Runaway Part 5 Keras Kepala

1.8K 120 2
                                    

#Edit.

Author Pov.





Rachel benar benar terkurung dalam apartemen Wiliam, dari kemarin Rachel terus terusan mencari jalan keluar dari apartemen ini, dan jalan satu satunya hanya lompat dari lantai teratas hotel ini, bukannya bisa kabur dari Wiliam malah menghadap Tuhan.

Rachel bosan tentu saja, dia tidak ada kerjaan sama sekali, mau menghubungi teman temannya juga tidak bisa, ponselnya di ambil Wiliam mungkin, Aline, Freya, Cristine pasti sangat mengkhawatirkan dirinya, tapi mau bagaimana lagi, telfon rumah pun sepertinya di cabut.

Rachel hanya berbaring di kamar milik Wiliam, Rachel sudah terbiasa kerja jadi dia merasa bosen hanya makan tidur makan tidur dari kemarin.

Para pelayan hanya datang saat jam makan saja, pagi siang dan malam, walau di kulkas sudah tersedia bahan makanan tinggal masak namun Wiliam sepertinya masih memperhatikan makanannya.


Pelayan datang mengantar makan malam untuk Rachel, Rachel hanya mengangguk, dia tidak beniat untuk makan, entah kenapa dari tadi siang ingin makan pie appel yang biasa dia beli di minimarket depan apartemennya.

“Tunggu,” Rachel mencegah dua pelayan yang ingin keluar dari apartemen Wiliam.

“Boleh aku minta tolong sama kalian?.” Tanya Rachel.

“Silahkan Nona,” Ucap pelayan, karena Wiliam tadi berpesan untuk melayani kebutuhan Rachel selama dia tidak ada.

“Boleh aku ikut keluar,, aku bosen di sini terus,” Pinta Rachel.

“Maaf Nona anda tidak boleh kemana mana, kalian bisa pergi.” Entah dari mana datangnya Zack namun dia sudah berdiri di ambang pintu tidak lupa wajah dingin yang menakutkan dua pelayan itu langsung keluar dari apartemen Wiliam, Rachel hanya cemberut, dia juga kembali ke kamar milik Wiliam tanpa menyentuh makan malamnya.


***


Wiliam baru kembali dari kantornya di lantai bawah, ini sudah larut malam, dia mendapati meja makan masih penuh dengan makan malam, sepertinya dia tidak minta pelayan menyiapkan makan malam untuknya, dia hanya minta menyiapkan makan malam untuk Rachel, apa mungkin Rachel tidak makan malam?.

Wiliam segera menuju kamarnya, tidak ada Rachel sama sekali, dimana dia? Wiliam menuju kamar mandi namun lagi lagi kosong dimana sebenarnya Rachel, Wiliam melihat gorden beterbangan tertiup angin apa mungkin Rachel ada di balkon, atau jangan jangan Rachel bunuh diri?.

“Apa yang kamu lakukan disini?.” Tanya Wiliam, dia melihat Rachel sedang duduk di kursi sambil menatap lurus kedepan, namun Wiliam sangsi jika Rachel sedang menikmati keindahan kerlap kerlip lampu dari lantai teratas hotel milik Damian ini.

Rachel tidak menjawab pertanyaan Wiliam, dia hanya diam, tidak memperdulikan keberadaannya Wiliam.

“Rachel aku bertanya padamu.” Wiliam bicara lagi, namun Rachel diam, dia mengabaikan Wiliam.

“Baik, jika kamu enggak mau bicara. Aku harap selamanya kamu akan terkurung disini bersamaku,” Wiliam meninggalkan Rachel yang duduk di kursi balkon.

Setelah Wiliam pergi meninggalkan Rachel, tanpa bisa ditahan lagi, air mata Rachel mentes, apa dia juga tidak bisa Bahagia seperti yang lainnya, apa dia tidak bisa hidup bebas seperti yang lainnya, apa dia tidak bisa mendapatkan cinta yang tulus seperti yang lainnya?.

Wiliam kembali ke kamar Rachel setelah dia menenangkan dirinya, Wiliam marah jika Rachel mengabaikannya, Wiliam ingin Rachel tunduk padanya, Wiliam ingin Rachel hanya fokus padanya.

Wiliam tidak mendapati Rachel di tempat tidur, apa mungkin Rachel belum masuk kedalam?, jangan bilang Rachel masih di balkon, apa dia memang niat mau bunuh diri, Wiliam melihat jam di dinding jam satu dini hari.

Wiliam melihat Rachel terduduk di kursi, sementara kepalanya berada diatas meja, apa mungkin Rachel ketiduran disini?.
Wiliam membawa Rachel masuk kedalam kamar, tidak mungkin Wiliam meninggalkan Rachel di luar sementara udara semakin dingin, bisa bisa hipotermia, Wiliam juga yang repot.

Wiliam menyelimuti tubuh Rachel, tangan dan kakinya sudah cukup dingin, apa mungkin Raachel sudah lama di balkon.

“Maafkan aku, jika caraku mendapatkan mu salah, tapi ini yang bisa ku lakukan agar aku bisa mendapatkanmu.” Wiliam mengecup kening Rachel cukup lama, manikmati aroma tubuh Rachel yang begitu memabukkan untuknya.

Selesai mandi, Wiliam segera bergabung dengan Rachel, malam ini Wiliam memutuskan untuk tidur dengan Rachel, dan juga calon bayi mereka yang ada di dalam kandungan Rachel.


***


Aline, Cristine, Freya masih mencari Rachel, mereka bahkan sudah membuat laporan penculikan Rachel, polisi sedang menangani kasus ini, semoga saja Rachel segera di temukan, polisi harapan mereka satu satunya.

“Aline, gimana ini, Sandara tidak ada kabar sama sekali, bahkan jiak dia diculik pasti penculiknya minta tebusan, tapi ini tidak,” Freya menaruh kepalanya di meja, sungguh mereka bertiga sebenarnya sangat kelelahan, mereka tidak ada yang istirahat, setelah Rachel diculik mereka terus mencari Rachel tapi tidak ada petunjuk sama sekali.

“Jangan jangan Sandara bukan diculik, tapi dia jual orang ke perdagangan manusia, kan sekarang ini sedang marak maraknya,” Sambung Cristine.

“Crist, jangan sembarangan kalau ngomong, enggak mungkinlah mereka menculik Sandara kalau dijadikan perdagangan manusia, mereka pasti fikir fikir dulu, mau menculik wanita hamil,” Benar juga apa kata Aline.

“Jangan jangan ini ada hubungannya sama laki laki yang menghamili Sandara, jika laki laki yang menghamili Sandara itu laki laki biasa pasti Sandara sudah mencarinya, mungkin laki laki ini memiliki kekuasaan yang sangat besar hingga Sandara enggak mau memperpanjang urusannya,” Cristine kembali bicara dengan imajinasinya yang sangat tinggi.

“Tapi masa iya sih Sandara bisa kenal dengan laki laki yang memiliki kekuasaan tinggi, bukannya dia sama dengan kita, perempuan biasa,” Balas Freya.

“Siapa tau, kan selama ini Sandara selalu mengelak jika ditanya masa lalunya, kaya ada yang disembunyikan Sandara gitu,” Balas Cristine.

“Benar juga, lalu apa yang harus kita lakukan, kita enggak mungkin mencari tau masa lalu Sandara, untuk mengetahui siapa yang menculik Sandara, udahlah kita serahkan semua ini sama polisi, semoga saja polisi mampu menemukan Sandara secepatnya.

“Ya.. kita hanya mampu berdoa supaya Sandara segera ditemukan,” Ucap Aline, langsung diangguki kedua temannya.


***


Pagi pagi Rachel sudah duduk di lantai kamar mandi, morningsickness membuatnya lemas, bahkan untuk bangunpun dia tidak sanggup.

