duduk."

"Lo nggak denger gue mau balik kelas?!"

"Duduk."

Sekali lagi, Ariel menepis cekalan Rama. "Minggir! Jangan buat memar di pinggang gue pindah ke kepala!"

Rama tak lagi melempar perintah, tapi sekarang tangannya yang bicara. Ia memaksa Ariel duduk sampai cewek itu mengernyit sakit.

"Erni—"

Belum selesai Rama bicara, tangan gemetar Erni sudah muncul dari celah korden, menyodorkan alat pengompres yang langsung diambil Rama.

"Dasar gila! Gue nggak mau lo sentuh!" Ariel menepis tangan Rama yang berniat mengompresnya.

"Kenapa lo telat?" tanya Rama tak peduli pada setiap penolakan Ariel, ia tetap berusaha mengompres pinggang cewek itu.

"Bukan urusan lo."

Sebuah senyum miring terlihat. Setelah hilang kesabaran karna Ariel terus mencegahnya, Rama mencengkeram lengan cewek itu dan menyibak seragam Ariel, sampai dengan menurunkan rok abunya.

Rasa malu Ariel sampai tak bisa digambarkan lagi. Wajahnya memerah seperti tomat rebus. Dengan kedua tangan ditahan Rama menggunakan satu tangan saja, sementara tangan lainnya mengompres pinggang Ariel. Di posisi itu Ariel seperti ingin menangis.

"Berhenti ngompres gue," desis Ariel mulai gemetaran.

"Hm?"

"Berhenti. Ngompres. Gue!" tajam Ariel kemudian.

Ruang Rindu ArielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang