5.

1.8K 263 24
                                    

Semakin kulihat masa lalu
Semakin hatiku tak menentu
Tetapi satu sinar terangi jiwaku
Saat 'ku melihat senyummu
~
Adera – Lebih Indah

***

Suasana kantin begitu ramai sekaligus menegangkan. Itu semua diawali dengan Rama yang datang bersama Ariel, duduk di sebuah meja sudut kantin bersama Reza dan Danu.

"Kantin rame tapi berasa sepi ya, Nu," bisik Reza ketika duduk. Ia canggung karna seisi kantin menatap ke satu arah yang sama, yaitu mejanya.

"Bener, Ja. Merinding gue jadinya," balas Danu menyusul duduk.

Puluhan pasang mata masih belum mengalihkan tatapan. Mereka penasaran tentang apa yang dijalin oleh Rama dan Ariel sampai-sampai tampil beda. Berdua bergandengan tangan hingga tampak baik saja, sama sekali bukan pemandangan yang sering diperlihatkan Ariel ke Rama selama di sekolah.

"Mereka bener jadian?"

"Masa, sih? Kayak Rama mau sama modelan Ariel begitu ...."

Rama kurang percaya diri untuk menatap sekeliling. Banyak pasang mata sedang membicarakannya, tapi bukan berarti ia harus duduk diam di kursi samping Ariel tanpa melakukan hal lain.

"Makan apa?" tanya Rama kemudian. Ia berdiri, menawarkan diri untuk membelikan Ariel makanan.

"Bakso enak, Ram, kayaknya," sahut Danu dengan ringisan bodoh.

"G-gue juga mau bakso, Ram," tambah Reza membuat Rama melirik menimbang, cowok berjaket hijau itu masih menunggu Ariel bicara.

"Samain aja sama mereka," jawab Ariel tanpa melirik sedikit pun ke Rama.

Setelah mengumpulkan rasa percaya diri untuk melenggang ke gerobak penjual bakso, Rama sendiri pergi tanpa meminta bantuan Danu atau pun Reza. Cowok itu benar-benar memperlakukan Ariel seperti puteri, yang segalanya terpenuhi dan segalanya serba diperhatikan.

Namun, kepergian Rama tersebut membuat salah satu cewek cantik yang pandai menaikkan sebelah alis, yang juga melihat pemandangan janggal di kantin siang itu, tertarik untuk menghampiri Ariel. Bersama satu temannya ia mengambil tempat duduk Rama untuk digunakan sebentar.

Danu dan Reza yang melihat ada cewek cantik di meja mereka lantas saling senggol siku. Wajah mereka tampak cerah.

"H-hai, Disty," sapa Danu tergeragap. Kecantikan cewek bernama Disty memang membuat Danu sedikit berdebar.

Sesuai kepiawaiannya, Disty menaikkan sebelah alis ketika menatap Danu. Ia tersenyum miring, kemudian menatap Ariel yang kentara sekali kalau merasa tak nyaman.

"Hai, Ariel," sapa Disty melempar senyum.

Ariel menoleh sebentar dan tersenyum singkat. "Hai."

"Kayaknya siang ini cerah sampai lo bisa semeja sama Rama."

Wajah Ariel langsung mendung begitu Disty mengangkat topik yang memang tengah hangat sejak pagi. Dia hanya diam sambil sesekali menghalau jemari teman Disty yang duduk di sebalahnya. Cewek berkucir dua dengan kacamata tebal bertengger melorot di hidungnya, begitu mengganggu Ariel yang berusaha keras untuk tidak lari dari kantin.

Disty mendengkus pelan. "Nggak mau bales omongan gue, Riel?"

Teman Disty terkikik. "Takut ya, Riel? Lo 'kan anak papi, kalo ada gossip tentang lo dikit pasti ngumpet di ketek papi lo."

"Eh, minion purba! Jangan asal jeplak aja tuh mulut!" amuk Danu tak terima teman baiknya dihina.

"Nama gue Arlin ya, Danu! Bukan minion purba!" Arlin merengut galak, dibenarkannya kacamata tebal yang tadi melorot.

Ruang Rindu ArielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang