Hari 22, Kota di Ujung Tanduk

157 117 75
                                    

Ketika membuka mata,
kota ini sudah mau mati.
Warna-warni kehilangan gairah,
sekarat akibat cemooh orang-orang.
Siapapun yang masih tinggal berlagak pilon,
hei, siapa yang tahan tinggal di dalam gelap?

Bibir-bibir yang seharusnya berucap,
dibungkam oleh cekam serta senyap.
Kita ingin menyelamatkan kota,
malah kita melarikan diri dari hal-hal.
Bangunan nan kokoh mulai rubuh,
dan bodohnya aku tidak sempat kabur.

Reruntuhan yang merontakkan tubuhku,
mereka tidak menutup mataku dari fakta.
Kota ini skenariomu,
sengaja kamu hancurkan.
Kepalamu berputar ke arahku,
kukira kembali untuk mengulurkan tangan.
Naas, kamu cuma mengulur waktu,
demi menunggu seseorang yang bukan aku.

Tinggal aku bersama batu berdebu,
irama retakannya sama dengan hati ini.
Pertama dan terakhir kali demi bangkit,
apa aku boleh meminta bantuan seseorang?

______________________________________________

Pilon: tidak tau apa-apa.

KLM #1: Kelana | ✔Where stories live. Discover now