Kara duduk, memeluk lututnya, menyembunyikan wajahnya di antara kedua kakinya. Dia sangat kesal sehingga dia ingin menangis.

"Huaa, hiks...." Sebenarnya Kara sama sekali tak lemah dan tak gampang menangis, namun, kalau tertimpa kesialan berkali-kali siapa yang kuat?

Tak lama dari itu.

Zoya datang menatap bingung pintu kamarnya yang terbuka lebar dan tak lama, suara tangis pecah memasuki rongga telinga. Zoya mendekati sumber suara. Ia takut, ada hantu iseng numpang nangis di kamar miliknya. Dan ternyata, suara tangis yang meredam tersebut berasal dari adiknya yang sedang menelungkup wajah di lekukan kaki di samping kasur. Dan ia mulai bertanya-tanya, apa gerangan dengan adiknya?

"Dek? Lo kenapa?" Zoya menepuk bahu Kara pelan membuat si empunya bahu menoleh secara perlahan dengan air mata yang terus mengalir.

"Ganti masker gue."

"Dih gitu doang lo nangis? Lo mau nangis sampe kapan? Sampe kamar gue kebanjiran air mata lo?"

"Kak, gue serius."

"Siapa yang bilang lo lagi ngelawak?"

"Kalau enggak lo ganti sekarang juga, gue aduin ke papa." Kara beranjak dari kamar Zoya, membuat Zoya memandangnya tak percaya.

"Pasti ada masalah lain nih," gumam Zoya sambil menatap pintu dengan tatapan yang tidak bisa dimengerti.

Takut adiknya akan mengamuk lagi, Zoya dengan cepat merogoh dompet yang ada di tas kecil yang dibawa sebelumnya, mengambil beberapa lembar uang dan berjalan menuju kamar saudara perempuannya.

Cklek ..

Zoya melihat Kara berbaring telungkup di tempat tidur dengan wajah tersembunyi di atas bantal.

Zoya menghampiri Kara dan mengguncang tubuh Kara agar gadis itu bangun.

"Dek, nih, gue kasih uang. Beli dah tuh masker sama lo." Zoya berkata dengan santai sambil mengulurkan tangannya yang berisi beberapa lembar uang.

Kara perlahan menoleh untuk melihat uang di tangan Zoya dengan senyum terkendali. "Semuanya, nih?" Kara bangkit dari tidurnya dan menghitung beberapa lembar uang yang tidak sedikit dengan binaran mata yang terlihat jelas.

"Ya, nggak semuanya lah, dek. Bangkrut gue nanti kalau lo belanja-in semuanya," balas Zoya dengan cepat. Kara mengerucut bibirnya kesal.

"Nanggung kak, semuanya aja, ya?" Zoya mengembuskan napas panjang dan mengangguk dengan hati yang keberatan.

"Yes! Ya udah, sana lo pergi, gue mau ganti baju," ucap Kara mendorong tubuh Zoya menjauh dari kamarnya.

Zoya berdecak kesal dengan perilaku adiknya. Ingin mengutuk Kara, Zoya tidak tega melakukannya. Berakhir berjalan menuju kamarnya yang berada di sebelah kamar Kara.

Kara, yang berada di dalam kamarnya, berganti dengan kaos lengan pendek dan celana di atas lutut. Kara menuruni tangga, berjalan menuju pintu masuk, terlihat Intan sedang menonton televisi di sofa melihat Kara yang sudah memutar kenopnya.

"Kara," ucap intan membuat Kara menoleh.

"Apa, Ma?" tanya Kara dengan tangan yang masih di kenop pintu.

KARA |Serendipity|Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon