Chapter Ten

7.7K 738 83
                                    

Mew menerima ucapan Gulf hari itu yang mengajukan dirinya untuk mengabdi kepada seorang Mew Suppasit Jongcheveevat. Mew menyuruhnya untuk berlatih menembak jika ia memang benar-benar ingin bergabung menjadi bagian dari dunia hitam Mew. Dan disinilah Gulf berada saat ini, markas senjata. Ditemani oleh Taka, yang beberapa hari lalu tiba di Bangkok, dan juga ditemani pria manis lainnya, yaitu Plan.

"Oke, Gulf. Jika kau ingin menembak targetmu tepat sasaran, kau harus fokus dengan bidikanmu, paling tidak, kau mengetahui letak fatalnya, sekalipun meleset, tembakanmu tetap berakibat." Ucap Taka menjelaskan.

Pria itu mengambil pistol dengan model terbaik, Desert Eagle Mark XIX, sebuah pistol yang mampu membunuh seseorang dalam sekali tembak.

"Jika kau tidak fokus, kepalamu adalah taruhannya." Lanjut Taka lagi.

Pria itu mengangkat tangan kanannya yang sedang menggenggam pistol dengan sebelah matanya yang ia tutup sebagai fokus membidik. Ia menarik pelatuknya dengan cepat, tanpa perhitungan, peluru yang berada didalam senjata logam itu terbang dan tepat mengenai sasaran. Botol kaca yang dijadikan sebagai target itu langsung pecah dan terhambur.

"Kau ingin mencobanya?" Tanya Plan kepada Gulf.

Gulf terdiam, sebenarnya ia masih bimbang dengan keputusan yang ia pilih saat ini. Seumur hidupnya, ia tidak pernah melihat jejeran senjata-senjata mematikan yang sangat mengerikan itu. Dan Gulf, takut akan hal itu. Namun ia tidak ingin dianggap berbohong dengan ucapannya kepada Mew, maka dari itu ia harus mencoba dan menjadi berani.

"A–Aku ingin mencobanya." Ucap Gulf pelan.

Plan mengangguk, ia mengambil pistol lain, berbeda dengan yang dipakai oleh Taka tadi. Plan menyerahkannya kepada Gulf dan disambut oleh Gulf.

"Untuk permulaan, gunakan pistol ini dulu."

"Ingat seperti kataku tadi, fokus."

Gulf menarik nafas dan menghembuskannya pelan, lalu mulai mengangkat kedua tangannya yang tengah memegang pistol dengan erat. Ia memfokuskan pandangannya untuk membidik botol kaca yang berdiri kokoh di atas papan bidikan. Ia menarik pelatuknya dengan pelan dan...

TAP!

Meleset.

"Kau memang terlahir dengan buruk."

Taka dan Plan langsung membungkuk hormat, tanpa menunggu perintah, keduanya langsung meninggalkan area berlatih. Menyisakan Gulf dan sang pemilik, Mew Suppasit yang baru saja tiba. Pria itu masih lengkap dengan setelan jasnya yang berwarna abu-abu gelap. Tatanan rambutnya sedikit acak karena tertiup angin, namun ketampanannya tidak berkurang, setidaknya, itu yang dapat Gulf katakan sebelum ia menundukkan kepalanya didepan Mew.

"Apa begitu susah bagimu?" Tanyanya dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada.

"M–Maaf, karena ini pertama kalinya bagiku–"

Mew melepaskan jasnya dan melemparnya sembarangan, ia melonggarkan dasi dengan corak strip yang melingkar dilehernya, membuka dua kancing teratas kemejanya dan sedikit menggulung lengannya. Ia mengambil pistol yang masih berada ditangan Gulf.

Tak seperti Taka, posisi Mew terlihat lebih santai bahkan kedua matanya menatap lurus kedepan dengan satu tangannya yang memegang pistol. Ia menembakkannya begitu saja, benar-benar berbeda dengan gaya Taka, namun tembakannya tetap mengenai sasaran.

"Gunakan emosimu saat membidik."

"Emosi?"

"Kemari."

Gulf mendekat secara perlahan, Mew kembali menyerahkan pistol itu kepadanya.

"Bidik yang tepat jika kau masih sayang dengan kepalamu."

Gulf mengangkat tangannya menjadi lebih ragu, karena ada Mew yang memperhatikannya. Ia menoleh kearah Mew sejenak, lalu ia kembali menatap lurus dengan kedua tangannya sudah memegang pistol dan mengarahkannya.

