part 45

8.9K 259 2
                                    

Avan terus menyeret tubuh Ariana menjauhi Devon yang sedang berdiri di belakangnya. Ia tidak memperdulikan panggilan Ariana yang terus saja meneriakinya. Dan setelah melewati gerbang workshop Ariana mengerang.

"lepas!" pekik Ariana sambil menarik tangannya yang sedang di genggam oleh Avan setelah mereka memasuki daerah workshop. "apa yang kau lakukan?! Mengganggu! Apa kau tidak lihat aku sedang berbicara dengan Devon?!"

Avan tertawa sambil melipat tangannya di depan dada. "aku tahu, tapi kau juga harus ingat waktu. Sekarang jam pelajaran, nona"

Ariana mendengus keras. "aku tidak perduli! Kenapa hobimu terus mengganggu hidupku? Apa kau ingin membuat hidupku bertambah suram? Atau apa?! Mengertilah Avan! Kau ini sudah--"

belum selesai bicara tiba-tiba Avan meregap bahu Ariana sambil mendorongnya, hingga punggung kecil Ariana menyentuh dinding dan dengan cepat Avan mencium bibirnya. Mulut Ariana yang tadinya terus bergerak karena mengomeli Avan, seketika saja berhenti. Matanya membulat besar menatap kaget wajah Avan yang terlihat tenang ketika bibirnya terus bergerak di bibir Ariana. Otaknya tak bisa lagi berjalan, ketika Avan terus-terusan menggerakan bibirnya. Tapi walaupun begitu, Ariana tetap diam mematung dengan tangan yang tergantung di sampingnya tanpa membalas ciuman yang di berikan Avan.

Lama-lama gerakan bibir Avan melembut dan pada akhirnya, ia melepas ciumannya.

Walaupun bibir mereka tak lagi menyatu, tetapi wajah satu sama lain dari mereka masih berdekatan.

Kedua mata cokelat itu terus beradu pandang.

Ya tuhan... Matanya... Indah.

Aku Ariana dalam hati ketika matanya terus memandang mata hazel milik pria berambut gondrong di hadapannya.

Perlahan Avan mengangkat satu tangannya seraya mengelus pipi gadis di hadapannya. Senyuman kecil tersungging di bibirnya. "kau kedinginan. Ayo kita masuk"

Avan menarik pinggang Ariana menuju pintu depan bengkel.

Setiap tangan besar pria itu menyentuhnya, Jantung gadis itu terus berdetak 2 kali lebih cepat dari biasanya. Wajahnya terasa panas dan merah saat ini walaupun udara dingin musim gugur sedang berhembus. Ia mengerjapkan matanya berulang kali sambil mengatur nafasnya yang mulai berhembus tak karuan. Jika tubuhnya tidak sedang di giring oleh Avan, kemungkinan besar ia akan langsung tersungkur ke jalanan. Kakinya sudah bergetar dan langkahnya juga sudah terlihat goyah.

Tetapi tiba-tiba dengan gerakan cepat, Ariana berputar-hampir terjatuh karena kondisi kakinya yang bergetar-membuatnya terlepas dari pelukan Avan. Kening Avan berkerut ketika melihat gerak-gerik Ariana yang terlihat seperti mau menjauhinya. "a-aku mau ke toilet. Ya! Toilet! Bye!"

Avan memiringkan kepalanya setelah ia mendengar alasan Ariana untuk pergi ke toilet. Ia juga merasa ganjal dengan langkah gontai-seperti anak kecil yang baru bisa berjalan-gadis itu ketika terlihat berlari terburu-buru keluar daerah workshop.

Tapi setelah sosok Ariana sudah tak terlihat, Avan hanya mengangkat bahunya, tertawa kecil sambil berjalan menuju ruang bengkel dengan kedua tangannya yang di benamkan kedalam saku celana.

Bip

Avan tertegun dengan bunyi itu. Langkahnya langsung terhenti dan mendapatinya sedang memegang ponsel miliknya yang tadi sempat ia ambil dari saku celana.

Keningnya langsung berkerut kebingungan saat ia melihat pada layarnya, ia telah menelpon seseorang selama dua menit lebih. Ia juga menekan beberapa tombol untuk melihat siapa yang baru ia telepon-tanpa sengaja tentunya-dua menit yang lalu.

Bullworth Academy (justin bieber Love story)Where stories live. Discover now