Oh My God! Akhirnya perkataan itu keluar dari mulut Bryan. Raveena benar-benar merasa malu sekarang. Ia pun menundukkan kepalanya agar wajahnya tidak terlihat oleh cowok itu

"Udah jangan malu, Ra." Bryan pun mengangkat dagu Raveena membuat gadis itu mendongak menatap Bryan. "Lagian lo juga balas ciuman gue kan?" Lanjutnya yang membuat wajah Raveena benar-benar seperti kepiting rebus sekarang, sedangkan Bryan terkekeh sangat suka menggoda gadis di hadapannya itu.

Tidak lama kemudian, datang pelayan yang membawa pesanan mereka. Raveena sempat bersyukur dengan kedatangan pelayan tersebut, sebab ia tidak harus berlama-lama menahan malu dan canggung bersama cowok itu.

Raveena pun mulai tergiur dengan aroma makanan tersebut dan ingin segera menyantapnya. Namun, sebenarnya ia tidak menyukai udang yang ada di dalam nasi goreng tersebut. Ia pun menyisihkan udang tersebut di tepi piringnya membuat Bryan yang melihatnya merasa terheran-heran.

"Lo gak suka sama tuh udang?"

"Ehmm," gumam Raveena yang masih mencari hewan laut itu di sela-sela nasinya.

"Ya udah, kasih gue aja," pinta Bryan yang membuat Raveena langsung menatapnya.

"Gak apa nih?" tanya Raveena merasa tidak enak.

"Udah," sahutnya dan mendekatkan piringnya ke arah Raveena membuat Raveena mau tidak mau memberikannya kepada Bryan

Selesai makan, pasangan itu pun berjalan menuju ke arah bioskop. Mereka pun mulai memesan tiket film yang ingin mereka tonton.

"Lo beneran mau pesan film ini?" tanya Bryan memastikan melihat Raveena yang memilih film bergenre thriller.

"Emang kenapa? Masalah?" tanya Raveena.

"Lo gak takut?"

"Bryan, lagian ini bukan film horor tapi thriller. Jadi mana mungkin gue takut," jawabnya tidak peduli.

"Tapi Ra, apa lo gak tahu di film ini banyak aksi pembunuhannya, jadi mending lo pilih film yang lainnya aja deh," harap Bryan.

"Udah ah gue gak peduli, mending lo beli popcorn sama minuman sana," ujarnya yang sudah mendorong tubuh Bryan menuju ke arah stand makanan.

"Gue udah ingetin lo ya Ra," ingatnya kepada Raveena kemudian berjalan ke arah stand makanan di bioskop tersebut.

Beberapa saat kemudian terdengar suara panggilan dari salah satu ruangan bioskop itu menyuruh agar pengunjung segera masuk. Raveena pun tanpa menunggu aba-aba lagi menarik lengan Bryan agar mengikutinya, sedangkan Bryan menghela nafas mulai pasrah untuk melawan keinginan gadis itu.

Raveena dan Bryan pun duduk di bangku penonton menunggu film itu untuk diputar. Raveena tidak sabar menunggu film itu diputar sebab film ini pernah direkomendasikan oleh Tari, ia pun menjadi penasaran dan sangat ingin menontonnya.

Setelah beberapa iklan lewat, film tersebut mulai diputar kemudian lampu di dalam bioskop itu dimatikan membuat suasana gelap di ruangan itu.

Awalnya, Raveena menonton dengan penuh antusias dan penasaran namun, tiba-tiba ia menjadi bergidik ngeri saat psikopat itu mulai membantai dan menusuk-nusuk korbannya menggunakan pisau membuat darah bermuncratan di mana-mana. Raveena menutup mulutnya tidak percaya. Tidak berhenti di sana saja, psikopat itu pun melanjutkan aksinya dengan memutilasi korbannya.

Astaga! Rasanya Raveena tidak berani menyaksikannya. Belum lagi pembunuhan itu dilakukan secara berantai sehingga psikopat itu berniat mencari target berikutnya. Dalam hati Raveena tidak henti-hentinya merutuki Tari karena sudah merekomendasikan film ini kepadanya.

Untukmu RaveenaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora