Kara mengangguk lemah. Ia ingin segera berbaring karena tidak bisa lagi menahan rasa sakit dan nyeri di sekujur tubuhnya. Kara berdiri seketika penglihatan nya kunang-kunang, mengedipkan matanya untuk meminimalkan denyutan seolah ingin memecahkan kepalanya secara perlahan. Pasal Daryna, gadis itu terlambat dan dihukum membersihkan selokan.

Dia mati-matian berjalan menuju uks yang terasa jauh untuk dijangkau. Ingin menangis karena tidak tahan dengan semuanya. Namun, untungnya ada pria baik yang membantu membawa Kara sampai akhir. Chandra, pria yang terlahir sebagai penyelamat di saat-saat seperti ini.

"Lo kok bisa pucet begini? Belum sarapan?"

Mereka sudah berada di uks. Kara sudah duduk di kasur uks sedangkan Chandra berdiri di hadapannya.

"Nggak sempet, kesiangan jadi telat dateng."

"Ya ampun, bentar, ya."

Tidak lama dari itu. Chandra datang dengan sebotol minyak kayu putih di tangannya dan secangkir air pereda sakit kepala. Ia menawarkan minyak kayu putih untuk menghilangkan rasa pusing yang Kara alami.

Kara mengambilnya dan tidak perlu bertanya lagi, dia mengoleskan minyak kayu putih di area pelipis dan pangkal hidung sesekali memijatnya. Dia meminum pereda nyeri yang diberikan Chandra dalam satu tegukan.

"Lo nggak kelas, kak?"

"Lo tunggu di sini biar gue beliin nasi goreng buat mengganjal perut lo." Chandra yang ingin berlalu pergi dicegah oleh Kara, Kara memegang pergelangan tangan Chandra dengan cepat, Chandra menoleh.

"Ehh ... nggak usah kak. Ntar aja gue bisa sendiri kok. Lo gak perlu khawatir," titah Kara dengan cepat.

"Beneran nggak pa-pa? Sebelum gue pergi nih?"

"Iya beneran," ucapnya dengan senyum tipis. "Oiya lo nggak belajar apa? Udah kelas dua belas juga, masih keluyuran sana-sini."

"Gue tadi permisi ke toilet."

"Yaudah balik gih ke kelas lo. Lama-lama di sini nanti guru yang ngajar di kelas ngira kalau lo mau bolos, lagi."

"Oh ya udah. Kalau perlu apa-apa, chat gue atau siapapun jangan sendiri, gue takut lo kenapa-napa."

"Iya kak, aman tuh."

"Yaudah gue pergi dulu, ya."

Kara mengangguk. Kara segera membaringkan tubuh di atas ranjang putih dan menarik selimut yang ada sampai batas leher. Entah kenapa rasanya pagi ini sangat dingin.

Dari kamar sebelah, ada seorang pria yang menguping pembicaraan Kara dan Chandra. Menguping tidak sengaja, tapi dia telah berada di sana selama ini dengan tangan yang diletakkan di dahinya.

Setelah suara pria lain menghilang dari gendang telinganya dan gadis di kamar sebelah juga tidak bersuara selain derit tempat tidur yang dilirik pria itu, apa yang gadis itu lakukan sekarang? Dan kenapa gadis itu sakit seperti ini? Atau sekadar bertindak agar Anda bisa keluar dari belitan pelajaran?

Dengan cepat pria itu menarik kain pembatas. Kara yang merasa terusik menoleh ke sumber suara, takut ada 'sesuatu' yang mengawasinya.

KARA |Serendipity|Where stories live. Discover now