part 23

9.3K 290 0
                                    

bau.

bau apa ini? tapi saat aku ingin melihatnya, tidak terlihat secercah cahayapun. semuanya gelap.

dimana aku? di neraka?

tapi kapan aku mati?

aku terus mencoba mengetahui dari mana datangnya bau yg sangat menyengat itu, tapi aku kewalahan karena makin lama baunya makin menyengat.

aku terbatuk-batuk dan mencoba melihat sesuatu. masih buram memang, tapi aku masih bisa melihat ada sepatu di atas hidungku.

apa?! sepatu?!

"uwek !" perutku mual seakan aku sedang bermain roller coaster dengan rel tergila yg pernah aku naiki. aku juga terbangun dari sebuah kasur yg aku tiduri. kulihat avan sedang menggenggam sepatu kets putihnya.

"kenapa kau beri aku sepatumu?!" bentakku kesal. avan hanya mengedikkan bahunya dan kembali memakai sepatunya.

"kau pinsan. dan satu-satunya bau yg menyengat hanya sepatuku. jadi ya..." jawab avan tersenyum sebentar lalu berjalan ke arah kotak p3k yg ada di belakangnya. aku diam terpaku sambil duduk di tempat tidur.

pinsan?

"kenapa aku bisa pinsan? apa yg terjadi?" tanyaku seperti orang yg terkena amnesia. avan melihatku yg kebingungan masih dengan ekspresinya yg datar.

"tadi, saat justin mau menyerang, kau berlari ke arahku. jadi kepalan tangan justin mengenai wajahmu, bukan wajahku. dalam sekejap saja, kau sudah tidak sadarkan diri" jawab avan sambil berjalan ke arah kasur dan duduk di pinggirannya. aku terus melihat wajahnya yg dari tadi fokus melihat ke tangannya yg sedang melakukan sesuatu.

tunggu, tunggu! justin mau menyerang avan dan aku menghalanginya membuat kepalan tangan justin mengenai wajahku?

aku melindungi avan? tidak salah? o.O

ah! aku ingat sekarang. pantas saja tubuhku masih kotor dan basah seperti ini, aku kan tadi sedang diam di dalam kolam kotor.

tapi berapa lama aku tak sadarkan diri ya?

"sekarang justin dimana?" tanyaku masih bingung.

"dia di hukum oleh kepala sekolah karena telah memukul wanita" jawabnya masih dengan nada datar. lalu avan melihat wajahku dan menempelkan sesuatu pada pipiku.

"aw!!" tiba-tiba aku menjerit kesakitan ketika avan mengobati pipiku. ku singkirkan tangannya dan menatapnya dengan tajam.

"pelan-pelan! sakit!" desisku kesal sambil menjauhkan wajahku dengan tangannya. tapi avan hanya memutarkan bola matanya sambil menarik daguku membuat mata kami bertemu.

"pipimu bengkak dan harus segera di obati. mau kau di kira sakit gigi?" tanya avan terdengar peduli.

untuk sementara, kami hanya bersitatap. ku kembungkan pipiku sambil mengerutkan bibir dengan mata memelas. aku kira dia akan langsung luluh, karena matanya terkadang menghindari mataku. tapi karena dia lebih kuat, akhirnya aku menggelengkan kepala.

"tidak, aku tidak mau di kira sakit gigi" gerutuku menyerah membuat senyum kemenangan tergambar di bibirnya dan melanjutkan mengobatiku.

setiap kapas yg akan bersentuhan dengan pipiku, aku selalu berteriak duluan membuat avan memutarkan kedua bola matanya dan mencoba mengobatiku lagi. tapi aku tetap menghindar seperti sebelumnya.

mungkin avan kesal dengan sikapku, jadi dia memeluk leherku menggunakan tangan kirinya, membuat kepalaku bersentuhan dengan dadanya yg bidang dan tangan kanannya sibuk mengobati pipiku yg bengkak.

Bullworth Academy (justin bieber Love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang