[3] Thank you, I Think?

Start from the beginning
                                    

Baru berjalan beberapa langkah, seseorang merampas handphone yang kupegang. Hal tersebut membuatku terkejut bukan main.

"Hei, tunggu!"

"Kembalikan handphone-ku!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kembalikan handphone-ku!"

Seorang pria bertubuh kekar terpaksa berhenti karena terhalang oleh jalan buntu. Ia membalikkan tubuhnya. Tapi, yang membuatku bingung adalah raut wajahnya. Ia tidak terlihat takut sama sekali. Malah, ia tersenyum miring.

"Kamu datang sendiri ke wahana ini?"

Aku hendak berbicara, namun seseorang tampaknya lebih cepat dariku.

"Dia datang bersamaku."

Ucapan tersebut membuatku dan sang pencuri menoleh. Ternyata itu adalah Fro. Ia berdiri di sampingku. Sorot matanya terlihat dingin ketika menatap sang pencuri.

"Oh, ya?" Pencuri itu menatap balik Fro yang membuat keduanya saling beradu mata.

"Buktikan padaku."

"Se-"

Ucapanku terpotong ketika Fro tiba-tiba ia maju, mendekatkan bibirnya pada leherku. Ia tidak mengecupnya, namun hembusan napas pelan membuat jantungku berdetak tidak karuan.

"Sudah, sudah. Aku tidak mau mengganggu orang berpacaran."

Untung saja guru iblis itu menghentikan kegiatannya. Kalau tidak, bisa-bisa aku pingsan karena ulahnya.

"Pukul 10 pagi, kamu berjalan mendekati seorang nenek yang sedang memberi makan burung. Membawanya pergi dan ia tidak kembali. Pukul 12 siang, kamu mendekati seorang anak perempuan yang sedang menangis. Memberikan permen lolipop dan membawanya pergi. Lalu, sekarang kamu mencuri handphone gadis ini, mengarahkannya pada tempat yang tidak diketahui orang agar dapat melenyapkannya seperti kedua korban yang lain."

Aku tidak habis pikir. Siapa guru iblis ini? Pukul 10 pagi, aku dan Clar baru memasuki wahana dan dengan jelas aku melihat ia berjalan pergi bersama gadis imut itu untuk mengantri di antrian yang tak berujung.

Tepukan tangan dilakukan oleh sang pencuri. Ia tersenyum sembari mengeluarkan sesuatu dari saku jeans-nya. Yang kupikir ia akan mengeluarkan senjata, ternyata ia mengeluarkan sebuah lencana detektif dengan hiasan medali dengan elang dan bintang.

"Perkenalkan. Aku adalah Deputi Kepala Bidang Penyidik, Nolan Evertoon."

Pria bernama Nolan itu kembali memasukkan lencana pada jeans-nya. Perlahan, ia melangkahkan kakinya mendekati Fro.

"Aku tidak tahu kamu ini siapa, tapi satu hal yang perlu kuakui. Kamu hebat sekali dalam mengamati. Ya, memang aku mendekati orang-orang yang sendirian, tapi aku tidak mempunyai niat jahat sama sekali. Aku membawa mereka untuk mempertemukannya pada keluarga yang mungkin sedang mencarinya. Tidak ada satu orang yang tahu karena aku sengaja menyamar."

Ia tertawa kecil seraya berkata, "Tidak nyaman memakai seragam yang biasa kau kenakan ketika kamu sedang memecahkan sebuah kasus."

"Lalu, tujuanmu mengambil handphone-ku apa?"

Ia menghentikan langkahnya lalu tersenyum seraya berkata, "Merelakan apa yang seharusnya kamu relakan." Setelah mengucapkan itu, ia kembali berjalan sampai berhenti di hadapan Fro.

Maksudnya apa?

"Akan lebih baik kalau kalian benar-benar berpacaran." Ia memberikan handphone-ku kepada Fro lalu berjalan pergi meninggalkan jalan tersebut.

"Tadi itu-"

"Hyolin!"

Aku langsung menoleh ke arah sumbernya. Clar berlari menghampiriku dengan wajah yang tampak panik.

"Kamu kenapa? Wajahmu terlihat khawatir."

"Tentu saja aku khawatir! Tadi, aku mendapat telepon dari Fro kalau kamu dalam bahaya. Aku yang sedang mencarimu langsung bergerak menuju tempat yang diberikan olehnya."

Aku hendak berbicara, namun Clar sepertinya belum selesai mengutarakan kekhawatirannya.

"Kamu tidak terluka? Apa kamu dijahati oleh pencuri itu? Katakan padaku apa yang diperbuat pria itu. Akan kubuat ia menyesal karena sudah berani mengganggu sahabatku ini."

Aku tersenyum lalu berkata, "Kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Tadi itu Fro yang me-"

"Belajarnya kita tunda hari ini. Sekarang, pulang." Ditaruhnya handphone pada tanganku. Setelahnya, Fro berjalan pergi.

"Umm, terima kasih ...."

Aku tetap mengucapkannya walau tidak tahu tersampaikan atau tidak karena langkahnya sudah cukup jauh.

Aku tetap mengucapkannya walau tidak tahu tersampaikan atau tidak karena langkahnya sudah cukup jauh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Katanya Pak Leorio akan digantikan oleh seorang pria muda."

"Eh, jadi kabar burung itu bukan hanya omong kosong belaka?"

Aku yang sedang berjalan santai menjadi terhenti ketika mendengar gosip para murid. Berarti Pak Leorio, Wali Kelas di kelasku sudah dihempas dan akan digantikan oleh seorang pria muda?

Aku berjalan menghampiri seorang gadis berambut ikal. Dengan pelan aku menepuk pundaknya yang membuat gadis tersebut menoleh disusul temannya.

"Seperti apa orangnya?"

Gadis berambut ikal tersebut menunjuk ke arah berlawanan. Mataku mengikuti arah yang ditunjuk olehnya.

Setiap langkah kaki yang sosok tersebut keluarkan, membuat para gadis berteriak histeris. Perlahan demi perlahan, sosok tersebut menampakkan dirinya yang membuatku melotot tidak percaya.

Langkah pria tersebut berhenti tepat di hadapanku, mendekatkan wajahnya pada telingaku seraya berbisik, "Kita bertemu lagi, murid jahil."

Jujur saja. Saat itu juga aku rasanya ingin mengeluarkan jurus kepalan tanganku yang dahsyat, tapi aku harus bersabar. Membiarkannya pergi begitu saja memang rasanya menyebalkan. Lihat saja, akan kubuat guru iblis itu tidak betah. 

Tunggu saja pembalasanku!

Semoga suka dengan cerita ini!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semoga suka dengan cerita ini!

Sampai jumpa di episode selanjutnya!

Jangan lupa untuk vote dan comment setelah selesai membaca. Karena satu vote dan satu comment saja sangat berarti bagiku. (つ ≧ ▽ ≦) つ

Treat You Like An Enemy | ✔Where stories live. Discover now