4.

2K 267 46
                                    

Bila cinta tak menyatukan kita
Bila kita tak mungkin bersama
Ijinkan aku tetap menyayangimu
~
Iwan Fals - Ijinkan Aku Menyayangimu

***

Taman bunga yang mirip seperti alun-alun jadi tempat pemberhentian Ariel dan cowok yang memboncenginya. Mesin motor dimatikan. Ariel segera turun dari boncengan lalu melepas helm dengan sedikit tergesa, membuat cowok yang memboncenginya melirik. Cowok itu juga baru mau melepas helm meski masih berada di atas motor.

"Gue hutang nyawa sama lo, jadi gue terima soal delapan bulan itu," ucap Ariel cepat, sama sekali tak berpikir soal apa itu waktu yang tepat untuk bicara.

Rama mengernyit setelah helm fullface lepas dari kepalanya. Ia lalu turun dari motor, menyusul Ariel yang sudah berjalan menjauh karna kelihatan tak betah untuk berada di dekat Rama.

Setelah berhasil mengejar, Rama memasukkan kedua tangan ke saku celana. Ia melirik Ariel yang berada di sampingnya. Kening wanita itu mengernyit dalam.

"Tapi ada satu syarat," ucap Ariel setelah mengingat.

"Apa?"

"Gue bakalan terima semua perhatian dari lo selama delapan bulan, tapi gue nggak mau selama itu lo buat gue jatuh cinta." Tubuh Ariel menegang ketika mengucapkan itu, apalagi begitu menoleh dia melihat Rama tersenyum tipis. Ketegangannya makin menjadi.

"Kalo gue mau?" tantang Rama lebih santai.

"Lo nggaj sinting 'kan, Ram?" Ariel mendengkus tak habis pikir, lalu semakin mempercepat langkah dan meninggalkan Rama di belakang.

Bukan maksud Ariel ingin memancing perihal jatuh cinta, tetapi dia tak mau sesuatu yang harusnya dibenci, berubah untuk disayangi.

Melihat Ariel menghindar, Rama kembali mengejar. Lagi-lagi ia melihat wajah Ariel begitu suntuk. Mungkin memang Ariel hanya punya satu ekspresi ketika menghadapi Rama. Selalu cemberut, tetapi cantik. Itu juga menurut Rama.

"Gue salah buat lo jatuh cinta?" gumam Rama membuat Ariel menoleh. Sudah jelas ia tahu Ariel akan mengumpat, tapi cewek itu menahan.

"Selama sekolah lo belajar biologi, 'kan? Ngerti apa itu incest? Lo sinting, hah?"

Rama menggeleng singkat. "Lupain. Jadi mulai besok kita berangkat berdua."

Sekali lagi, Ariel tak habis pikir pada apa yang keluar dari mulut Rama. Cewek itu kembali mempercepat langkah meninggalkan Rama lagi untuk berhenti ke sebuah kedai pinggir alun-alun. Judul dari kedai tersebut merupakan Angkringan Enduls. Beberapa gorengan hangat dan aneka nasi bungkus dipamerkan membuat Ariel langsung mengambil duduk di salah satu kursi.

"Pak! Es teh satu!" pesan Ariel pada bapak penjual angkringan.

Rama yang melihat kelakuan Ariel dari jarak lumayan jauh hanya tersenyum tipis, lalu pergi menyusul cewek itu.

Untuk pertama kali Rama bisa berduaan dengan Ariel yang selalu menolak keberadaannya. Rama ikut mengambil duduk di samping Ariel begitu memasuki angkringan. Sekilas, ia menatap Ariel yang enggan menoleh. Sikap Ariel selalu dingin kepadanya, membuat Rama benar-benar tak tahu apa yang dipikirkan Ariel tentangnya.

"Es teh satu lagi, Pak," pesan Rama menyusul.

"Siap, bos!" jawab si penjual angkringan.

Selama dibuatkan minum, baik Rama dan Ariel tidak ada yang membuka obrolan. Mereka hanya diam, sesekali memandangi gorengan yang disajikan, atau mengecek ponsel—yang satu ini hanya untuk Ariel.

Ruang Rindu ArielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang