Pria asing.

138 29 0
                                    

Mamah pov.

Apa yang sebenarnya terjadi pada saya, kenapa kepala ini rasanya melayang-layang tidak karuan seperti ada yang menggenggam kepala saya dengan kuat.

"Arghh kenapa tiba-tiba pening seperti ini." Tanya saya sembari memegang pelipis.

Setelah sadar, yang saya ingat kalau tadi itu lagi merapihkan perlengkapan Yaza kedalam tas untuk segera pulang.

"Mamah sudah selesai merapihkan nya sayang, yuk kita pul-." Ucap saya terpotong karena baru menyadari Yaza anak saya yang tadi berada di ruangan yang sama dengan saya tiba-tiba menghilang.

"Sayang?." Panggilan saya.

Masih tidak ada sautan.

"Yaza, kamu dimana?."

Setelah mencari ke setiap sudut ruangan tapi tidak menemukan Yaza saya berjalan keluar untuk mencari nya diluar.

Kenapa seketika keadaan di lorong rumah sakit menjadi hening, para pasien dan pengunjung yang terlihat pucat, lesu dan hanya berdiam diri ditempat.

Saya yang panik melihat salah satu perawat rumah sakit ini berlarian tergesa-gesa dari ujung lorong rumah sakit, langsung menghentikan langkahnya.

"Sus ada apa?." Tanya saya panik.

"Saya juga tidak tau bu. Saya kira hanya saya yang merasakan kejanggalan ini." Jawabnya yang juga merasa panik.

"Terus kita harus apa sus? anak saya juga secara tiba-tiba menghilang di dalam ruang rawatnya."

Perawat itu hanya menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa ia juga tidak tau harus berbuat apa saat ini.

"YAZAA...?!." Panggilan saya.

"ZAAA... kamu dimana?!." Panggilan saya sekali lagi.

"Bu saya harus pergi mencari bantuan, ibu gpp saya tinggal?." Tanya perawat itu pada saya.

"Gpp sus." Jawab saya singkat dan perawat itu kembali berlari ke arah pos satpam.

Saat saya berjalan, baru saja melangsungkan kaki tiba-tiba semua pintu ruangan yang ada di lorong itu terbuka secara bersamaan, dan tidak lama tertutup kembali seperti di banting sangat keras oleh seseorang.

"Saya rasa ada yang aneh." Ucap saya dalam hati.

Pikir saya mulai tidak karuan, perasaan pun mulai campur aduk ditambah lagi hampir semua yang ada di rumah sakit itu terlihat sangat aneh.

Terlihat seorang perempuan mengenakan baju pasien masuk kedalam sebuah ruangan di ujung lorong lantai 2 rumah sakit.

"Yaza!." Panggilan saya ke arah perempuan itu.

"Tunggu-tunggu, apa itu benar Yaza?." Tanya saya dalam hati."

Saya mulai mengejar Yaza ketika melihat dirinya dibawa oleh pria asing itu.

"Zaa!." Panggilan saya sambil mengejar kearah dimana tadi saya melihat Yaza.

Saya terus terus berjalan seperti agak berlari mengejar langkah Yaza dan pria asing itu.

Langkah saya terhenti ketika sudah tidak melihat keberadaan Yaza dan pria itu.

"Mba." Panggilan seseorang dari belakang yang membuat saya sedikit terlonjak.

Ternyata itu dokter Rian, dokter yang biasanya menangani Yaza sekaligus teman baik suami saya sejak masuk kuliah kedokteran.

"Ada apa mba? Mba ga sadar juga saya panggil dari dari tadi?." Tanya nya dengan nafas terengah-engah.

"Saya kesini lagi cari Yaza. Yaza hilang yan dan tadi saya melihat dia dibawa pria asing ke arah sini, makanya saya langsung burung-buru mengejar nya." Jelas saya panjang lebar.

"Disini ga ada siapa-siapa mba." Ucap Dokter Rian sesekali melirik kearah sekeliling.

"Tadi benar ke arah sini yan, tapi tiba-tiba menghilang." Ucap saya panik.

"Yaallah dimana keberadaan anak saya."

"Yaudah mba biar saya bantu cari Yaza, kita ke sana gimana?." Tanyanya sembari menunjuk ke arah yang ia tuju.

Terus menelusuri lorong itu tapi hasilnya nihil, saya tidak menemukan sedikit pun petunjuk tentang keberadaan Yaza saat ini.

"Itu Yaza!." Ucap gua ketika melihat pria asing itu terus menarik-narik tangan Yaza.

"Zaa."

"Ayo mba kita harus mengejar orang itu." Ucap Dokter Rian sambil berlari mengejar Yaza.

"Yaza ini mamah."

Ketika saya sudah hampir meraih tangan Yaza, lalu pria asing itu tetap saja terus menarik paksa tangan Yaza. Hingga Yaza berjalan sambil menoleh kebelakang.

Mungkin Yaza menyadari kehadiran saya, tapi ia sulit menahan diri dari tarikan pria asing itu. Lalu Yaza tersenyum kecil ke arah saya.

"Mah Yaza pamit, tolong ikhlasin Za pergi. Yaza akan pergi jauh hingga ga ada seorang pun yang tau keberadaan Yaza dan tolong sampaikan pada Ka Gevan kalau Za kangen banget sama dia. Za pergi ya mah. Om, Za titip mamah." Ucapnya sambil tersenyum diakhir kalimat.

"Maksudnya apa sayang? Yaza, jangan tinggalkan mamah..." Tangis saya pecah begitu saja saat melihat Yaza dibawah entah kemana oleh pria asing itu.

Pria asing itu makin terus menarik paksa Yaza hingga jarak diantara kami sudah lumayan jauh, saya ga tidak tau harus berbuat apa hanya bisa menangis melihat Yaza dibawah pergi oleh pria asing itu.

"Hey siapa kamu? lepaskan keponakan saya!." Bentak Dokter Rian pada pria asing itu.

Yaza hanya sesekali menoleh ke belakang sambil sedikit tersenyum sebelum lenyap dan menghilang.

Lalu saat tangis saya sudah mulai pecah dan menggelegar di lorong rumah sakit, tidak terasa air mata sudah membanjir seluruh wajah.

"Mungkin itu bukan Yaza mba, saya punya firasat kalau Yaza sudah dibawa pergi jauh oleh orang itu."

"Maksudnya Zaa di bawah kemana yan, saya hanya ingin Yaza kembali walaupun nyawa saya sendiri yang dipertaruhkan." Ucap saya sambil menangis terisak.

Lalu tiba-tiba.

"Kata dokter itu benar tan, saat ini Yaza sudah dibawa ke dunia lain." Suara yang terdengar berasal dari arah belakang.

Akhirnya bisa up, sorry udah tiga hari dan sekarang baru bisa up.

Happy reading^^

𝙸𝚗𝚍𝚒𝚐𝚘 𝙶𝚒𝚛𝚕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang