Chapter One

20.2K 1.1K 157
                                    

Mew Suppasit Jongcheveevat, seorang bos mafia terbesar se Asia Tenggara. Tubuhnya tinggi proposional, rahang tegas, sorot mata yang tajam seperti tatapan elang, bahunya yang lebar, dadanya yang bidang, kakinya yang jenjang, serta otot perutnya yang tidak berlebihan tentu saja bisa membuat seluruh wanita yang melihatnya akan segera bertekuk lutut.

Tunggu dulu? Otot perut?

Ya. Pria itu sedang duduk bertelanjang dada disalah satu kursi dipinggir kolam renang di salah satu hotel mewah di Jepang. Badannya mengkilat basah, rambutnya terisisir berantakan kebelakang menampakkan dahi seksinya. Tampaknya dia baru saja selesai berenang. Dia sedang berbicara dengan orang lain lewat telepon.

"Kapan pelelangan selanjutnya dilakukan?" Tanyanya pada seseorangan di sambungan telepon.

Selain sebagai bos mafia, Mew Suppasit juga merupakan pria 28 tahun yang menyandang sebagai CEO muda disalah satu perusahaan terbesar di Bangkok. Perusahaannya bergerak dibidang perhotelan dan restoran, tidak hanya di Bangkok, perusahaannya telah berkembang dibeberapa negara di Eropa.

Tampan, muda, dan kaya raya.

Tapi, sikapnya tidak sesempurna penampilannya. Dia sangat angkuh, penuh emosi, kejam, sombong, dan terkenal sangat dingin, dan tanpa ampun. Sejak berhasil menjadi bos besar sekitar 10 tahun yang lalu, ia akhirnya terjerumus kedunia yang sangat kelam. Kesehariannya diisi oleh kerja, uang, alkohol, wanita, membunuh, pelelangan manusia dan sex. Ya hidupnya hanya berputar-putar disana setiap hari.

Sebuah panggung yang didesain sedemikian rupa, dominasi warna merah dan hitam meninggalkan kesan kejahatan yang sesungguhnya.

Didepan panggung, tepatnya dibangku penonton. Para tamu bertopeng dengan membawa sebuah papan nomor sebagai identitas mereka. Khas sebuah pelelangan, riuh para tamu memenuhi venue dengan tidak sabarnya menunggu barang 'menarik' yang dipertunjukkan untuk dompet-dompet mereka.

Tirai terbuka, menampilkan sesosok pria tinggi memakai topeng minimalis yang menutupi sebagian wajahnya, topeng hitam dengan ukiran naga silver disisinya menutupi identitasnya.

Rambut pirang panjang terikat rapi kebelakang, jangan lupakan kumis dan jenggotnya menambah kesan maskulin diusia yang mungkin sudah menginjak kepala tiga, dan juga tuxedo mewah yang menyelimuti tubuh tegapnya yang bertato.

"Baiklah, Tuan-tuan dan nyonya yang menyempatkan diri hadir diacara pelelangan ini. Seperti biasa akan ada barang 'menarik' dipenghujung acara kami yang sudah kami siapkan untuk kalian."

Si pria menyeringai, sebagai pembawa acara yang tanpa perlu untuk mengenalkan identitasnya barang pertama yang akan dilelang pun segera ia tunjukkan. Satu-persatu dalam sebuah peti atau kotak yang didesain khusus untuk mempercantik dan menambah harga jual tentu saja.

Dari barang bersejarah sampai barang peninggalan orang terkemuka didunia yang pasti adalah barang curian. Tidak perlu tau darimana asal usul barang-barang berharga tersebut yang pasti dengan uang mereka bisa memilikinya dan tentu tidaklah murah.

Sampai dipenghujung acara, panggung disulap menjadi dominan putih, tirai merah yang awal menutupi berganti dengan tirai putih tipis serta smoke effect menambah pesona barang 'menarik' yang mereka tunggu-tunggu.

Sebuah kontainer hitam berukuran sedang perlahan turun kepanggung yang dibantu sebuah katrol. Sang pembawa acara semakin melebarkan senyumannya dan menyambut barang 'menarik' yang mereka punya hari ini.

"Sesuai janji saya diawal, barang 'menarik' ini sangatlah menggiurkan, anda tidak akan menyesal jika memilikinya–"

Sang pembawa acara naik keatas kontainer dibantu sebuah tangga yang sudah disiapkan. Sebuah pertunjukkan menarik tentu saja untuk menambah pundi-pundi uang nya.

MIGHTY LONG FALL [MewGulf] HIATUSWhere stories live. Discover now