17

10.4K 800 45
                                    

~Enjoy it guys~

Jam menunjukkan pukul 08.00 pagi, sosok laki-laki itu masih betah menutup matanya. Pagi ini bisa di bilang cukup cerah dengan matahari yang bersinar terang.

"Dek bangun." Nadia membangunkan Dafa dengan mengelus rambut hitam milik anaknya.

Enghh

"Ayo bangun." Ucap Nadia tersenyum saat anak itu hanya mengeluarkan lenguhannya.

"Bunda." Suara itu terdengar sangat lembut. Matanya perlahan terbuka, menatap ke arah Nadia yang masih setia mengelus rambutnya.

"Ada yang sakit?" Tanya Nadia saat Dafa menatap dirinya.

"Enggak." Jawab anak itu yang masih menatap bundanya.

"Kenapa kok natap bunda gitu?" Tanya Nadia.

"Bunda cantik." Jawab anak itu yang berhasil membuat bundanya tersenyum.

"Bunda tercantik yang pernah ada." Lanjut Dafa.

"Adek juga laki-laki tertampan yang pernah ada." Balas Nadia dengan mengecup dahi anaknya.

Bisa di rasakan jika kondisi anaknya sudah mulai membaik, suhu tubuhnya tidak sepanas kemarin. Tapi tidak bisa di pungkiri jika suara Dafa masih lemah yang menandakan jika anak itu masih merasakan sakit.

"Ayah berarti nggak tampan ya bunda?" Tanya Dafa.

"Tampan dong." Suara itu membuat Dafa dan Nadia menoleh ke arah sumber suara. Di sana ada Andre yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Dafa yang tampan. Ayah jelek." Ucap Dafa menatap Andre yang berjalan ke arahnya.

"Ayah tampan." Kata Andre dengan mengecup dahi sang anak. Ia baru saja mandi dan di suguhi oleh perkataan anaknya yang bilang jika ia jelek, jahat sekali.

"Dafa yang tampan, tadi bunda ngomong kalau adek laki-laki tertampan yang pernah ada, gitu." Pamer Dafa kepada ayahnya.

"Oh ya?" Tanya Andre dengan duduk di samping kanan ranjang Dafa.

"Iya dong." Jawab Dafa mantap.

"Adek baru bangun?" Tanya Andre.

"Iya." Jawab Dafa. Posisi ranjang itu di buat setengah duduk yang membuat Dafa nyaman dan tidak merasakan sakit di dadanya.

"Mau makan sekarang?" Tanya Nadia.

"Boleh bunda." Jawab Dafa menoleh ke arah bundanya.

"Bubur lagi?" Tanya Dafa saat Nadia membawa mangkok berisi makanan berwarna putih.

"Emang mau apalagi, adek masih sakit." Jawab Nadia.

"Ayo bunda suapi, buka mulut adek." Lanjut Nadia dengan mengarahkan sendok ke mulut Dafa.

"Besok buburnya di tambahin apa gitu bun biar ada rasanya sedikit." Usul Dafa ditengah acara mengunyah makanannya.

"Mau ditambahin apa?" Tanya Nadia.

"Ayam boleh? Oke oke?" Tanya Dafa dengan semangat. Sungguh ia ingin merasakan makanan yang masuk ke mulutnya adalah makanan enak, bukan tanpa rasa seperti bubur yang ia makan saat ini.

"Sama wortel mau?" Tanya Nadia. Ia hanya ingin mengalihkan perhatian anaknya, tidak bagus jika Dafa hanya makan ayam tanpa sayuran.

"Mau." Jawab Dafa dengan menerima suapan dari bundanya.

"Ayah nggak kerja?" Tanya Dafa menatap Andre.

"Ayah libur hari ini." Jawab Andre dengan mengambil buah apel di rak samping kanan ranjang anaknya.

"Kenapa?" Tanyanya lagi.

"Emang ayah nggak boleh libur? Ayah kan juga mau jagain anak kesayangan ini." Jawab Andre dengan mengupas kulit apel itu untuk di makannya.

"Bunda udah, adek kenyang." Ucap Dafa.

"Minum obatnya kalau gitu." Balas Nadia dengan memberi kan gelas berisi air putih dan beberapa butir obat kepada Dafa yang di terima oleh anak itu.

