31

2.2K 288 22
                                    

"aku tidak pernah meminta hyung untuk balas dendam"

"Na Jaemin, kamu tau aku melakukannya untuk membelamu"

"Tapi bukan dengan cara balas dendam, Lee Jeno!!"Doyoung yang mendengar Jaemin membentak keras pun jadi merasa bersalah, seharusnya ia tidak membicarakan tentang itu pada siapapun.
Sayangnya Taeyong bertanya padanya tadi kenapa cukup lama kembali dan tidak sadar adanya Jaemin didekatnya.
"Kalau hyung balas dendam seperti itu...hyung sama saja seperti mereka. Dan aku tidak pernah mau memiliki kakak yang sama dengan orang-orang itu"

"Na Jaemin!"Doyoung dengan sigap menahan lengan Jeno untuk menyusul Jaemin, Taeyong juga sudah pergi menyusul Jaemin.
"Biarkan dulu dan...maaf"

"Jaemin pantas tau hyung..aku tidak bisa menahan emosiku tadi. Kau tau bagaimana mereka membuat Jaemin seperti sekarang"

"Aku tau..kau menceritakannya padaku. Biarkan dia untuk menenangkan diri dulu, ada Taeyong yang menjaganya. Kita latihan lagi saja"
Jeno mengangguk, menatap arah Jaemin pergi sebentar sebelum berlari bergabung dengan yang lain.

Sementara Jaemin sudah berada di lorong yang sepi, terduduk sendirian dengan Taeyong yang mengamatinya sembari yang berjalan mendekat.
"Hey.."

Taeyong ikut duduk disebelah Jaemin, menatap anak yang entah memikirkan apa sampai tak sadar akan kehadirannya.
"Kamu pasti tau alasan kenapa Jeno seperti itu.."

"Aku tidak suka caranya..."

"Aku juga pernah melakukan hal yang sama seperti Jeno. Tapi tidak bisa menjadi Jeno yang sekarang. Dia masih beruntung memilikimu sampai sekarang"perlahan Jaemin menolehkan kepalanya, menatap Taeyong yang membuatnya penasaran.

"Aku juga punya adik..dia mirip denganmu. Dia ceria seperti mu, pantang menyerah. Dia dekat sekali denganku sampai aku tau jika ada orang-orang yang merundungnya ternyata. Dia hanya menyembunyikan rasa sakitnya saja dariku karena dia tau aku tidak pernah melepaskan orang yang berani menyakitinya.
Hari itu, dia melihatku memukuli orang lain yang sebenarnya pelaku perundungan itu. Dia marah padaku, sama seperti mu sekarang. Dia juga tidak suka melihatku balas dendam seperti itu.
Disatu sisi aku bahagia bisa memberi pelajaran, membela adikku. Disisi lain, aku benar-benar terpukul, dadaku terasa ditusuk beribu pedang saat melihat sebuah mobil melesat ke arah nya"
Taeyong tersenyum tipis, ia masih ingat hari itu, kejadian itu, dia masih mengingat semuanya.
"Aku tidak sempat meminta maaf padanya.. jangan sering marah pada Jeno. Dia kakak yang benar-benar hebat untukmu"

"A-adik hyung... bagaimana?"

"Hm? Dia sudah lebih bahagia sekarang. Hidupnya pasti lebih baik dariku"Jaemin mengalihkan pandangannya sekilas lalu memeluk Taeyong erat.
"Adik hyung juga pasti sangat bangga dengan hyung.."

***

Jeno menggantungkan tas nya di sebelah bahu, matanya menatap layar ponsel sembari mengetik sesuatu.
Tubuhnya sedikit terdorong begitu seseorang memeluknya, menyembunyikan wajahnya di dadanya.
"Na?"

"Kenapa?"Jaemin menggeleng, tangannya lebih mengeratkan pelukannya. Jeno hanya diam menatap kepala Jaemin tanpa berniat memperhatikan ponselnya lagi.
"Maaf.."

"Maaf?"Jaemin tidak berkata apapun, ia masih betah memeluk Jeno yang kebingungan.
"Lee Taeyong! Kau membuat adikku jadi aneh! Kau meracuninya ya?!"

"Enak saja,aku hanya... menceritakan cerita kesukaan ku saja apa salahnya?"
Jaemin menengadahkan kepalanya menatap Jeno lalu tersenyum,
"Ayo pulang"

***

"Ibu pasti senang dibelikan makanan"

"Tentunya"Jeno terdiam sejenak melihat sosok seseorang yang tidak asing dari pintu rumah yang terbuka.
"Na.."

