Runaway Part 15 Runaway

1.7K 80 3
                                    



Lima hari berlalu, kini di taman belakang hotel milik Orlando telah di sulap menjadi sebuah altar pernikahan, memang pernikahan ini tidak megah dan mewah, sederhana namun terkesan mewah, tidak banyak orang yang di undang, hanya orang orang terdekat mengingat kandungan Rachel, Wiliam tidak ingin Rachel kelelahan akibat pesta pernikahan ini, ditambah Wiliam tidak ingin mengambil resiko gunjingan orang, bukan masalah kehamilan Rachel tapi masalah orang tuanya dan orang tua Rachel.

Wiliam benar benar terpana dengan Rachel, bagaimana tidak dengan gaun sederhana namun sangat pas pada tubuhnya Rachel terilihat sangat mempesona walau perutnya telah membesar namun tidak menutupi aura kecantikan Rachel, yang ada Rachel makin makin tambah mempesona.

Sepanjang Wiliam menunggu Rachel berjalan menuju Altar hati Wiliam deg deg-an tidak menentu, perasaan senang, cemas, Bahagia, campur aduk jadi satu.

Damian menyerahkan tangan Rachel pada Wiliam,. Ya,, Damian yang menjadi pendamping Rachel berjalan menuju altar, aneh bukan tapi itu nyata, atas permintaan Wiliam tadi pagi sebelum acara ini di mulai, Wiliam meminta Damian untuk menjadi pendamping Rachel menuju altar, Wilaim tidak ingin Rachel berjalan sendirian, setidaknya ada orang yang menemani Rachel agar Rachel tidak kehilangan sosok seorang ayah yang mengantarkan anaknya menuju altar.


“Apa kamu lelah?.” Tanya Wiliam, kini mereka berdua duduk di kursi yang telah disiapkan untuk pengantin baru itu.

“Tidak, aku baik baik saja.” Balas Rachel sungguh Rachel masih canggung dengan kedekatan ini, bahkan dia tidak menyangka jika dia menikah secepat ini dengan Wiliam, ayah dari anak yang dia kandungnya.

“Aku pergi menyapa teman temanku, apa kamu mau ikut?.” Tanya Wiliam, Rachel hanya menggeleng mendengar ucapan Wiliam, walau Rachel tidak banyak mengenal orang orang disini, namun Rachel cukup nyaman duduk sendirian dari pada berbaur dengan tamu tamu disini.

Rachel sungguh merindukan teman temannya, sedang apa mereka, apa mereka tau jika hari ini Rachel menikah, apa mereka masih mengingat Rachel.

“Di hari Bahagia tidak boleh murung,” Rachel langsung mendongak ketika mendengar suara Kezia, rasa bersalah menghantui Rachel, dulu atas ke inginan Daddynya, Rachel bahkan rela merusak rumah tangga Kezia dan Xander kini Rachel malu, malu pada Kezia dan Xander.

“Apa yang kamu fikirkan?.” Tanya Kezia, Kezia bahkan sudah duduk disamping Rachel bersama anak kecil yang ada di pangkuannya..

“Tidak ada,” Balas Rachel pelan. Rachel menarik nafasnya kuat kuat untuk menguatkan hatinya,

“Kezia, maaf, maaf untuk semuanya dan terimakasih untuk semuanya.” Kezia menggenggam tangan Rachel.

“Jujur aku bukan orang yang mudah memaafkan orang lain, tapi aku tau, apa yang kamu lakukan hanya untuk berbakti pada orang tuamu, tapi cara itu salah, jangan gunakan lagi,” Rachel hanya mengangguk.apa yang dikatakan Kezia memang ada benarnya, Rachel terlalu menyayangi Daddynya hingga dia rela melakukan apa saja agar Daddynya senang.

“Key, sekali lagi terimakasih,” Rachel benar benar ingin meminta maaf pada Kezia, apa yang dia lakukan pada Kezia dulu bukan hal yang mudah untuk di maafkan Rachel tau itu, bahkan jika Rachel di posisi Kezia mukin Rachel akan gila kehilangan pasangannya yang di rebut orang lain.

“Emmm,,,” Kezia hanya mengangguk. Mereka saling diam, tidak tau apa yang ingin mereka obrolkan.


****


Setelah acara pernikahan yang cukup melelahkan tadi sore, kini, Rachel dan Wiliam sedang berada di kamar mereka, kamar pengantin sih katanya.

Wiliam sedang membantu Rachel melepas gaun pengantinnya, ternayta tidak sesimpel yang Wiliam bayangkan.

“Rachel, ini gaunnya langsung di lepas disini?.” Tanya Wiliam dengan suara seraknya membuat Rachel merinding.
“Aku akan ganti di toilet,” Rachel berjalan pelan, satu tangannya memegang gaunnya, satu lagi mengangkat bagian bawah gaunnya agar dia bisa leluasa berjalan.


Wiliam mengacak acak rambutnya ketika melihat Rachel masuk kedalam toilet, bagaimana bisa Rachel dengan perut besarnya itu malah membuatnya bergairah, dan sialnya Wiliam tidak mungkin menyentuh Rachel malam ini, Wiliam masih waras untuk melakukan hal seperti itu.


Wiliam membuka pintu baklon kamar mereka, menyalakan sebatang rokok untuk mengalihkan fikirannya dari Rachel.
satu batang, dua batang rokok tidak cukup untuk Wiliam, sial. Sepertinya dia harus minum, semoga saja ada whisky atau wine gitu.

Bukan whisky atau wine yang Wiliam temukan melainkan Rachel yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan bathrobenya, tetesan air masih mengalir di lehernya membuat kesan sexy di mata Wiliam, sial, kalau gini caranya mungkin dia akan lama di kamar mandi..

“Langsung tidur aja kalau lelah, aku mandi dulu,” Wiliam berjalan menuju kamar mandi. Sementara Rachel merasa ada yang aneh dengan Wiliam, bagaimana tidak, tadi waktu di altar Wiliam sangat perhatian padanya, tapi sekarang, Wiliam seperti menghindarinya.

Rachel benar benar lagsung tidur setelah dia mengganti baju, tidak mungkinkan dia pakai bathrobe untuk tidur.

Wiliam butuh waktu untuk mandi dan juga menenangkan dirinya, dia tidak mau Rachel berfikir yang aneh aneh dengannya, di tambah Rachel sedang hamil.

Wiliam langsung merebahkan tubuhnya di samping Rachel tubuhnya lelah, begitu juga dengan fikirannya.

Rachel semakin merasa nyaman ketika tidur berada di samping Wiliam, bahkan tanpa dia sadari dia mendekat pada Wiliam.

Begitu juga dengan Wiliam, tanpa dia sadari tangannya bergerak memeluk perut buncit Rachel dari samping.


****


Di rumah Orlando dan Natarina cukup berbeda dengan keadaan di hotel, jika pengantin baru sedang istirahat beda dengan Orlando dan Damian yang masih ngopi di ruang kerja Orlando.

“Apa kamu puas?.” Tanya Damian.

“Puas, untuk apa?.” Tanya Orlando balik,

“Puas meruntuhkan egoku kalau kamu lupa,” Balas Damian.

“Hahahaha,,, hahahaha,, haahahaha,,, kamu kira ini permainan, pernikahan Wiliam dan Rachel bukan permainan, tidak ada yang puas atau kecewa karena semua ini untuk mereka, sebagai unclenya Wiliam, aku tidak ingin dia kecewa pada keluarganya apa lagi orang tuanya, jadi kita bisa memberi hak Wiliam untuk memilih pasangan hidupnya, Wiliam berhak bahagai dengan pilihannya walau terkadang hal itu membuat orang terdekatnya kecewa.

Kamu harus belajar menerima apapun keputusan yang di ambil Wiliam, dia sudah dewasa, jangan kamu stir Wiliam kaya anak kecil, dia berhak menentukan hidupnya,” Orlando memberi nasihat untuk Damian.

“Tapi aku maish tidak yakin dengan Rachel, aku masih ingat bagaimana liciknya Russel, dan aku tidak mau Wiliam salah memilih pasangan,” Hal yang masih mengganjal di hati Damian sebenarnya hanya itu, Damian tidak ingin Wiliam salah memilih pasangan.

“Kalau masalah itu, kita serahkan pada Tuhan, semoga Tuhan menjaga pernikahan Wiliam dan Rachel, kita tidak tau kedepannya bagaimana, tapi semoga saja Rachel tidak memiliki sifat serakah seperti Russel.” Balas Orlando.

“Kalian ini, kenapa masih pada ngopi sih, hampir tengah malam bukannya tidur,” Natarina datang ke ruang kerja Orlando, dia sudah menunggu suaminya cukup lama di kamar mereka namun Orlando tidak kunjung datang, jangan bilang suaminya masih bekerja, tapi ternyata suaminya sedang mengobrol dengan Damian.

“Maaf Nata, kita keasikan ngobrol,,” Ucap Orlando.

“Kebiasaan kalian, ngomong ngomong, gimana Wiliam sama Rachel apa mereka baik baik saja??.” Tanya Natarina, Natarina memang tidak di hotel sampai acara selesai karena Ethaan rewel jadi dia pulang bersama Kezia dan Xander terlebih dulu,

“Semuanya baik baik aja sih tadi, gak tau deh kalau sekarang.” Balas Damian.

“Huss,,, kamu ini,” Tegur Orlando.

“Ohhh ya, habis ini mau langsung pulang ke New York apa tinggal disini dulu?.” Tanya Natarina, sebagai saudara Damian, Natarina tau jika Damian tidak mudah menetap, dia bisa tinggal di Aussie beberapa bulan, lalu pindah ke Manhattan beberapa tahun, begitu juga di beberapa negera lainnya.

“Balik ke Manhattan kayaknya, gak tau deh nanti,” Damian masih bingung mau kemana saking banyaknya rumah.

“Lebih baik kita tidur, sudah malam, kita lanjutkan obrolannya besok,” Ajak Orlando, bisa sampai tengah malam kalau enggak di putus obrolannya.

Damian hanya mengangguk, mereka bangkit dari duduknya, pergi ke kamar maisng masing untuk istirahat.

RUNAWAYWhere stories live. Discover now