Nenek tua.

362 61 7
                                    

Gua sudah berada disekolah. Jam pelajaran pun mulai hingga pada tiba pada waktu yang ditunggu-tunggu.

Kringggggg.

Bell pun berbunyi.

"Zaa. Kantin yuk." Ajak Aura dengan antusias.

"Sebentar gua mau rapihin buku dulu."

"Lama deh, keburu bell masuk nih." Ujarnya.

"Ga usah lebay. Baru juga bell istirahat masa udah mau bell masuk aja. Udah ayo." Ujar gua setelah selesai merapihkan buku.

"Nah gitu dong cepet."

Sesampai di kantin. Gua ingin membeli batagor mang Yono.

"Lu mau makan apa?." Tanya gua pada Aura yang sekarang nampak kebingungan ingin makan apa.

Dia masih melirik sana-sini memikirkan apa yang ingin dia beli.

"Udah deh gua duluan, mau beli batagor. Lu ga mau batagor juga?." Ujar gua cape melihat Aura kebingungan ingin makan apa.

"Gua sih mau soto Bu Siti."

"Serah deh." Ujar gua langsung menuju kantin mang Yono.

Setelah selesai memesan gua mencari tempat duduk. Gua memilih bangku kosong di bagian paling belakang, karena tidak terlalu ramai siswa/siswi disana juga tampak tenang menikmati makanan mereka masing-masing.

Sudah hampir setengah batagor yang gua makan tapi Aura tak kunjung datang.

"Heh. Kok lu ga bilang sih mau makan disini, cape tau gua muter-muter nyari lu gua kira lu udah balik ke kelas. Untung aja gua ketemu si ketu dia bilang lu ada disini." Cerocos Aura tak ada hentinya.

"Lu bawa hp kan?." Ujar gua tenang sembari menghabiskan sisa batagor yang hampir habis.

"Oh iya, kenapa gua ga telfon lu ya." Ujar Aura cengengesan.

"Yaudah cepet makan. Mau gua tinggal?!."

"Ihh ko jahat sih lu." Ujarnya sembari memelaskan wajahnya.

"Udah mau bell masuk Raa." Ujar gua.

"Sebentar sih Zaa gua makan juga ga sampe sejam kok."

Gua lebih memilih mendengarkan lagu dengan earphone dari pada menanggapi omongan Aura.

Brugh.

Suara terdengar sangat keras. Membuat seisi kantin terdiam dan memandang ke asal suara.

"Apaan tuh?." Ujar Aura sangat kaget.

"Tadi suara apa?." Tanya gua yang merasa binggung pasalnya dari tadi gua fokus memainkan hp tidak memperhatikan sekitar.

"Gua juga ga tau."

"Maksud cuma 5 ribu apa? Lu ngeledek gua?! buat beli minum juga ga cukup bodoh!." Ujar seorang laki-laki dengan baju yang tidak dirapihkan.

"Gua cuma punya uang segitu ka ga boong lu bisa cek sendiri." Ujarnya ketakutan.

"Basi. Dimana lu umpetin uang itu?!." Tanyanya sembari memaksa anak itu memberikan ia uang yang lebih.

Ternyata ia sedang memalak seseorang, sepertinya yang dipalak adalah kelas 10.

Terlihat sekali wajah Aura kesal pada laki-laki itu.

"Ga bisa dibiarin ini Zaa. Rumornya dia udah hampir beberapa bulan suka malakin orang lain." Ujarnya.

Gua menahannya.

"Ngapain sih lu nahan gua? dia tuh harus diberi pelajaran Zaa." Ujar Aura yang sudah sangat geram dan hampir menghampiri laki-laki itu.

"Lu ga mau kena masalahkan?."

Aura mengerutkan kening.

"Kenapa." Tanyanya penasaran.

"Dia punya pelindung roh jahat." Ujar gua sambil terus memandang nenek-nenek tua dengan rambut yang menjulai ke lantai.

"Serius?." Tanyanya penasaran.

Gua mengangguk dan tetap melihat gerak-gerik makhluk itu.

"Makhluk itu biar gua yang urus sebisa gua. Gua minta tolong beliin anak itu air mineral sepertinya uang dia habis dipalak laki-laki itu." Ujar gua dengan serius.

Aura mengangguk. Kami pun menghampiri kerumunan.

"Dasar ga tau malu. Kalau lu mau beli makanan makanya kerja jangan bisanya malak doang, pinter ga so jagoan iya!." Maki Aura dengan ketus

Nenek tua itu kini melirik gua. Ia memperhatikan gua tanpa kedip sedikit pun. Dia senyum menyeringai.

"Ternyata kau bisa melihat ku gadis cantik." Seringainya makin seram.

Gua memejamkan mata. Melafalkan doa.

"Allahu Akbar, pergilah." Ujar gua setelah selesai membaca doa.

Gua lihat nenek tua itu mulai memanas. Sekujur tubuhnya pun seperti terbakar.

Arghhhhhh....

"Ahhh panas... gua mohon berhenti, arhhhhh berhenti gua bilang." Gua melirik ke arah anak laki-laki itu.

Ia memekik kencang sembari menutup telinganya.

"Bisa diam ga!! Pergii.... Arghhhhh sakit." Teriak laki-laki itu sembari mengerang tak jelas, membuat seisi kantin ketakutan namun membuat mereka berkerumun penasaran.

"Dengar gua kan? ikuti ucapan gua. Astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim." Lirih gua sembari memegang tangan anak laki-laki itu.

Dia pun jatuh terkulai lemas ke lantai. Nenek tua tadi telah lenyap terlebih dahulu.

"Siapa pun gua minta tolong. Paa anggilkan gur uu." Teriak gua dengan sedikit engos-engosan.

Aura jahat nenek tua itu sangat besar sehingga menguras sangat banyak tenaga gua.

Beberapa menit kemudian ada beberapa guru datang dan sedikit menanyakan kejadian yang baru saja terjadi.

"Ada apa ini?." Tanya pak Rubby selaku guru agama disekolah ini.

"Pak tolong, bawa dia ke UKS dulu." Ujar gua.

"Baiklah, anak-anak tolong bantu bapak bawa Riko ke UKS." Ucap pak Rubby meminta tolong pada siswa yang ada di kantin.

Setelah itu laki-laki tadi digotong menuju UKS.

"Yaza." Panggil seorang guru sembari tersenyum hangat ke arah gua.

"Iya, Bu?." Gua menjawab dengan sopan.

"Bisa kita bicara berdua, setelah jam pelajaran selesai?."

"Bisa Bu."

"Baiklah. setelah mata pelajaran kamu selesai, temui ibu di ruangan saya ya." Ujar Bu Riska.

Maap kalo sedikit ga nyambung. Next ga nih?✨

𝙸𝚗𝚍𝚒𝚐𝚘 𝙶𝚒𝚛𝚕Where stories live. Discover now