"Na Jaemin kita pulang saja"

"Pulang? Aku kan mau memberikan ini pada ibu"Jeno menarik nafasnya sebelum kembali melangkah untuk mengikuti Jaemin yang sudah berjalan lebih dulu.
"Ibu aku bawa~"Jaemin mematung melihat pria yang dengan santainya menghisap rokok yang dijepit diantara jari telunjuk dan jari tengah nya.

"Jaemin.."
Jaemin meremat kantung plastik ditangannya, kepalanya berdenyut seketika diiringi telinganya yang berdenging.
"Na!"

"Kebetulan sekali...ayo Jeno, kita harus bergegas"

"Menjauh dariku dasar iblis"Jeno menangkup pipi Jaemin, wajah adiknya sudah memerah padam diiringi gumaman yang ia tak paham apa artinya.
"Na lihat aku.."
Jaemin menatap Jeno dengan manik matanya yang berkaca-kaca, sepasang mata nya bergulir menatap Jonghyun yang berdiri dengan tangan terlipat di dada.

"Jangan..tatap..dia, paham?"

"Lee Jeno ayo, ibumu sudah menunggu"

"Dia bukan ibuku dasar brengsek!"Sumin hanya bisa menatap ketiganya, akan lebih buruk jika dirinya turun tangan nanti.
"Jangan pernah memanggil namaku lagi selagi kau masih tidak mau menerima adikku"

Jonghyun mencebik lalu menarik tangan Jeno dengan paksa. Makanan yang sempat Jaemin beli sebelum kesini sudah berada dilantai. Anak itu menggenggam erat lengan Jeno sembari berusaha mengalihkan pandangannya.
"Jangan paksa Jeno kalau dia tidak mau"

"Diam! Kau sudah tidak ada urusannya denganku. Hak asuh Jeno berada padaku dan kau tidak perlu ikut campur!"
Jeno mati-matian melepaskan genggaman ayahnya, pergelangan tangannya tampak memerah saking kuatnya Jonghyun memegangnya tadi.
"Lepaskan aku!"

"Kita harus pergi ke Jepang, itu lebih baik dibandingkan dengan disini"

"Tuan Lee Jonghyun!"Jaemin tersentak begitu Jeno berbicara dengan nada tinggi. Genggamannya semakin erat dan enggan untuk melepaskannya.
"Memangnya sejak kapan aku mau diurus oleh ayah? Memangnya aku mau diurus oleh seseorang yang hampir membunuh adikku sendiri? Jangan kau pikir aku bisa diperbudak oleh mu. Bisa kau suruh-suruh sesuka hati, kau pikir aku akan terus takut padamu?"

"Kalau mau pergi ke Jepang pergi saja! Bawa wanita yang tidak jelas dari mana asalnya dan datang merusak keluarga ku. Aku lebih baik tetap disini, aku lebih baik keluar dari sekolah untuk bekerja agar ibu dan adikku bisa makan. Aku bisa menjual mobilku demi keluarga kecilku. Aku tidak butuh kehadiran mu disini"sepasang mata Jonghyun menatap Jeno tajam, tangannya kembali memaksa Jeno untuk ikut dengannya.
"Hyung.."

"Lepaskan anakku, bajingan!"

"Akh!"Sumin yang melihat Jaemin didorong pun berlari menghampiri anaknya yang kesakitan, perutnya mengenai ujung meja yang tumpul. Jangan kalian kira jika tumpul tidak akan sakit.
"Lepaskan aku dasar iblis!!"

Jaemin meremat perutnya yang terasa begitu sakit, telinganya kembali berdenging. Penglihatannya perlahan buram karena air matanya.
"Aku mohon...jangan pergi.."

"LEPASKAN AKU!!"Jaemin menatap Jeno yang terus saja diseret keluar dari rumah. Jaemin memaksakan dirinya untuk berdiri dan kembali mengejar Jeno. Hal yang dilakukannya justru membuat Jeno semakin marah, adiknya baru saja bersujud di hadapannya sendiri, memeluk kaki ayahnya erat.
"Aku mohon jangan bawa hyung..aku yang bersalah disini tapi tolong jangan bawa Jeno hyung"

"Enyah kau, anak pembawa sial!"

"Lee Jonghyun!!"Jaemin tersenyum kecil mendengar suara yang ia harapkan dari tadi, kehadiran sang paman.

[]

Kalau aku gak ngantuk aku double update ya,
Doain aja biar gak ngantuk supaya bisa up lagi.
Greget aku tuh, pengen musnahin bapak terhormat Lee Jonghyun dari muka bumi.
Heran aku tuh, kenapa hobi banget bikin tokoh antagonisnya dibenci
orang👉🏻👈🏻

Run, Na Jaemin!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora