Runaway Part 14 Proposal Pernikahan

1.4K 83 3
                                    

hola gaess....


Rachel merasa pernah mengunjungi bandara ini, tunggu, bukankah ini di Indonesia, kenapa dia dibawa ke Indonesia, sebenarnya ini ada apasih. Tanya ke Zack enggak akan dijawab pasti, ahhh semua ini membuatnya kebingungan.

Rachel langsung di bawa ke dalam mobil ketika dia baru turun dari pesawat, tidak ada pemeriksaan ini itu, sangat aneh, tidak seperti dulu ketika dia datang ke Indonesia, tapi bagus deh, dia sudah lelah pengen istirahat, walau dari tadi dirinya tidur di pesawt namun rasanya masih lelah dan dia benar benar ingin istirahat di kasur yang nyaman.


Mobil mengarah ke sebuah hotel bintang lima di pusat kota Jakarta, wow,,, sungguh, ini sangat mengejutkan.

Rachel turun ketika Zack meminta turun dari mobil, mengikuti Zack masuk kedalam loby hotel yang sangat indah dengan nuansa adat, entah ini ada atau bukan,, tapi ini sangat indah.

“Nona silahkan.” Zack membawa Rachel kedalam restoran yang terletak di lantai atas, tidak banyak anak tangga, jadi Zack membawa Rachel menaiki tangga dari pada menggunakan lift. Sepertinya restoran ini restoran private karena memiliki pintu di setiap ruangannya, berbeda dengan restoran yang ada di bawah.

Zack mempersilahkan Rachel masuk, namun tidak Rachel sangka, orang yang ada didalam ruangan itu Damian, ayahnya Wiliam.

Rachel mematung, dia tidak tau harus apa, fikirannya menyuruhnya untuk pergi, namun tubuhnya tidak bisa di gerakkan.

“Rachel, duduklah,” Damian memang tidak melirik Rachel, namun Damian tau Rachel diam di depan pintu.


Dengan memberanikan diri Rachel duduk di sofa, di hadapan Damian.

“Kita langsung saja,” Damian membuka suara setelah Rachel duduk dihadapan Damian. Damian menyerahkan beberapa lembar kertas, Rachel dengan penuh kebingungan menerima kertas dari Damian.

Rachel kebingungan tentu saja, ini sebenarnya ada apa sih?,, kenapa tiba tiba Damian, Daddynya Wiliam memberikan formulir pendaftaran pernikahan.

“I,,, ni,, maksudnya apa?.” Tanya Rachel terbata bata.

“Formulir pernikahan tentu saja, menikahlah dengan Wiliam maka kamu tidak akan kehilangan anak itu, segera tanda tangani formulir itu, dan istirahatlah,” Ucap Damian.

“Tapi kenapa? Bukannya anda tidak menyukai saya dan juga Daddy saya, kenapa anda tiba tiba menyuruh saya menikah dengan Wiliam?.” Tanya Rachel.

“Jangan banyak tanya, cepat tanda tangan, semakin cepat semakin baik bukan.” Rachel menghela nafasnya. Gila ini gila,, tapi sebenarnya siapa yang gila sih disini.  Rachel harus bisa berfikir jernih, dia tidak mau masuk dalam perangkap Damian seperti Daddynya, iyaa,, dia tidak boleh menyetujui kontrak pernikahan ini sebelum dia tau yang sebenarnya.

“Maaf, tapi saya tidak bisa menanda tangani formulir pernikahan ini,” Rachel meletakan tertas itu di atas meja.

“Kamu yakin menolak kesempatan ini? Dengar Rachel. Tidak ada kesempatan kedua, jika kamu tidak mau tidak apa, tapi anak itu sepenuhnya akan menjadi anak Wiliam, dan kamu, kamu tidak memiliki hak sama sekali dengan anak itu, ahhh mungkin kamu tidak akan sempat melihat anak itu setelah dia lahir,” Rachel mengepalkan tangannya, ternyata, Damian sangat sangatlah kejam.

“Apa ada tega memisahkan anak dari orang tuanya? Sepertinya anda tidak memiliki hati Nurani lagi,” Balas Rachel.

“Jangan bicara tentang hati Nurani jika kamu tidak tau apa apa, sekarang atau tidak sama sekali Rachel, waktu saya sangat berharga, dan saya tidak ingin membuang buang waktu saya untuk meladenimu,” Rachel benar benar di buat kesal oleh Damian. Enggak tau apa kalau ibu hamil itu cepat banget berubah emosinya, ini malah di perburuk, enggak tau diri banget sih grandpa mu nak,” Bisik Rachel dalam hati.

Rachel menanda tangani formulir pernikahan itu, tidak ada yang aneh saat Rachel membacanya, semoga kedepannya pun begitu.


****


Wiliam kaget ketika melihat Zack di apartemennya, lah, bukannya Wiliam menyuruhnya untuk menjaga Rachel di Aussie, kenapa malah datang kesini sih.
“Dimana Rachel?,” Tanya Wiliam.

“Nona Rachel sedang istirahat Tuan, saya sudah mengerjakan dokumen yang anda kirim beberapa hari yang lalu,” Balas Zack santai.

“Jangan bilang kamu membawa Rachel ke Indo, tunggu, ini pasti ulah Daddy bukan?.” Wiliam tadi sempat merasa heran dengan Daddynya yang menyuruhnya tinggal di apartemennya, dari pada tinggal di rumah Kezia.

“Maaf Tuan, perintah Tuan Damian tidak bisa saya tolak, apa lagi saya bantah,” Balas Zack.

“Sialan kau Zack, awas aja kalau Rachel sampai kenapa napa, kamu akan menerima akibatnya,” Wiliam segera bangkit dari duduknya.

“Tuan anda tidak boleh pergi.” Zack mengejar Wiliam, beruntung beberapa bodyguard di tempatkan di depan pintu apartemen Wiliam.

“Minggir,” Wiliam meminta pengawal yang berjaga untuk minggir, namun mereka tetap menghadang Wiliam di depan pintu.

“Zack, sialan lo,,” Wiliam memukul Zack tepat di pipinya hingga membuat luka lebam di pipi Zack.

Wiliam mendorong Zack hingga keluar, dengan sekali hentakan Wiliam menutup pintu apartemennya.

“Arghhhh,, Sialan,,” Wiliam meninju dinding berkali kali hingga jari jari tangannya mengeluarkan darah.
Wiliam hanya takut Daddynya menyakiti Rachel.


****


Damian mendatangi apartemen Wiliam setelah mendengar Wiliam memukul Zack, sebenarnya Damian sudah menyangka Wiliam akan menghajar Zack, namun beruntungnya Zack tidak luka banyak, hanya di pipinya tidak seperti biasanya bahkan Zack harus di larikan ke rumah sakit gara gara Wiliam.

Mungkin terlalu tinggi ekspektasi Damian terhadap Wiliam, lihat saja apartemen Wiliam yang berantakan seperti habis di terjang badai, satu yang membuat fokus Damian hilang yakni tetesan darah yang ada di lantai dan dinding, jangan bilang itu darah Wiliam.

Damian buru buru mencari Wiliam, namun dia tidak menemukan keberadaan Wiliam. Hanya satu yang belum Damian cari, kamar Wiliam.

Membuka kamar Wiliam, Damian melihat pemandangan yang sama, kamar berantakan, pecahan guci dan beberapa miniature berserakan di lantai. Damian memilih duduk di sofa ketika dia mendengar suara percikan air, mungkin Wiliam sedang mandi.


Wiliam baru saja keluar kamar mandi dengan bathrobenya, dia cukup kaget dengan kedatangan Daddynya, namun Wiliam tidak perduli dengan keberadaan Damian.

“Daddy ingin bicara sebentar, lebih baik kamu ganti baju dulu,” Damian tau Wiliam mengabaikannya, kalau dia tidak bicara terlebih dulu, sampai besok pagi mereka masih akan saling diam.

“Langsung saja katakan,” Wiliam duduk di hadapan Damian, tubuh atletis ditambah rambut basah dan sisa sisa air yang masih menetes di leher Wiliam menambah kesan seksi dan macho dalam satu waktu, jangan bayangin absnya, yang pasti lebih menggoda dari pada itu.

“Ini, kamu hanya perlu tangan tangan,” Damian menyerahkan formulir pernikahan, yang telah di tanda tangani Rachel.

Wiliam membaca formulir pernikahan itu, tidak ada yang salah sepertinya.

“Daddy mendapatkan tanda tangan Rachel?.” Tanya Wiliam, Wiliam hanya tidak percaya dengan Damian, tidak mungkinkan Daddynya meminta tanda tangan Rachel secara baik baik pasti ada ancaman terlebih dulu.

“Menurut kamu?” Tanya Damian balik.

“Terserah Daddy, tapi kenapa Daddy berubah fikiran, bukannya Daddy dulu menentang hubungan Wiliam dan Rachel?.” Tanya Wiliam, aneh bukan sih kalau kemarin kemarin menolak, tiba tiba memberi izin dan langsung menyuruh nikah?.

“Semua ini karena Daddy takut kehilangan kamu, Daddy tidak ingin kamu jauh dari Daddy, Daddy hanya ingin memberikan yang terbaik untuk kamu. Orlando dan Natarina yang memberikan nasihat pada Daddy ketika kamu sakit.

Mereka menyuruh Daddy untuk melepaskan kamu, memberikan kamu kebahagiaan, setelah Daddy fikir lebih lanjut, selama ini kamu lebih banyak membantu Daddy, kamu jarang pacaran walau sering tidur bareng jalang yang kamu sewa dari club,, tapi itu berbeda.

Daddy tau kamu hanya ingin bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan pada Rachel, tapi kalau bisa berikan cinta juga untuknya, kamu dan Rachel berhak Bahagia, Daddy saksi bagaimana Russel menyetir Rachel selama ini, jadi Daddy harap kamu bisa memperlakukan Rachel dengan baik,” Setelah mendengar cerita Damian, Wiliam langsung menanda tangani formulir itu.

“Kalian akan menikah lima hari lagi, sekarang kalian sedang di pingit, jangan keluar dari apartemen kalau enggak penting banget,” Damian bangkit dari duduknya.

“Thanks Dad,” Wiliam memeluk Daddynya..

Damian membalas pelukan Wiliam, dia menepuk nepuk punggung anaknya.

“Willy, obati lukamu, Daddy tidak ingin kamu terluka seperti ini.” Damian menyuruh Wiliam mengobati tangannya,

“Iya Dad,” Wiliam hanya mengatakan iya, dia mungkin saking senangnya sampai dia tidak menyadari jika tangannya terluka.

RUNAWAYWhere stories live. Discover now