28. Efek Sebuah Mimpi

3.9K 586 41
                                    

Guncangan lembut pada tubuhnya, membangunkan Nata. Matanya mengerjab sebentar, untuk mengadaptasikan cahaya.

Di luar gelap, dan hanya ada cahaya kerlap kerlip bewarna biru yang bisa mengingatkan Nata bahwa saat ini mereka masih di dalam bus.

Gadis itu mendesah pelan, dan sedikit bangun untuk memperbaiki posisi duduknya. Namun leguhan dari arah sampingnya, mengejutkan Nata.

Nata mendekatkan wajahnya, untuk mencium bau parfum orang yang berada di sampingnya, dan berharap tindakannya itu membuat ia bisa mengenali siapa orang tersebut.

Keningnya mengernyit saat merasa tidak asing dengan bau parfum yang baru ia cium.

Elang. Dan hanya laki-laki itu yang memakai parfum seperti ini.

Kembali menjauhkan tubuhnya, Nata mendesah lagi. Matanya perih, badannya serasa remuk dan ia kelaparan. Apakah efek dari menghilangnya ia dan Adele baru saja kerasa?

Gadis itu kembali bangkit, berniat melihat siapa saja yang belum tidur. Namun nihil, semua temannya sudah tertidur. Nata tahu, bahwa temannya ini pasti juga lelah fisik dan batin. Ia tahu bahwa ia sudah kembali menyusahkan orang lain. Dan ia juga bisa menilai, bahwa kepulangan mereka yang mendadak seperti ini pasti karna dia.

Nata memutuskan untuk keluar dari kursinya. Ia kelaparan, dan harus memakan sesuatu agar ia tidak berubah menjadi menyebalkan.

Dia sekarang baik-baik saja. Mental dan fisik, kecuali satu, perut.

Ia bermimpi indah tadi. Ia bertemu dengan maminya, yang terlihat cantik dengan memakai dress putih. Depresi yang ia alami ternyata membuat maminya tidak tenang di sana hingga mampir ke dalam mimpinya.

Nata tersenyum senang saat memikirkan itu. Ia di kelilingi oleh orang-orang yang sayang padanya, dan itulah yang harus ia percayai.

Semasa hidup maminya, Nata selalu di ingatkan bahwa ia tidak pernah sendirian. Maminya selalu menjadi orang yang paling terdepan, jika ada orang yang akan menyakitinya. Intinya, Nata hanya perlu menjalani kehidupannya, mengikuti alurnya. Karna percayalah, orang baik akan bahagia ujungnya.

Nata berjalan dengan pelan menuju supir. Setelah membuka pintu pembatasnya, Nata menyapa sang supir dengan ramah.

Ia sempat duduk sebentar untuk berbasa-basi, lalu kembali ke bangku penumpang. Matanya menatap takjub dekorasi bus. Benar-benar mewah. Lalu matanya tertuju ke arah dapur bus. Ia kelaparan, dan tidak ada salahnya ia mencari makanan. Bisa saja teman-temannya membawa sedikit cemilan.

Dan benar saja. Dapur bus penuh dengan makanan. Nata duduk dengan tenang menikmati makanannya. Ia sengaja duduk menghadap kursi penumpang, untuk menikmati gelapnya.

Tangannya masih saja mencomot beberapa cemilan, saat Elang bangun dengan terkejut.

Laki-laki itu langsung bangkit berdiri, dan dengan matanya yang memerah, Elang keluar dari kursinya, setelah menghidupkan lampu kursinya. Jelas, cahaya terang yang tiba-tiba itu membuat semua orang terbangun.

"Nata mana? Nata mana?" Tanya Elang panik sambil memeriksa semua kursi.

Nata yang ikutan panik akhirnya bangkit berdiri untuk menemui Elang. Di tangannya tak lupa masih menggenggam cemilan.

"Kenapa? Kenapa?" Tanya Nata panik yang masih tidak mengerti.

Elang membeku di tempatnya. Matanya menatap Nata dengan melotot. Lalu tangannya secara otomatis membawa Nata ke dalam pelukannya.

"Kenapa?" Tanya gadis itu lagi, lantaran masih bingung.

"Dari mana?" Desah Elang menuntut.

"Makan. Aku kelaparan" ucap gadis itu polos sambil menunjukkan bungkusan cemilannya.

The Power of Girl (TERSEDIA DI PLAYBOOK)Onde histórias criam vida. Descubra agora