Runaway Part 1 Rachel Sandara Line

3.1K 149 1
                                    

#Edit


Author Pov.

Mansion, mobil sport, perhiasan, semua harta kekayaan milik pengusaha Kapal pesiar Russel harus di sita bank dan sebagian uangnya di gunakan untuk mengganti rugi beberapa pihak yang sebelumnya pernah merasa di rugikan itu semua keputusan pengadilan sehingga Rachel Sandara Line tidak bisa berbuat apa apa selain menerima kenyataannya yang ada.

Beruntung Rachel memiliki sedikit tabungan dan menjual beberapa tas, jam tangan, miliknya yang ada di apartmen miliknya, Rachel berhasil membeli apartemen di pinggir kota Brisbane, sementara apartemen elite miliknya dia jual, Rachel ingin melupakan segalanya, dan dia tidak ingin mengingat ingat masa lalunya.


Tiga bulan dari peristiwa yang membuat hidupnya jungkir balik seratus delapan puluh derajat kini Rachel bekerja di sebuah percetakan buku sebagai editor, Rachel juga mengubah namanya menjadi Sandara, bukannya apa apa namun Rachel ingin melupakan semua kenangan buruknya.

Dua bulan yang lalu Rachel sempat pingsan di tempat kerja teman temannya membawanya ke rumah sakit dekat dengan tempat kerjanya. Rachel mengira dirinya hanya sakit biasa nmun ternyata dia salah, Rachel ternyata sudah hamil, dan kalian tau siapa yang menghamili Rachel? William Spencer, anak dari Damian Spencer, kolega bisnis Daddynya yang ikut menusuk Daddynya dari belakang.

Awalnya Rachel ingin menggugurkan janin dalam kandunganya yang berusia tiga bulan itu, namun hati kecil Rachel tidak tega, lagian Rachel juga sendiri di dunia ini, dengan adanya bayi dalam kandungannya setidaknya dia memiliki teman hidup beberapa bulan lagi,


“Sandara, waktunya makan siang,,” Teriak Cristine, teman dekat Rachel selama dia bekerja di Zalina Book and stories.

“Ok,,,” Rachel segera menyimpan hasil editannya, lalu mematikan komputer yang dia gunakan.


Di lantai satu tempat kerja mereka lebih tepatnya di bagian belakang, sudah disediakan kantin gratis, jadi saat jam makan siang dan jam makan malam sudah tersedia makanan, para koki dengan baik hati melayani pekerja, bahkan dengan menu yang lengkap pokonya orang orang yang bekerja di Zalina Book and Stories jarang sekali yang melakukan program diet, karena sayang tidak bisa menikmati masakan koki yang sangat lezat itu.

“Ehhhh Sandara, lo tau enggak kalau koki baru itu kayaknya suka sama lo,” Bisik Cristine, setiap Rachel makan siang atau makan malam jika si koki bekerja maka koki yang namanya Calvin itu sesekali mencuri pandang padanya, bahkan juga terang terangan menatapnya, tentu saja hal itu membuat Rachel cukup risih.

“Tau ahhh,, kalau dia tau gue udah hamil pasti bakalan mundur,” Balas Rachel, dia makan dengan sangat lahap, tentu saja dia kelaparan apa lagi tadi pagi dia hanya meminum susu ibu hamil saja, tadi malam dia lupa berbelanja, jadi tidak ada stok sama sekali di apartemen mini miliknya.

“Isshhh,,, emang lo enggak mau nyari laki laki tidak bertanggung jawab itu?,” Tanya Cristine lagi.

“Entah,, untuk saat ini gue enggak mau, gue takut dia tidak menginginkan anak ini, dan minta gue buat menggugurkan bayi ini.” Balas Rachel sambil mengusap usap perutnya yang mulai membuncit.

“Iya juga sih,, gue harap lo kuat menghadapi semuanya, gue selalu ada di sisi lo,” Sambung Cristine.


“Kalian ini ya, ke kantin duluan, kita di tinggalin,” Aline, dan Freya datang mereka teman Rachel dan Cristine namun mereka beda divisi, makanya jarang mereka jalan bareng ke kantin, namun setelah di kantin mereka akan duduk bersama makan bersama dan membicarakan hal hal konyol lainnya, agar mereka tidak merasakan lelahnya bekerja.

“Sorry gue udah kelaperan, dan ibu hamil harus makan teratur, kalau nungguin kalian lama, kasihan.” Balas Cristine.

“Bisa aja lo ngelesnya,” Balas Aline, sambil menikmati makan siangnya,..

“Gimana kerjaan kamu hari ini Sandara?.” Tanya Freya.

“Lumayan banyak, namun ku buat enjoy biar enggak stress,” Balas Rachel.

“Pokoknya lo harus semangat, tapi jangan sampai kecapekan,” Rachel mengangguk memang semakin hari perut Rachel membesar, dan hal itu membuatnya gampang lelah, beruntung dia lebih banyak duduk dari pada berdiri, sehingga dia tidak begitu kelelahan.

“Tenang aja,, kita berdua baik baik aja kok.”  Rachel mengelus perutnya yang mulai membuncit, membuat ketiga temannya itu tersenyum, dan mereka tau jika di balik tawa Rachel dia menyimpan banyak sekali luka yang coba Rachel pendam.

“Bukannya hari ini jadwal lo periksa kandungan Sandara?.” Tanya Aline.

“Astaga gue lupa,,, thanks Aline udah ngingetin,” Balas Rachel..

“Sama sama,, Sandara,” Balas Aline..

“Naik ke atas yukk, bentar lagi waktunya kerja lagi,” Ajak Freya,, mereka bertiga mengangguk, lalu mereka kembali ke tempat kerja masing masing.


Jam lima sore, Rachel baru saja sampai di rumah sakit, beruntung dia masih bisa mendaftar, saking sibuknya dia hari ini Rachel bahkan kelupaan jika dia harus chek up kandungan, beruntung Cristine mengingatkannya.

Rachel duduk bersama para pasien lainnya, ada dari mereka yang mengajak suaminya namun ada juga yang datang sendiri, sama seperti Rachel.


Rachel yang datang terakhir cukup lama dia mengantri karena banyak sekali pasien hari ini, hingga jam tujuh malam Rachel baru selesai periksa, semoga saat menebus vitamin apotek tidak terlalu ramai jadi dia bisa segera pulang dan istirahat.

Racherl berjalan di lorong rumah sakit menuju apotek tanpa Rachel sadari dia berpapasan dengan laki laki yang membuatnya merasakan yang namanya sakit berkali lipat, bahkan laki laki itu tidak menyadari jika dia berpapasan dengan Rachel, Rachel yang dulu selalu modis dengan pakaian brandednya kini hanya neggunakan dress sederhana dan cardigan, tidak lupa kacamata yang selalu membingkai wajahnya, dulu Rachel selalu menggunakan softlens namun kini dia lebih nyaman menggunakan kaca mata, selain tidak membuat matanya sakit, kaca mata juga membuat orang orang tidak terlalu mengenalinya jika dia Rachel anak dari Russel pemilik Equinox Line yang kini sedang bermasalah.


****


Pagi ini Rachel sedikit terlambat, pasalnya semalam club malam tempatnya bekerja ada yang membokingnya, jadi banyak sekali pengunjung, makanya dia bekerja hingga larut malam, dasarnya Rachel yang bandel, padahal Dokter sudah melarangnya bergadang, bukannya Rachel bandel namun mau bagaimana lagi, dia harus menabung untuk biaya persalinan yang pasti sangat mahal, belum lagi untuk kebutuhan sehari hari, upah kerjanya di Zalina Book & Stories hanya cukup untuk biaya makan dan transpot, jika tidak mencari pekerjaan sampingan maka Rachel akan kehabisan uang tiap akhir bulan.

Rachel berusaha mengejar bus yang biasanya menjadi moda transportasinya dari apartemennya menuju tempat kerjanya, namun sayang pagi ini dia terlambat, menunggu mungkin butuh waktu sepuluh menit, yang artinya dia akan terlambat, sebenarnya bisa saja dia memesan taxi namun dia perlu berhemat,, terlambat sampai di tempat kerja yang artinya mendapat teguran atau naik taxi yang berarti dia akan mengeluarkan uang tiga kali lipat untuk naik bus, mau tidak mau Rachel memilih opsi yang kedua, lebih baik begitu dari pada dia kena teguran dari kepala divisi yang super cerewet itu, siapa lagi kalau bukan Cristine temannya itu.


Sepuluh menit kemudian Rachel sampai di depan tempat kerjanya, tentu saja dengan menggunakan taxi, mungkin besok besok dia harus membiasakan tidur cepat biar tidak terlambat seperti ini lagi.

Setelah absen, Rachel segera naik ke lantai tiga menggunakan lift, beruntung ada lift coba kalau tidak bisa gempor kakinya naik turun tangga tiap hari.

Rachel Nampak kebingungan ketika melihat beberapa karyawan mengemasi beberapa barang barangnya, Rachel yang tidak tau apa apa langsung mendekat pada karyawan lainnya yang sibuk memberesi barang barangnya.

“Jasmine, ada apa ini, kenapa pada membereskan barang barang pribadi?.” Tanya Rachel penasaran.

“Sandara, kamu tidak tau kalau perusahaan ini bangkrut, jadi kita semua siap siap untuk pindah kerja, percuma kerja di tempat yang tidak memiliki harapan lagi,” Balas Jasmine, tentu saja hal itu mampu membuat Rachel shock,, setaunya perusahaan ini cukup bagus dalam beberapa tahun ini, tapi kenapa dalam hitungan jam bisa bangkrut, sepertinya ada yang sengaja menyabotase, atau jangan jangan mereka sudah menemukan dirinya?.

Rachel segera pergi meninggalkan ruang kerjanya, dia harus menemui Cristine untuk menanyakan kebenaran berita ini, apakah hanya gosip semata atau memang benar perusahaan ini bangkrut.

Sampai di ruang kerja Christine, Rachel melihat Christine sedang sibuk menelfon entah dengan siapa, dilihat dari ekspresi wajahnya Rachel tau Cristine sedang menahan kekesalan.

“Sandara ada apa?.” Tanya Christine ketika dia sudah menyelesaikan panggilannya.

“Gue mau tanya, bener enggak kalau perusahaan ini,,,” Belum selesai berbicara Cristine sudah terlebih dulu memotong ucapan Rachel.

“Iya,, perusahaan ini kena tipu, apa yang di lalukan para pekerja lainnya memang benar adanya, mereka memilih untuk hengkang saat ini juga, karena mereka butuh uang untuk bertahan hidup, jika menunggu perusahaan mendapatkan suntikan dana pasti lama, apa lagi perusahaan ini hanya perusahaan kecil.” Rachel mengangguk, tentu saja dia tau bagaimana sulitnya mencari investor dan mencari dana di bank jika perusahaan sudah kolaps begini.

“Lalu bagaimana dengan kita?.” Tanya Rachel, Rachel sudah nyaman dengan teman temannya jika boleh memilih Rachel ingin bersama dengan mereka.

“Entah, tapi sepertinya gue bertahan di perusahaan ini hingga akhir, sudah lama bekerja di perusahaan ini walau kecil tapi sangat nyaman berada disini.” Rachel mengangguk.

“Gue juga mau bertahan disini, gue juga nyaman berada disini.” Balas Rachel, mereka saling berpelukan, saling menguatkan satu sama lain.

“Sandara, sudah waktunya bekerja, silahkan kembali bekerja..” Rachel cemberut ketika Christine menyuruhnya kembali bekerja, namun dia mengangguk, lalu kembali ke ruangannya yang berada di depan ruangan Christine.

Beberapa pekerja sudah mulai meninggalkan ruang kerja mereka, saat ini hanya ada dua orang tiga bersama Rachel, padahal kemarin kemarin ruangan ini full dengan karyawan.

RUNAWAYWhere stories live. Discover now