Chapter Twenty

7.1K 814 219
                                    


Tubuh Gulf menegang dalam kungkungan tubuh atletis Mew. Matanya yang dulu sangat sulit menatap tepat obsidian hitam Mew dalam kegiatan panas mereka maupun interaksi biasa sekarang Gulf mampu menatapnya. Mata hitam setajam mata elang yang kini terbalut nafsu dan emosi menatapnya seakan-akan menelan jiwanya untuk semakin jatuh kedalam lubang hitam yang Mew buat.

Badannya bergetar, begitu pula jiwanya. Mata tajam itu tak hanya bagai elang namun juga mata yang menatap penuh damba. Apakah tuannya kini telah berubah? Jika iya, maka ini adalah ancaman paling buruk dalam hidup Gulf.

Bibir dingin dan kasar itu kini menempel dibibir Gulf, menghantarkan tekstur aneh yang baru pertama kali ia rasakan. Bibir dingin itu bergerak lembut diatas bibirnya yang telah meninggalkan warna matinya. Lumatan-lumatan lembut dari bibir sepihak membuat Gulf terlena dalam permainan lembut yang mengobrak-abrik habis akal sehatnya.

Lumatan lembut penuh candu kini diwarnai dengan jilatan sensual daging tak bertulang milik tuannya, menggoda bibir ranumnya untuk memberikan kehangatan penuh kegilaan untuk sama-sama mengecap rasa satu sama lain.

Ciuman lembut yang semakin dalam dan menuntut, menciptakan perasaan baru berupa kenyamanan dan kenikmatan sebuah ciuman yang penuh akan perasaan. Hingga kenikmatan yang sesungguhnya akan dimulai saat Mew mulai menelusuri kulit halus tubuh tan Gulf dengan sentuhan-sentuhan seringan kapas miliknya.

"Ughh..."

Erangan erotis teredam dalam pangutan memabukkan antara dua adam yang tengah berperang lidah. Tangan besar itu meraba tiap jengkal tubuh berbusana pria manisnya, diotaknya telah membuang jauh-jauh gelar hina yang selama ini ia pasangkan pada pria manisnya, untuk menggantinya sebagai 'sang terkasih' meskipun esok tidak akan sama lagi.

"Ahh t-tuan...p-putingkuu..."

Desahan penuh nikmat yang tersiksa terlontar begitu indah dari belah bibir yang kini membengkak akan ulah Mew. Tangan besar yang terus meraba tubuhnya tanpa ampun kini salah satunya bertengger pada nipple kecoklatan milik Gulf. Menggodanya dari luar kemeja tipis yang menjadi busananya kali ini, memilin dan mencubit kecil sekedar menstimulasi hingga ketegangan yang menyenangkan membuat kedua bagian tubuh Gulf yang hanya sebesar biji jagung itu mengeras.

"Kau indah...sangat indah..."

Gulf menggeliat, meremas seprai untuk menahan segala godaan yang Mew berikan padanya. Gulf bisa merasakan basah dibaju bagian dadanya saat Mew menjilati nipplenya dari luar baju. Menjilat dan menggesek bahkan menghisap berulang kali kedua nipplenya secara bergantian dengan sensual.

"Ahh...ahh...tuanhh ohh..."

Gulf menengadahkan kepalanya, matanya terpejam dan kini tangannya berpindah meremat lembut rambut Mew, menbuatnya berantakan yang terkesan liar. Menekan kepala Mew untuk terus mencumbu kedua tempat sensitifnya hingga Gulf merasa jika ia akan keluar hanya karena Mew memanjakan dadanya.

...

Kini kain yang menjadi penghalang tubuh mereka telah tertanggalkan, menyisakan tubuh telanjang keduanya yang saling menempel mengikis jarak dan menciptakan aliran listrik statis yang terus menyengat mereka dengan keerotisan.

Mew menatap dalam manik coklat yang juga menatapnya sayu, kebanggaannya yang telah mengeras sengaja ia gesekkan dengan intim pada milik Gulf. Mew tersenyum, senyuman tulus berkabut nafsu yang membuat Gulf terlena untuk kesekian kalinya hingga mempredikati malam ini menjadi malam terbaik untuk dirinya.

"Hilangkan semuanya untuk malam ini... Panggil namaku... Gulf..."

"Nghh... Ahh... M-mewhh... Phi Mewhh!"

MIGHTY LONG FALL [MewGulf] HIATUSWhere stories live. Discover now