"Bayangkan kau ingin membunuh seseorang yang mengkhianatimu." Ucap Mew, pria itu berdiri dibelakang Gulf dan menimpa tangan Gulf dengan tangan besarnya. Mengarahkan pistol itu menjadi lebih lurus. Gulf merinding ketika Mew berbisik pelan menyuruhnya untuk menarik pelatuk pistolnya dengan suara yang seduktif.

TCARR!

Tepat sasaran, botol kaca berwarna hijau itu hancur dan terhambur. Gulf mengulum senyum tipis. Mew segera menarik tangannya.

"Bagus." Pujinya.

Gulf mengangguk tipis, masih dengan senyuman yang ia kulum, karena merasa senang telah berhasil dan itu berarti kepalanya akan aman. Belum puas dengan euforia-nya, Mew menarik tangan Gulf kuat sehingga tubuh Gulf menempel pada tubuhnya. Sangat dekat, bahkan wajah keduanya nyaris tanpa jarak, Gulf menahan nafasnya ketika memberanikan diri untuk menatap wajah Mew dari jarak sedekat ini.

Tanpa Gulf sangka, Mew mengecup bibirnya pelan dan sekilas, setelah itu ia menjauhkan diri dari Gulf. Memungut jasnya lalu melangkah pergi meninggalkan Gulf yang masih terdiam di tempatnya, tanpa mengatakan apa-apa.

"Ayo kembali,"

Itu suara Plan. Ia sudah berdiri dibelakang Gulf dengan tas kecil yang ia sampirkan kedepan.

"Tuan Suppasit akan kembali dengan Tuan Taka."

Gulf mengangguk dan mengikuti langkah Plan yang sudah berjalan lebih dulu didepannya. Sementara itu Mew yang sudah masuk kedalam mobil dan duduk disebelah Taka, hanya memperhatikan kepergian Gulf dan Plan dari jauh.

"Ini hanya perasaanku saja atau kau memang benar-benar sudah berubah?" Tanya Taka sembari memandang penuh selidik kearah Mew.

"Tidak ada yang berubah."

"Kupikir, kau jadi lebih lembut padanya?"

"Hentikan, pikiranmu itu tidak berdasar. Dan aku samasekali tidak berubah atau bersikap lembut padanya."

"Jadi?"

"Tsk. Kau jadi lebih banyak bertanya."

"Aku bertanya karena penasaran. Apa salahnya? Lagipula aku hanya ingin memastikan apakah kau mulai jatuh cinta padanya atau tidak."

"Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah jatuh cinta kepada anak pengkhianat itu."

"Baiklah, dasar keras kepala."

Mew tidak akan jatuh cinta pada Gulf, setidaknya itulah kalimat yang terus melintas dipikiran Mew. Ia hanya akan terus memakai Gulf untuk melampiaskan nafsunya, emosinya bahkan untuk semuanya. Gulf tidak akan mendapatkan cinta darinya.

Bahkan jika sekarang Gulf menjadi bagian dari organisasinya, itu tidak merubah status Gulf yang hanya sebagai jalang pribadinya saja, untuk saat ini.

'Tsk! Merepotkan jika aku sampai jatuh cinta padanya,'

Mew menatap lurus kejalanan, tak bisa dielakkan jika memang Mew merasa ada yang berbeda didalam dirinya jika berhadapan dengan Gulf, berbeda dengan 2 bulan yang lalu.

"Bagaimana bisnis'nya'? Bagaimanapun jika aku bisa menghancurkan Mew, aku bisa mengambil 'milik'ku."

"..."

"Baiklah, apa boleh buat. Tetap awasi pergerakannya, kau sudah kubayar 5 kali lipat bayaranmu dengan Mew. Awasi jalang itu, aku dengar dia bekerja dengan Mew pada bisnisnya."

"..."

Segera sambungan terputus secara sepihak oleh Sang Penguasa.

"Aku begini karena aku mencintaimu. Maafkan aku,"

Orang itu menghela nafas dan beranjak dari kursi empuknya untuk mulai turun kelapangan, mengawasi pergerakan bisnisnya dan menghadiri rapat dengan klan cabang.

Bahkan berkhianat akan ia lakukan demi mendapatkan apa yang ia mau. Itu sudah jadi hukum alam jika sudah berada didalam sebuah organisasi gelap yang besar.

Tbc.

Ternyata boleh update, jdi aku update hari ini. Gajadi sedih aku wkwkwk

Aku lagi bahagia uwu❤

Stay tune ya, happy sunday❤

MIGHTY LONG FALL [MewGulf] HIATUSWhere stories live. Discover now