03

5.6K 527 32
                                    

Jaemin membenamkan wajahnya pada bantal, Kakaknya belum juga pulang dan ini benar-benar menyebalkan untuknya. Tadi Jeno bilang kalau mau membeli sesuatu dulu, Jaemin merutuki kesalahannya kenapa ia tidak ikut ajakan Jeno tadi.
"Bosan..." gumamnya tanpa mengangkat kepalanya.

Sejak setengah jam lalu Jaemin hanya berbaring, berbaring dan berbaring. Tidak ada yang ia lakukan selain menggambar atau memperhatikan kaki palsunya. Jaemin masih tidak mengangkat kepalanya ketika merasakan tangan seseorang menyentuh kepalanya.
"Sepertinya ada yang bosan.."

Jaemin memutar tubuhnya menjadi terlentang, menatap kakaknya yang entah kapan datang.
"Hyung lama, aku jadi tidak punya teman"

"Lama? Hyung hanya keluar beberapa menit saja tidak lama"

"Jadi empat puluh tiga menit itu tidak lama?"

"Tidak, kalau setengah jam lama, kalau hanya empat puluh tiga menit sih tidak lama"

"Terserah hyung saja" Jeno tertawa renyah melihat Jaemin kesal, mengeluarkan permen lollipop yang sengaja ia beli tadi.
"Ini. Kamu bilang kemarin ingin ini kan?"

"Wahh..." Jaemin tersenyum sembari mengangkat permen ditangannya. "Terimakasih hyung"

"Kalau udah makan, kumur-kumur, gigimu bisa rusak nantinya"
Jaemin mengangguk, menatap Jeno yang melangkah keluar dari kamar nya dengan terbalik. Tidak, Ia yang menatapnya terbalik.

Jaemin mengangkat kakinya sebelah hanya untuk menatapnya sekilas. Memiliki fisik yang kurang sampai saat ini belum membuatnya harus menerima keadaan sepenuhnya. Terkadang ia berfikir kenapa harus terlahir seperti ini, tidak memiliki satu kaki dan mengharuskannya untuk menggunakan kaki palsu. Terkadang juga ia beranggapan jika dirinya menyusahkan, tidak bisa seperti orang lain, hanya bisa dijadikan bahan olokan sampai detik ini.
Jika saja Jeno tidak ada selama ini, mustahil ia bisa melewatinya begitu saja.

"Aku tau kamu sudah menghabiskan permen mu, kumur-kumur atau aku cabut semua gigimu itu" spontan Jaemin menutup mulutnya sebelum berlari ke kamar mandi.

"Jangan cabut gigiku!"

***

Terlahir dengan keadaan seperti itu membuat Jeno juga merasa khawatir, saat tau adiknya dengan keadaan seperti itu. Kondisi ibunya sempat menurun, mungkin karena terkejut.
Tapi entahlah, setelah itu Jaemin jarang mendapat pelukan lagi. Hanya selama Jaemin membutuhkan ASI saja mereka memperhatikannya. Apa yang salah dengan mereka sebenarnya

"Berikan itu" Jeno merebut buku ditangan Jaemin, membaca sampulnya sekilas dan menyimpannya di meja.

"Tidak pegang buku selama kamu didekat ku"

"Ayolah hyung, aku ada ujian saat masuk nanti, matematika.."

"Kamu tidak akan gagal, percaya pada hyung mu ini"

"Jika ujian harusnya kamu tau sekarang harus apa"
Ucapan seseorang yang kini tiba-tiba muncul membuat Jaemin buru-buru memasang kembali alat bantunya dan merebut buku dari tangan Jaemin.

"Aku mau belajar hyung" Jaemin meninggalkan Jeno yang masih duduk disofa.

"Paksa terus... paksa dia belajar, besok ayah paksa dia bekerja juga"
Jeno menyusul Jaemin yang tengah membaca bukunya, berbicara sendiri sambil membaca setiap kalimat di bukunya.

"Kamu masih ada waktu untuk belajar besok, jangan dipaksakan hari ini"

"Ayah meminta ku belajar hyung, aku harus menurut" Jeno mencebik, mengambil buku dari tangan Jaemin.

"Otak mu juga butuh istirahat"

Jaemin mengerucutkan bibirnya, menatap Jeno yang berbaring di kasurnya. "Hyung.."

"Jaemin.." balas Jeno dengan nada yang sama dengan Jaemin. Jeno tersenyum puas melihat Jaemin menatapnya kesal.

"Daripada aku mengigit mu, hyung..kemari kan buku ku"

Run, Na Jaemin!Where stories live. Discover now