28. All Done

108 42 186
                                    

Tanggal 5 November. Lorong putih. Kursi panjang. Ruang operasi dengan lampu pemberitahuan menyala di atas pintunya.

Ibunya Nata duduk di seberangku sambil memejamkan mata dan berdoa. Di sisinya, seorang pria menenangkannya. Kekhawatiran terlihat di wajah mereka.

Beberapa kali makhluk penghuni dunia seberang melintasi lorong di depanku, sebagian besarnya memiliki tubuh yang tidak utuh. Biarkan saja. Aku belum punya niat diajak kenalan oleh mereka.

Aku membuka buku yang dititipkan Nata padaku begitu aku datang menjenguknya, berharap melihat-lihat isinya bisa menenggelamkan isi pikiranku. Kupandangi lembar buku di tanganku-novel yang kemarin kusuruh ia membacanya sebelum kuberikan pada Fei.

Banyak tulisan tangan di dalamnya. Ada juga kertas post-it yang ditulisi. Trik sulap yang kudeskripsikan di sana. Kutipan-kutipan. Ah, banyak lagi. Seperti melihat diriku sendiri yang mencatat ini semua tulisan ini.

Ada sebuah tulisan di kertas yang diselipkan pada halaman paling belakang.

A book from The Peace Bringer. Kesatria Pembawa Kedamaian. Buku darinya, sebuah tulisan untuknya. Penulis buku ini tidak memberikan bill tagihan harganya, jadi anggap saja surat ini untuk sebagai uang muka di ujung. Nanti tagih bayarannya, aku enggak mau tahu!

Axel, aku sudah selesai membacanya. Lima jam itu rekor bagiku untuk menyelesaikan satu novel, kamu tahu? Tapi tulisanmu bagus. Aku tidak merasakan sedikit pun keinginan untuk berhenti membaca di tengah jalan. Berikan untuk Fei, aku sangat merekomendasikannya. Aku juga punya saran untuk judulnya.

Interim. Artinya 'sementara'. Persis seperti kakak sang tokoh utama yang hanya bisa sementara di dunia "pelarian" itu, dan persis seperti kita semua di dunia ini.

Selamat ulang tahun, kuharap kamu langsung membacanya begitu aku menitipkan buku ini. Kuharap kamu bisa terus bahagia.

Ralat yang barusan. Bagaimanapun juga, kamu harus berbahagia, Xel. Cari orang untuk selalu menemanimu kalau aku harus meninggalkanmu. Aku tidak mau melakukan itu, jadi jangan bilang aku berubah jadi pesimis.

Atau lakukan apa pun yang bisa membuatmu bahagia. Membaca, menulis, atau apa pun. Mungkin sama sepertiku? Bahagia ketika melihat orang lain bahagia?

So, happy birthday! Perkataan I love you bisa untuk teman atau sahabat, tidak? Kalau di kalangan anak HS bisa, entahlah denganmu yang anak sekolah formal. Tapi, bila bisa, aku ingin sekali mengatakan itu padamu. Kukatakan sekali padamu boleh ya? I love you, Axel! Aku enggak salah pilih orang selama ini!

P.S. Kalau kamu memang mau memberikan lavender untukku, bawa lebih. Berikan juga pada orang lain yang kamu temui di perjalanan. Jangan pada yang alergi serbuk bunga. Oke? Kupesan saja padamu dari sekarang. Entah kapan kamu akan berikannya. Tunggu saja tumbuhanmu besar.

P.P.S. Maaf tulisanku banyak yang tergesek. Inilah yang terjadi kalau orang kidal menulis dengan pulpen tinta. Semoga bisa dibaca. Ya, ya, aku menjadi ambidextrous karena dilatih menggunakan tangan kanan juga. Tapi, untuk menulis tangan kiri jauh lebih nyaman.

P.P.P.S. Aku akan berhasil melewatinya. Jadi tenang saja, ya, Xel. Sekeluarnya aku dari rumah sakit, akan kucarikan kucing untuk kamu peluk sebagai gantinya sudah membuatmu khawatir. *seringai lebar*

Dia selalu saja tersenyum. Kebahagiaannya begitu terasa dari tulisan ini. Kalau begini, bukan aku yang selalu ada untuknya, tapi dia yang selalu ada untukku. Dan, merasakan kebahagiaan seperti ini membuatku merasa ada ketenangan yang menjalar pada tubuhku.

INTERIM: Let Me See Your SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang