Runaway Part 8 Dia Anakku

1.7K 115 6
                                    

#Edit


Author Pov.






Rachel merasa bosan dirumah sakit, dia tidak memiliki teman, tidak ada yang menjenguknya, tidak ada teman untuk ngobrol, setiap kedatangan WIliam kesini mereka berakhir adu mulut, entah kenapa dimata Rachel apa yang Wiliam lakukan selalu memancing emosi Rachel.

"Selamat siang Nyonya Rachel. Saya akan memeriksa kedaan anda," Rachel mengangguk, Dokter dan perawat tiap empat jam sekali melakukan kunjungan ke kamarnya untuk mengecek apakah ada pendarahan baru atau tidak, apakah kondisi Rachel mulai membaik atau tidak.

"Nyonya hari ini tidak terjadi pendarahan, jika ini berlangsung sampai besok pagi maka lusa anda sudah bisa kembali ke rumah," Jelas Dokter setelah selesai memeriksa Rachel.

"Terimakasih Dokter," Balas Rachel, akhirnya dia bisa kembali ke rumah, tapi sama saja, Wiliam pasti tidak akan melepaskannya begitu saja, Wiliam pasti akan mengurungnya kembali.


Dari luar kamar inap Rachel, Zack terus memantau Rachel, Zack sudah melapor pada Wiliam jika Rachel sudah bisa kembali lusa jika Rachel tidak lagi pendarahan, dan pemicu Rachel kembali pendarahan ringan selama beberapa hari ini yakni Wiliam, mau tidak mau Wiliam mendengarkan saran dari Zack untuk tidak mengunjungi Rachel terlebih dulu, Zack juga kasihan dengan Rachel, beberapa kali Zack melihat Rachel menangis setelah Wiliam dan Rachel bertengkar, tentu saja Wiliam tidak tau.

Zack mengetuk pintu sebelum dia masuk ke kamar inap Rachel.

"Nyonya, saya bawakan buah dan camilan, apa anda ingin makan sekarang?." Tanya Zack, selama beberapa hari menjaga Rachel dari luar, Zack tau Rachel tidak terlalu suka dengan manakan dari rumah sakit.

"Boleh, aku ingin apel," Zack mengangguk, dia mengupas apel untuk Rachel, sementara Rachel hanya bisa melihat Zack mengupas apelnya, Rachel memang sudah bisa duudk namun Dokter tidak menyarankan untuk lama, jadi Rachel memilih untuk bersender di tempat tidur, Rachel bisa mengatur sendiri tempat tidurnya jadi dia tidak perlu repot repot memanggil orang untuk membantunya.

"Zack, apa setelah ini aku bisa kembali ke apartemenku?." Tanya Rachel.

"Saya tidak tau Nyonya, sebaiknya anda bicara dengan Tuan Wiliam ketika Tuan datang nanti" Zack sebenarnya sudah tau apa yang sedang direncanakan Wiliam, namun Zack tidak mungkin bicara pada Rachel saat ini, bisa bisa Rachel kabur lagi.

"Bukannya kamu tangan kanan Wiliam?." Tanya Rachel, Rachel mencium bau bau kebohongan.

"Saya belum tau rencana Tuan Wiliam selanjutnya, apakah anda bisa kembali ke apartemen anda atau anda tinggal di rumah milik Tuan Wiliam." Balas Zack, sebenarnya ini rencana Wiliam sebelum Damian menyuruh Wiliam segera kembali ke New York.

Rachel hanya mengangguk.

"Apa mungkin rumah Wiliam yang kemarin itu?." Tanya Rachel lagi.

"Iya Nyonya." Zack selesai memotong motong apelnya, menyerahkan apel yang sudah di kupas dan di potong pada Rachel.

Rachel menghabiskan dua apel dan beberapa buah anggur, Rachel yang merasa ngantuk langsung berbaring setelah mengatur tempat tidurnya, sementara Zack sudah keluar dari ruangan Rachel beberapa saat yang lalu saat dia mendapat telfon dari seseorang.


***


Wiliam sedang sibuk mengerjakan beberapa file yang dikirim Jessy, sekretarisnya di New York, jadi Wiliam memiliki pekerjaan selama di Brisbane selain menunggu kepulangan Rachel.


Wiliam sudah memutuskan akan membawa Rachel ke New York, Wiliam tidak bisa lama lama di Brisbane, Damian Daddynya akan curiga, dan Wiliam juga tidak bisa meninggalkan Rachel di Brisbane, siapa yang akan menjaga Rachel nantinya.

Ponsel Damian berdering, Daddynya menghubunginya lagi, bukannya disana tengah malam, jangan jangan ada yang penting.

"Halo Dad, ada apa?." Tanya Wiliam.


"Daddy kebetulan di Indonesia, mungkin kalau kamu ada waktu kamu bisa ke Indonesia sebentar," Ucap Damian.


"Ahhhh,,, ok Dad, kebetulan Wiliam tidak terlalu sibuk, Wiliam akan segera berangkat ke Indonesia," Balas Wiliam, jika Wiliam menolak, maka Damian mungkin yang akan menghampirinya, dan itu tidak baik untuknya.


"Daddy tunggu kedatanganmu, Daddy harus makan siang dulu dengan Orlando dan Xander, sampai jumpa Wiliam." Damian mematikan sambungan telfonnya membuat Wiliam langsung menghembuskan nafasnya lega.

Wiliam segera menghubungi Zack untuk menyiapkan jet ke Indonesia, sementara di rumah sakit biar pengawal lain yang menjaga Rachel, Wiliam yakin Rachel tidak akan pergi dengan kondisi seperti ini.


****


Rachel cukup heran seharian ini Wiliam tidak datang menemuinya, biasanya pagi sebelum berangkat kerja Wiliam akan mengunjunginya, siang saat jam makan siang Wiliam akan mengunjunginya dan malam hari Wiliam menginap di rumah sakit, akan tetapi seharian ini Wiliam tidak datang, apa mungkin dirinya merindukan Wiliam, enggak, itu enggak mungkin, jangan sampai dirinya jatuh lagi kedalam perangkap Wiliam, Rachel tidak tau apa rencana Wiliam, lebih baik dia berhati hati, jangan sampai terlena dengan pesona Wiliam dan merasakan yang namanya sakit hati kembali.

Rachel menoleh ketika mendengar suara pintu di buka, Rachel kira perawat atau Dokter namun bukan, disana, di ambang pintu Damian Spencer berdiri dengan wajah tidak bersahabatnya,

"Bagaimana keadaannya?." Tanya Damian, kini Damian sudah duduk di kursi samping tempat duduk Rachel.

"Baik," Balas Rachel, Rachel tidak tau harus bagaimana menanggapi ucapan Damian.


Damian mengambil sebuah kertas dari saku jasnya, memperlihatkan pada Rachel.

"Usia kandungan kamu enam bulan, dari hasil tes DNA disini anak yang kamu kandung merupakan anak WIliam," Rachel bisa melihat keterangan di kertas itu.

"Lalu apa yang akan anda lakukan?." Tanya Rachel.

"Kita buat gampang saja, pertahankan janin itu hingga lahir, berikan bayi itu padaku, dan aku akan memberimu uang lima belas miliyar, kamu bisa bebas kemana saja, dan ngapain, apa kamu setuju??." Tanya Damian.

"Apa anda mengira saya kekurangan uang hingga saya harus menerima uang dari anda, dengar Tuan Damian Spencer yang terhormat,,lebih baik anda bawa pergi anak anda dari sini, sampai kapanpun saya tidak akan menyerahkan anak saya dengan uang, dia lebih berharga daripada uang yang anda berikan pada saya nanti." Rachel emosi tentu saja, bagaimana tidak Damian menganggapnya seperti perempuan kekurangan uang, walau memang benar adanya, namun Rachel tidak akan menyerahkan anaknya pada Wiliam ataupun Damian hanya karena uang.

"Aku tidak menyangka kamu begitu munafik untuk mempertahankan janin itu," Ucap Damian enteng, seolah olah dia sedang berbicara santai dengan teman akrabnya.

"Saya tidak munafik, Bayi ini anak saya, saya tidak akan menjual anak saya demi uang dari anda, sekalipun saya hidup kekurangan saya akan tetap merawat anak saya." Rachel mengungkapkan isi hatinya dengan menggebu gebu hingga dia lupa jika Rachel harus tenang dan menjaga emosinya..

"Aku tidak menyangka jika Russel membesarkan anaknya dengan baik, tapi siapa tau nantinya kamu juga akan menukar anak itu dengan uang, bukannya buah tidak jatuh dari pohonnya, jika Daddy kamu akan menghalalkan segara cara untuk mendapatkan keinginannya aku tidak bisa menjamin kamu akan berbeda dengan Daddy kamu." Rachel diam, dia mengepal kuat kuat jari jarinya di selimut, mendengar setiap perkataan Damian seperti cambukan untuknya.

"Tuan Damian yang terhormat, jika anda tidak menyukai saya, saya tidak masalah, itu akan lebih baik, akan lebih baik lagi jika anda membawa anak anda kembali ke New York," Rachel mengatakan itu dengan tatapan penuh kebencian yang dia layangkan pada Damian, jari jarinya makin lemah menggenggam selimut.

"Ahhhhh...."

"Lebih baik anda pergi, saya ingin istirahat," Rachel menurunkan tempat tidurnya, dari bersender ke berbaring, seolah olah memang Rachel ingin tidur.


Tanpa kata Damian bangkit dari duduknya, dia berjalan meninggalkan ruang perawatan Rachel, sebelum menutup pintu kamar inap Rachel, Damian melihat Rachel meringis sambil memegangi perutnya, namun Damian tidak terlalu memperdulikannya, tohhh itu bukan urusannya.


Dokter dan perawat berjalan tergesa gesa menuju ruang VVIP 3 dimana ruangan itu ruangan Rachel,, Damian memang memang masih di lorong rumah sakit dia bersama Luke sedang bicara dengan pengawal yang berjaga disana.

"Luke apa yang terjadi?." Tanya Damian pada Luke.

"Saya tidak tau Tuan." Damian berjalan menuju ruang perawatan Rachel, dari kaca yang ada di pintu, Damian melihat beberapa Dokter sedang memeriksa keadaan Rachel, apa yang terjadi dengan Rachel, apa mungkin Rachel meyuruhnya pergi karena ini?.

"Tuan apa kita akan disini?." Tanya Luke,

"Tunggu sampai Dokter keluar, aku harus tau apa yang terjadi di dalam." Luke mengangguk, walau Luke tidak tau apa yang terjadi dengan Rachel namun Luke memiliki keyakinan jika Rachel seperti ini karena Damian.


RUNAWAYWhere stories live. Discover now