44

8.7K 345 69
                                    

Kalau udah baca part ini, baca note dari aku dibawah ya❤

~Enjoy it guys~

Las Vegas, Amerika Serikat

Suasana bandara terdengar ricuh bahkan pada malam hari seperti ini. Prediksinya melenceng saat ia berpikir bandara akan sepi jika waktu bahkan sudah masuk tengah malam.

Ah, ia lupa satu fakta jika kota tempatnya berpijak sekarang adalah kota yang tidak pernah mati.

Ia menyeret kopernya untuk keluar dari bandara. Ia tidak sendirian melainkan dengan Alvin, temannya.

Ia meminta tolong kepada Alvin untuk mencarikan penerbangan tercepat ke Las Vegas. Tidak tanggung-tanggung, temannya itu bahkan menawarkan sebuah jet pribadi.

"Lu mau sewa apartemen apa check in hotel aja?" Tanya Alvin. Laki-laki itu bahkan tidak membawa tas atau bawaan apapun. Tubuhnya terbalut hoodie hitam, jeans dan topi berwarna serupa. Ponsel yang ia simpan di saku celana beserta dompetnya.

Bukankah kita hanya perlu dua hal itu saat pergi ke negara orang? Ponsel dan dompet. Pastikan dompetmu terisi dengan blackcard setidaknya sebanyak lima kartu. Maka semua akan baik-baik saja.

"Hotel aja." Sahut Dafa yang dibalas anggukan oleh Alvin.

Mereka berjalan ke tempat parkir bandara. Sebuah mobil audi telah disiapkan.

"Thanks." Ucap Alvin saat menerima kunci mobil dari anak buahnya.

Setelah memasukkan koper pada bagasi mobil, Dafa membuka pintu penumpang di sebelah kanan Alvin.

Alvin melirik kearah Dafa yang sedang memasang sabuk pengaman. Lalu mengijak pedal gas dan mengendarai mobil berwarna hitam itu menjauhi bandara.

✖✖

Keduanya berjalan di lobby hotel berbintang lima. Design interior mewah menyapa retina, begitu memanjakan penghuni hotel.

Dafa menerima kartu hotel dengan bergumam terima kasih. Lain Dafa maka lain juga Alvin, laki-laki itu mengedipkan sebelah matanya. Menggoda resepsionis cantik yang tampak masih muda.

Dafa mendengus kesal, ia menarik krah hoodie yang dipakai Alvin. Menyeret temannya ke lift terdekat, mengabaikan Alvin yang menyumpah serapahi dirinya.

"Sialan lu Daf!" Seru Alvin setelah berhasil melepas diri dari seretan Dafa.

"Mata lu jelalatan." Ucap Dafa santai. Ia menyandarkan punggung di lift. Matanya menatap angka yang terus bertambah. Laki-laki itu memilih kamar di lantai sepuluh.

Cklek

Pintu dibuka oleh Dafa, ia menyeret kopernya masuk ke dalam kamar disusul oleh Alvin.

"Lumayan." Alvin membuka suara. Ia mengedarkan pandangan menatap ke seluruh penjuru ruangan. Tungkainya ia bawa kearah balkon, membuka pintu berdaun ganda berwarna putih.

Semilir angin menyapa wajahnya, ia menatap pemandangan kota Las Vegas di malam hari.

Benar-benar menakjubkan!

Dafa menyusul Alvin. Duduk di sofa yang sengaja diletakkan di balkon. Ia membawa dua minuman soda kaleng di tangannya. Menegak beberapa teguk soda itu lalu mengedarkan pandangan ke pemandangan yang tersuguh di depannya.

"Lu mau berapa hari disini?" Tanya Alvin. Ia mengambil duduk di sebelah kanan Dafa.

"Mungkin tiga hari." Jawab Dafa.

"Emang lu mau ngapain disini?" Tanya Alvin heran.

Tentu saja ia heran, temannya itu tidak menjelaskan secara rinci alasan kenapa tiba-tiba ingin pergi ke Las Vegas. Terlebih Dafa hanya sendiri, tidak dengan kedua orang tuanya atau bahkan bodyguardnya. Cukup aneh, pikirnya.

Dasva|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang