26

2.4K 294 41
                                    

"akh.."Jinyeong ikut meringis saat melihat Jaemin sedikit kesakitan karena ia menempelkan kapas yang dibasahi dengan antiseptik ke luka di wajah Jaemin, ingatlah jika luka di wajah tampannya belum sembuh.
"Maaf"

Jaemin mengigit bibir bawahnya saat Jinyeong kembali mengobatinya, matanya yang awalnya ia tutup perlahan terbuka menatap manik mata Jinyeong.
Jaemin jadi penasaran seberapa cantiknya mata sang ibu jika dilihat dari dekat
"Nah sudah..kan sudah bibi bilang kalau mau pergi minta Mark untuk mengantarkan mu kalau Jeno sedang tidak bisa..dasar nakal"

"Aku tidak mau mengganggu mark hyung..bibi aku pinjam ponsel nya ya?"Jaemin meraih ponsel milik Jinyeong, mengetik nomor seseorang yang ingin ia telpon.
"Iya bi, kenapa?"

"Ini aku hyung..hyung dimana? Aku mencari hyung. Kata bibi Jinyeong hyung pergi saat aku masih tidur, jahat. Kan aku juga mau ikut dengan hyung"

"Hehe, maafkan aku. Aku harus membeli sesuatu makanya pergi. Mana mungkin kakakmu tega membangunkan mu"

"Mark hyung juga?kalian meninggalkan ku.."

"Sebentar lagi juga pulang kok, ban mobilku bocor jadi..pakai mobil Mark hyung, lumayan irit bensin"

"Hihi.. yasudah, cepat kerumah bibi lagi ya hyung. Aku bosan"Jaemin tersenyum kecil mendengar suara Jeno dari seberang sana sebelum meletakkan kembali ponsel Jinyeong diatas meja setelah telponnya mati.

Jujur saja, ia rindu kedua orangtuanya walaupun tidak pernah dihargai selama ini.
Tapi tetap saja, ibunya sudah melahirkannya dan tidak mungkin ia melupakan jasa seorang ibu.
"Bi..aku mau pergi sebentar boleh ya?"

***

Ia melirik jam tangannya, jam segini ayahnya sedang pergi bekerja sedangkan ibunya libur kerja hari ini.
Dengan langkah pelan ia masuk ke rumah yang sudah jarang ia datangi lagi. Dari sofa ia menatap punggung ibunya yang terlihat tengah melamun dengan segelas teh dihadapannya.
"Ibu.."

Sumin menoleh, matanya seketika berkaca-kaca melihat anak bungsunya yang berdiri tidak jauh darinya. Ia bisa merasakan jika Jaemin masih sedikit takut untuk bertemu.
"Jaemin.."

"I-ibu, aku bawa.. makanan untuk ibu..ini dari bibi Jinyeong. Aku akan segera pergi, tenang saja"

"Maafkan ibu"tubuh Jaemin menegang mendengar ibunya berbicara seperti itu, matanya tak lepas dari Sumin yang kini menundukkan kepalanya.
"Ibu mohon maafkan ibu..ibu seharusnya tidak membencimu hanya karena kekurangan mu.."

"Ibu salah selama ini. Anak bungsu ibu ternyata lebih hebat dari yang ibu bayangkan. Ibu melewatkan semuanya"
Jemari tangan Jaemin meremat kantung plastik ditangannya, matanya masih menatap Sumin yang sudah menangis
"Ibu mohon..maafkan ibumu ini, nak. Ibumu sudah kelewatan"

"I-ibu.."Sumin terkejut saat Jaemin memeluknya, menangis sejadi-jadinya di bahu wanita itu.
"Maaf.. aku belum bisa membanggakan ibu dan ayah"jelasnya disela-sela tangisannya.

"Ibu dan ayah mu yang salah disini..ibu mohon jangan menangis lagi ya?"bukannya berhenti menangis, Jaemin semakin terisak saat Sumin mengecup kepalanya dan membalas pelukannya.
Hatinya menghangat merasakan kembali pelukan seorang ibu.
Jaemin tersenyum kecil, akhirnya ia bisa merasakan sosok seorang ibu yang sebenarnya sekarang.

Dan tidak ada yang sadar jika Jeno memperhatikan keduanya dari jendela, sengaja tidak masuk ke rumah untuk memberikan waktu hanya bagi mereka.
Dirinya ikut bahagia saat melihat Jaemin tersenyum, adiknya kembali merasakan bagaimana ibunya memeluknya kembali sekarang dan Jaemin kini punya rumah disaat dunia menghakiminya kembali nanti.

Run, Na Jaemin!Where stories live. Discover now