Wiliam entah sudah pergi kemana dia, tadi saat Rachel bangun dia tidak melihat Wiliam berada dikamar.

Tapi kenapa dia sekarang mencari Wiliam, bukannya dia membenci Wiliam, ahhhh sepertinya fikiran dan hatinya sedang tidak bisa di ajak bekerja sama
“Rachel, kamu kenapa?.” Tanya Wiliam, dia baru saja ingin mandi, saat membuka pintu kamar yang tidak tertutup sempurna, dia malah mendapati Rachel terduduk di lantai.

“Aku enggak papa kok,” Balas Rachel dengan suara yang pelan, dia tidak memiliki tenaga lagi untuk melawan saat Wiliam menggendongnya.

Wiliam membawa Rachel ke tempat tidur mereka.

“Apa perlu dipanggilkan Dokter?.” Tanya Wiliam, Rachel hanya menggelengkan kepalanya.

“Tolong bikinin lemon tea aja,” Wiliam mengangguk, dia segera meminta pelayan menyiapkan lemon tea untuk Rachel.

“Apa kamu sering seperti ini?.” Tanya Wiliam, yang hanya dibalas dengan anggukan Rachel.

“Kadang kadang, dan itu membuatku kesusahan,” Jawab Rachel.

“Kenapa tidak digugurkan kalau membuatmu kesusahan?.” Tanya Wiliam lagi.

“Karena aku menyayanginya, walau dia membuatku kesusahan tapi dia satu satunya yang aku miliki saat ini,” Balas Rachel, hal itu tentu sangat menohok Rachel. Wiliam tentu sudah membaca data tentang Rachel yang dikumpulkan Kezia beberapa bulan yang lalu, Mommynya meninggal beberapa tahun yang lalu, setelahnya dia hidup dengan Daddynya yang sibuk mengurus segala bisnisnya meninggalkan Rachel di rumah dengan pelayan, pantas saja Rachel sangat kesepian.

“Permisi Tuan, ini lemon teanya,” Pelayan membawa lemon tea untuk Rachel, Wiliam dengan hati hati menyuapi Rachel, Lemon teanya sebenarnya hangat dan bisa langsung Rachel minum, namun Wiliam ingin menyuapi Rachel, entah kenapa hatinya tergerak untuk menyuapi Rachel.

“Udah,,” ucap Rachel menolak suapan Wiliam.

“Lebih baik kamu istirahat dulu,” Wiliam meletakkan gelas dimeja samping tempat tidur.

“Wil, sampai kapan kamu akan mengurungku disini?, aku ingin kembali, aku ingin pulang ke apartemenku,” Ucapan Rachel membuat Wiliam menghentikan langkahnya, Wiliam sebenarnya tadi ingin mandi, namun dia mengurungkan niatnya setelah mendengar Rachel ingin pulang.

“Kamu selamanya akan berada disini, aku tidak akan melepaskanmu, ahhh ya, gedung apartemen kamu mungkin sebentar lagi akan di robohkan.” Rachel tidak menyangka Wiliam akan sekeji ini, sampai sampai harus merobohkan gendung apartemennya untuk menahannya disini.

“Setidaknya biarkan aku bekerja, aku bosan disini,” Pinta Rachel.

“Sekalinya tidak tetap tidak, kamua hanya perlu patuh atau teman temanmu mereka akan celaka, menghancurkan orang disekitarmu mungkin itu perlu untuk membuatmu murut padaku,” Setelahnya Wiliam pergi meninggalkan Rachel sendirian di kamar.


Wiliam langsung meninggalkan penthousenya walau dia belum mandi, Wiliam ingin menenangkan diri terlebih dulu, Wiliam takut meledak hingga menyakiti Rachel, namun memang dasarnya mereka sama sama keras kepala, ujung ujungnya pasti akan bertengkar kembali.

RUNAWAYWhere stories live. Discover now