Matahari dan Pluto

9.3K 1.7K 57
                                    

Pagi ini anak-anak pejuang olimpiade sudah berkerumun di mading sekolah. Mereka melihat hasil seleksi tahap pertama olimpiade yang diadakan kemarin lusa.

Senja menyeruak di antara kerumunan siswa-siswi. Tubuh Senja memang imut, jadi dia cukup leluasa untuk menerobos dan melihat pengumuman dari jarak dekat. Sementara itu Jundan dan Elfrey tinggal mendongakkan kepala dan sedikit berjinjit saja karena mereka cukup tinggi.

"Selamat Daniel, lo rangking pertama seleksi tahap ini." Senja tersenyum lebar. "Elfrey, elo juga dapat rangking pertama lho."

"Iya, gue dah lihat, lo gimana?" tanya Elfrey.

"Gue rangking pertama, Wendy juga, dan kalian tahu siapa rangking di bawah kita?" tanya Senja dengan senyumnya.

Jundan memicingkan mata. "Si Alf?"

"Iyaps, Alf menduduki rangking kedua di Matematika, Fisika, ketiga di Kimia, dan rangking ke lima Biologi. Hebat banget ya dia. Gue tahu sebenernya dia bisa ngalahin kita kalau dia mau. Tapi dia tetap mengikuti rencana kita di awal."

"Tapi rangkingnya Alf terlalu mencolok. Harusnya dia rangking tiga puluh saja," komentar Elfrey.

"Enak aja!" tiba-tiba Alf muncul bersama Ruby sambil membawa sebotol air mineral. "Kalau gue sengaja rangking di bawah, trus pas seleksi tahap akhir tiba-tiba meroket jadi rangking satu, apa mereka bakal percaya? Kalian semua nggak tahu gimana sulitnya gue ngira-ngira jawaban dan kesalahan gue biar bisa rangking dibawah kalian!"

"Gue tahu itu lebih sulit daripada serius ngerjain soal beneran." Ruby menepuk bahu Alfarez, menghiburnya.

"Selamat ya, gue tahu kalian bakal lolos!"

Mereka berlima menoleh bersamaan. Seorang gadis manis berkacamata sudah berdiri di depan mereka. Ozora tersenyum lebar memberi selamat pada kedua adik sepupunya, tatapannya lalu berhenti di Jundan. Jundan segera memalingkan muka.

"Makasih Kak Ozora. Kalau nggak ada kakak, aku dulu juga bukan apa-apa." Senja tersenyum.

"Ah enggak kok, lo emang berbakat di bidang perkimiaan," komentar Ozora.

Senja hanya membalasnya dengan senyuman. Entah mengapa menurutnya suasana ini jadi sedikit canggung. Senja tahu Ozora ingin menyapa Jundan, tapi mungkin tidak nyaman karena di situ ada dia, Elfrey, Alf, dan Ruby.

"Emm, kalau gitu gue balik kelas dulu." Senja menunduk dan permisi pada kakak kelasnya.

"Gue juga mau balik kelas," tukas Jundan dingin, namun lengannya dicegah Ozora.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo!" Ozora memandang Jundan tajam.

Sementara itu Senja berjalan cepat menuju kelasnya. Ada sedikit rasa ngilu melihat Jundan dan Ozora. Dia tahu tidak berhak untuk cemburu karena sejak awal Jundan adalah milik Ozora. Dia mungkin hanya akan jadi penghalang untuk mereka kembali bersama.

Brukkk!!!

"Heh, kalau jalan lihat-lihat dong!"

Senja mengangkat wajahnya. Ellie memandangnya geram.

"Ma-maaf Kak," cicit Senja.

"Makannya punya mata tuh dipake, jangan mata batin aja yang dipake!" ejek Sheryl.

"Iya tuh, mana surat pernyataan permintaan maaf lo? Sampai sekarang belum kelar?" tanya Ariel.

Sebenarnya Senja sudah menyelesaikan surat itu beberapa hari yang lalu. Tapi ia bingung bagaimana memberikannya pada Ellie, Ariel, dan Sheryl. Hanya punya Kepsek saja yang sudah ia serahkan.

"A-ada di tas, Kak. Sebentar saya ambilkan!" Senja segera berlari tapi kerahnya ditahan Ellie dari belakang.

"Bawa surat itu, gue tunggu elo di kelas gue!"

High School and Rebellion [Misteri Gedung Olahraga]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang