"Abeoji ...."

"Kau pikir aku percaya dengan ucapanmu? Anakku bahkan tidak menyebutkan nama pria manapun saat ditanya siapa yang menghamilinya." Tuan Choi semakin emosi. "Hanya kau satu-satunya kekasih anakku!" ucapnya lagi, menunjuk Taehyung.

"Ya, aku memang satu-satunya kekasih anakmu ... tapi itu sebelum dia berselingkuh. Aku berani bersumpah abeoji, aku tidak pernah menghamili anakmu, kau pun tahu aku begitu menjaga dan menyayanginya." Ucapan Taehyung seketika membungkam Tuan Choi. Kakinya menjadi lemas, membuatnya bersandar pada tembok. "Maaf sebelumnya karena telah meninggalkan anakmu, tapi aku seperti itu memiliki alasan. Aku tidak bisa bertahan dengan wanita yang telah mengkhianatiku," sambungnya hati-hati. Ia tahu ucapannya akan menyakiti hati tuan Choi, namun ia harus berterus terang, karena tak ingin disalahkan.

Tentu saja karena ini memang bukan salahnya.

Hening beberapa saat di antara keduanya. Mereka tampak sibuk dengan pikiran masing-masing, hingga akhirnya tuan Choi kembali bersuara dengan lirih. "Haruskah aku mempercayaimu?" Tuan Choi menundukkan kepalanya. Merasakan hatinya benar-benar hancur setelah mengetahui fakta bahwa anak sulungnya telah melakukan hal yang membuat malu keluarga.

Dugaannya benar!

"Apa kau tahu siapa pria bajingan itu?"

Taehyung menggeleng."Tapi aku pernah melihat fotonya."

Tuan Choi mendekat ke arah Taehyung, memegang sebelah pundaknya. "Taehyung-ie, bisakah kau membantuku?"

"Nee abeoji?"

"Bawa pria bajingan itu ke hadapanku."

Keesokan harinya setelah Irene sadar, Taehyung mencoba berbicara empat mata dengannya. Ia tahu ini bukan waktu yang tepat, tetapi ia tidak ingin mengulur waktu. Ia harus segera menyelesaikan masalah ini agar hidupnya bisa kembali tenang. Terutama ia ingin segera menemui Miso, yang bahkan sampai saat ini belum diberi kabar.

Bukan sengaja ingin membuat kekasihnya khawatir, tetapi karena ponsel miliknya kini mati.

Soal Taehyung yang mengambil cuti, ia memang mendadak mengabari Seokjin meminta izin untuk beberapa hari. Ia menelepon Seokjin sebelum ponselnya benar-benar mati, dan setelah itu ia menyesal karena tak sempat mengabari kekasihnya.

Seharusnya ia mengabari Miso terlebih dahulu. Dasar bodoh!

Maafkan aku Miso-ya, aku akan memberitahumu nanti setelah semuanya selesai, kumohon tunggulah aku.


"Terima kasih Taehyung-ie, kau sudah menyempatkan waktu untuk menemuiku," ucap Irene yang masih terbaring lemah.

"Itu karena Soobin yang memintaku untuk datang," jawabnya mencoba bersikap biasa saja. Sungguh sebenarnya ia tak ingin menemui wanita ini, namun kembali lagi ia tak bisa berbuat apa-apa sekarang. Kini posisinya sulit, ia sudah terlanjur terjebak dalam situasi ini.

Taehyung yang sedari tadi hanya berdiri di ujung ranjang kini memutuskan untuk duduk di kursi samping ranjang yang Irene tempati. "Jadi ... apa maksudmu melakukan semua ini?" Ia kembali bersuara memulai obrolan serius dengan Irene.

Irene yang melihat raut Taehyung sedikit kesal, kini hanya menundukkan kepala. Tentu saja itu membuat Taehyung merasa tak enak akan sikap dan ucapannya. "Aku hanya bertanya, apa kau tidak menyayangi bayi yang ada dalam perutmu? Kau bisa saja membunuhnya, bahkan dirimu sendiri."

LOVE HIM✅Where stories live. Discover now