✖✖

"Lu udah coba kabarin Dafa?" Tanya Kevin kepada Leon yang berada di hadapannya. Mereka saat ini berada di cafe yang sering mereka kunjungi bersama Dafa.

"Udah, malah dari kemarin gua telfon handphonenya tapi nggak aktif." Jawab Leon dengan meminum kopinya.

"Gua juga, kira-kira dia udah sadar belum sih?" Tanya Kevin menatap jalanan di samping kirinya melalui jendela.

"Entahlah, gua khawatir sama dia." Jawab Leon.

"Bersalah banget deh gua sama Dafa, ngeliat dia kesakitan kayak kemarin ngebuat rasa bersalah gua makin besar."

"Bener banget, tapi kita bisa apa Kev? om Andre aja nggak ngasih ijin kita buat ketemu Dafa."

"Iya juga, pasti di depan kamar rawatnya ada bodyguard yang jaga di depan." Kata Kevin. Memang seperti itu, jika Dafa sakit di depan ruang inapnya akan ada dua atau mungkin lebih bodyguard yang berjaga di depan. Selain untuk memberikan waktu istirahat yang cukup bagi Dafa juga untuk kenyamanan anak itu. Berlebihan memang, tapi memang itu kenyataannya.

"Terus gimana cara kita buat ketemu Dafa coba." Balas Leon memikirkan ide untuk bisa bertemu dengan sahabatnya itu.

✖✖

"Bunda, Leon sama Kevin kok nggak kesini?" Tanya Dafa menoleh ke arah Nadia yang duduk di sofa sebelah kirinya bersama Andre. Biasanya saat ia sakit kedua temannya itu akan selalu menjenguknya apalagi sekarang hari Minggu. Seharusnya mereka sudah di ruang inapnya sejak pagi, tapi sampai sekarang kedua sahabatnya itu belum juga datang padahal jam sudah menunjukkan pukul 10.00.

"Bunda nggak tau." Jawab Nadia.

"Kemarin mereka nganter adek ke sini kan?" Tanya Dafa lagi.

"Iya." Jawab Nadia. Dafa heran dengan jawaban bundanya, tidak biasanya Nadia menjawab singkat ada yang tidak beres pikirnya.

"Bun handphone adek mana?" Tanya Dafa saat anak itu tidak menemukan benda persegi di rak samping kirinya.

"Buat apa?" Tanya Andre.

"Buat kasih kabar Leon sama Kevin yah." Jawab Dafa menatap Andre.

"Nggak perlu kasih kabar ke mereka." Ucap Andre berjalan ke arah ayahnya.

"Kenapa?" Tanya Dafa dengan menggaruk pelan hidungnya yang gatal karena nasal kanula masih terpasang di hidung mancungnya.

"Ayah bilang nggak perlu kasih kabar ke mereka. Mereka bukan teman yang baik buat kamu." Jawab Andre dingin.

"Apa yang Dafa nggak tau dari kejadian kemarin?" Tanya Dafa menatap kedua orang tuanya meminta penjelasan.

"Jauhi mereka!" Perintah Nadia yang sontak membuat Dafa menatap ke arah bundanya.

"Bunda nggak bisa ngelarang adek buat menjauh dari mereka." Kata Dafa tidak terima.

"Kamu bisa." Ucap Nadia.

"Leon sama Kevin sahabat adek udah lama. Jangan buat ruang adek semakin sempit bun." Dafa menatap bundanya, ia sudah putus asa.

"Jauhi mereka! Ini peringatan ayah yang terakhir." Seru Andre.

"Ayah nggak berhak ngelarang Dafa." Ucap Dafa dingin dengan menatap ayahnya.

"Ayah berhak untuk melarang kamu." Lawan Andre.

"Dafa nggak mau menjauh dari mereka, terserah ayah sama bunda mau ngasih hukuman apa ke Dafa, keputusan ini nggak akan berubah. Sudah cukup ayah sama bunda ngelarang Dafa dalam banyak hal, untuk kali ini biarkan Dafa bahagia." Dafa mengakhiri kalimatnya dengan merubah posisi tubuh membelakangi orang tuanya. Sungguh ia sangat kecewa pada orang tuanya, tidak menyangka jika kejadian seperti ini akan terjadi.

-
Next? Coment and vote.

Salam Rynd🖤



Dasva|END✔Where stories live. Discover now