part 34

8.4K 252 0
                                    

gelap.

apa aku pinsan lagi seperti sebelumnya saat devon menyatakan cintanya padaku, dan justin yg memukul wajahku?

jika ya, siapapun orang yg tadi sedang berdiri di hadapanku tolong bangunkan aku!

ah, aku ini bodoh atau apa? tentu saja dia tidak akan mendengar permintaanku -,-

walaupun mungkin, mataku tertutup rapat. tapi aku masih bisa merasakan sesuatu yg membelai pipiku. dengan sangat lembut. saking lembutnya, sentuhannya itu seperti bulu.

tapi sudah beberapa menit, belaian sehalus bulu itu hilang, dan bisa ku rasakan suhu hangat mulai menjauhiku yg kedinginan.

hey! aku ini di beri selimut atau tidak?! kenapa suhu dingin hujan tadi masih sangat terasa di tubuhku?

oh atau jangan-jangan aku masih berada di tengah derasnya hujan?

tapi aku sama sekali tidak merasakan keroyokan hujan yg menghujam tubuhku. suaranya pun terdengar sangat pelan. dan aku juga merasa nyaman seperti sedang berbaring di atas kasur yg empuk.

sadar-sadar saat aku membuka mataku perlahan, samar aku melihat sekelilingku seperti di sebuah kamar. kamar yg cukup besar.

hah? memang kamar asrama ada yg sebesar ini? menurutku ini terlalu besar.

masih samar, aku melihat ada seorang pria yg sedang duduk memunggungiku di kursi kayu yg menghadap pada jendela besar. kepalanya tertunduk, dan tangannya terlipat pada pahanya. apa dia tertidur?

saat aku mencoba untuk bangun, tiba-tiba kepalaku terasa sakit dan membuatku mengerang.

"oh, kau sudah sadar ana? kepalamu sakit ya?" tanya pria yg kulihat tadi sambil berdiri dan berjalan ke tempatku berbaring. tangan kanannya membawa buku kecil yg cukup tebal, dengan ibu jarinya yg masih di selipkan pada halaman yg sedang dia baca.

ku sipitkan mataku agar lebih jelas melihat wajahnya yg sedang memakai kacamata berbingkai tebal.

"luke?" tanyaku dengan suara yg parau. luke tersenyum sambil melepas kacamata yg sedang dia pakai dan menyimpan buku tebal tadi di atas meja kecil. kacamatanya di letakan di atas buku itu, dan berlalu ke sebuah pintu.

itu luke? tidak salah? kenapa dia terlihat berbeda? dan kenapa dia membawaku kesini? dimana ini?

baru sebentar aku melihat sekeliling kamar, tiba-tiba rasa sakit di kepalaku datang lagi. ku jambak rambutku yg merah dan menyandarkan tubuhku pada headboard kasur sambil mengerang karena menahan sakit.

tidak lama, pintu yg tadi di masuki luke terbuka, dan keluarlah luke dengan segelas air mineral di tangan kanannya, dan menggenggam sesuatu di tangan kirinya.

senyuman manis, tersungging di bibirnya yg tipis. walaupun dia tersenyum, tapi aku tidak membalasnya. rasanya luka yg dulu pernah di buat olehnya terbuka, membuat lubang besar yg ada di dadaku kembali berdarah.

sakit.

aku menyerngit sambil mencengkram baju yg ada di depan dadaku. luke duduk di pinggiran kasur dan menatapku khawatir.

"kenapa? dadamu sakit?" tanyanya terdengar khawatir sambil meletakan gelas tadi di dekat buku tebalnya.

aku menggeleng dan kembali menjambak kepalaku sambil memejamkan mataku.

"kepala. hanya kepalaku yg sakit" kataku parau. luke menyenggol lengan kananku mengisyaratkanku untuk memperhatikannya. kubuka mataku dan melihat luke sedang menyodorkan 2 tablet obat yg dari tadi di genggam oleh tangan kirinya. karena aku mengerti maksudnya, ku ambil tablet itu dan menelannya, tidak lama setelah aku menelan obat itu, luke memberiku gelas penuh dengan air mineral tadi, padaku.

setelah aku menghabiskan seluruh air mineral yg hangat tadi, kami berdua saling diam tidak berbicara satu sama lain, tapi aku langsung mendongak dan melihat sekeliling kamar.

"ini dimana?" tanyaku masih melihat sekeliling kamar. luke mengambil gelas kosong yg ku pegang dan menyimpannya di atas meja.

"ini kamar tamu harringston. kau kan pinsan di air mancur yg berdekatan dengan rumah harringston, jadi ku bawa kesini saja" jelas luke sambil menarik selimutnya sampai pinggulku. aku mengangguk sambil mendesah. tapi seketika saja raut wajahku mengkerut menggambarkan kebingunganku.

"sejak kapan aku memakai baju piyama pria ini? seingatku aku memakai seragamku?!" tanyaku panik. luke tertawa sambil terus melihatku.

"apanya yg lucu?!" tanyaku kesal.

"itu baju milik anaknya mr.harringston. seragammu sedang di cuci oleh pembantu yg ada di sini" jawabnya masih tertawa.

"terus kenapa kamu tertawa?!" tanyaku semakin kesal.

jangan sampai dia mengatakan itu!

"aku yg menggantikanmu baju, ana. ternyata kau mempunyai ukuran dada yg lumayan ya xD" tawa luke makin meledak. saat dia berkata seperti itu, seakan seluruh darahku yg sedang mengalir sesuai jalurnya, tiba-tiba mundur menuju kepalaku, membuat seluruh wajahku berwarna merah padam.

"apa?! lukeeeeeee!!!!!"



----------

sekarang aku dan luke sedang berdiri di balkon kamar yg tadi aku tempati, menatap hujan yg dari tadi tidak kunjung reda.

kejadian di kamar tadi, sebenarnya luke hanya ingin membohongiku karena ingin melihat ekspresiku yg sedang kesal. sebenarnya orang yg menggantikan bajuku tadi adalah pembantu wanita yg bekerja di rumah ini.

di situ aku langsung memukul tubuh luke karena beraninya telah membohongiku. tapi yg ada luke hanya tertawa saat aku masih memukulinya.

dia ini memang jahil -,-

mungkin penyakit cole dan dylan menular padanya. dasar -,-

ku dengar luke mendesah di sampingku membuatku melihat wajahnya.

"kenapa?" tanyaku.

"harusnya aku yg menanyakan itu" jawabnya sambil memutarkan bola matanya padaku. "kenapa kau tadi diam di tengah guyuran hujan?"

aku terus menatap wajahnya, tapi lama-lama aku mendesah dan membuang wajahku, kembali melihat pemandangan luar yg tersamarkan oleh derasnya hujan.

"ah itu....tidak kenapa napa, hanya ingin mandi gratis. hehe" dustaku sambil nyengir ke arahnya. tapi luke terus menatapku dengan serius.

"aku tahu kau bohong. pasti ada sesuatu kan?" tanyanya terdengar serius.

cengiranku pelan-pelan menghilang dan kembali melihat derasnya hujan.

"maaf, aku tidak ingin membicarakannya" desahku. "untuk saat ini" tambahku dan tersenyum simpul pada luke.

dia menatapku agak lama, tapi lama-lama mendesah dan mengangguk.

"baiklah, aku mengerti" bisiknya dan meniruku melihat derasnya hujan.

setelah luke berkata itu, kami berdua hanya saling diam. hanya hujanlah yg terdengar di antara kami yg dari tadi mematung.

Bullworth Academy (justin bieber Love story)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu