01

26.4K 1K 87
                                    

"waktunya bangun orang yang paling aku sayang, waktunya bangun!"serunya sembari menyerbu pipi seseorang yang masih tertidur dengan banyak cubitan dipipi si bungsu.
"Hyung ganggu.."

"Enggak ganggu, bangun ayo.. Masa gak akan sekolah.."

"Pindahin sekolahnya ke sebelah rumah," gumamnya sembari menarik kembali selimut yang semula ditarik oleh si pengganggu.

"Astaga mana bisa.. kamu kira memindahkan bangunan semudah memindahkan koin"
Lee Jeno lagi-lagi menarik pipi tembam sang adik, memberikan tepukan ringan pada dahi sang adik
"Ah ganggu aja bisanya!"

"Bangun makanya."

"Ya..ya, aku bangun." Jeno menatap Na Jaemin yang kembali memejamkan matanya, tak segan untuk menarik tangannya dan membuatnya duduk.
"Bangun, mandi, setelah itu sarapan bersama ku atau aku tinggal"

"Memangnya hyung tega meninggalkan anak sebaik dan menggemaskan seperti aku?"
Jaemin segera berdiri dari duduknya dan berjalan tergesa-gesa menuju kamar mandi ketika Jeno sudah memberikan tatapan yang membuatnya takut, seram.
"Hyung tunggu di meja makan"

***

"Selamat pagi!"seru Jaemin semangat, menuruni anak tangga dengan perlahan.

"Pagi juga adikku.."

Jaemin tersenyum, mendudukkan dirinya di sebelah Jeno.
"Hari ini pulang jam berapa?"

"Seperti biasa, tidak ada tambahan"

"Memang seharusnya begitu." Jeno berusaha tersenyum mendengar suara kepala rumah yang berat.
"Baiklah, hyung jemput"

"tidak.. aku~~"

"Tidak ada alasan, aku akan menjemputmu tuan Na"
Jaemin tersenyum, memakan roti panggang nya yang terlihat sedikit terlalu matang.
Baru satu gigit Jeno mengambil roti ditangan Jaemin, menukarkannya dengan miliknya.
"Makan yang itu"

"Tapi kan yang itu yang punya ku hyung.."

"Makan, Na." Jaemin menurut, memakan rotinya dengan satu gigitan besar. Pipinya menjadi menggembung karena harus mengunyah roti yang cukup banyak dimulut kecilnya.
Jeno yang melihatnya tersenyum sembari memakan roti milik Jaemin yang sedikit keras, mungkin karena kelamaan dipanggang.
"Minum susu nya juga, supaya cepat tinggi"

"Aku sudah tinggi ya hyung.. hyung nya saja yang berlebihan"

***

Jaemin tidak bangkit dari duduknya ketika mendengar bel berbunyi.
Berbeda dengan kebanyakan anak-anak yang memilih langsung berlari menuju kantin dan mengisi perut kosong mereka. Bel sudah berbunyi lima menit sebelumnya tapi tidak mengubah niat Jaemin untuk tetap di bangkunya.
Tangannya mengambil pensil dari dalam tas, pensil yang memang sering ia gunakan khusus hanya untuk keperluannya.

Tangannya mulai bergerak untuk menggambar garis demi garis di halaman bukunya.
Garis-garis yang membentuk gambaran yang mungkin terlihat cantik dimata seseorang.
"Jaemin, aku mencari mu!"

Seorang siswa duduk disebelah Jaemin, menaruh sebungkus roti di hadapan Jaemin.
"Aku tidak mau mendengar mu masuk rumah sakit karena tidak makan, makan!"

"Nanti." Jaemin masih asik menggambar membuat siswa yang telah menjadi sahabatnya dari sejak awal masuk sekolah itu geram. Tangannya dengan cepat merebut pensil ditangan Jaemin dan menyembunyikan.
"Makan baru ku kembalikan pensil mu"

Run, Na Jaemin!Where stories live. Discover now