18

9.5K 760 31
                                    

For your information : Aku udah buat keputusan. Jadi kalau misal kalian mau tau aku kapan update cerita Last atau Different kalian bisa liat profil wattpad aku. Kalau di sana ada tulisan REST artinya itu aku dalam keadaan nggak lagi nulis ke dua cerita itu. Bisa di artikan juga, kalau update ceritanya bukan dalam waktu yang dekat.

Nah kalau ACTIVE artinya aku lagi nulis salah satu atau bahkan kedua cerita itu. Bisa di artikan juga, kalau aku bakal update cerita aku dalam waktu dekat.

Jadi kalau kalian mau tau atau nggak sabar sama kelanjutan cerita ini, kalian bisa liat profil wattpad aku oke?. Thanks💙

~Enjoy it guys~

Ruang rawat VVIP itu terlihat sepi, atau bahkan bisa di katakan sangat sepi. Dafa memiringkan tubuhnya ke kiri pada ranjang yang di atur menyandar.

Pikirannya saat ini kalut, bingung harus berbuat apa. Ia melirik ke arah jam yang berada di atas rak sebelah ranjangnya, pukul 18.15. Setelah mengakhiri perdebatan dengan orang tuanya tadi pagi, ia memilih menghindar dan berakhir tidur hingga siang.

Saat di bangunkan oleh perawat untuk makan siang ia tidak menemukan kehadiran orang tuanya di dalam ruangan. Hingga malam hari ini, orang tuanya juga belum datang ke ruangannya.

"Apa ayah sama bunda marah ya?" Gumam Dafa dengan mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang.

Dafa beranjak dari tidurnya, ia duduk di tepi ranjang. Bersyukur karena nasal kanula yang terpasang di hidungnya sudah di lepas tadi sore yang membuatnya bisa bergerak bebas tanpa memikirkan selang itu.

Dafa berjalan dengan membawa infus yang di gantung pada tiang yang memiliki roda.

Cklek

"Tuan Muda." Sapa salah satu bodyguard saat pintu ruangan itu terbuka menampilkan sosok Dafa.

"Kenapa keluar Tuan Muda?" Tanya salah satu bodyguard. Benar, di depan ruang inap Dafa ada tiga bodyguard yang berjaga. Jangan lupakan sifat over protective Andre dan Nadia kepada Dafa. Mereka tentu tidak akan membiarkan anak itu tanpa pengawasan.

"Ayah sama bunda mana?" Tanya Dafa  dengan membuka pintu ruang inapnya lebih lebar.

"Tuan dan Nyonya pergi karena ada urusan yang harus di selesaikan. Hanya itu yang di ucapkan Tuan tadi siang saat pergi dengan Nyonya." Jawab salah satu bodyguard bernama Riki.

"Sebaiknya Tuan Muda kembali masuk ke dalam kamar." Lanjut Riki.

"Saya mau ke taman." Ucap Dafa.

"Tuan Muda sebaiknya kembali masuk ke kamar." Ulang Riki mencegah keinginan Tuan Mudanya.

"Saya mau ke taman." Balas Dafa tetap pada pendirian.

"Taman akan sepi di malam hari." Ucap Riki.

"Saya mau ke taman sebentar saja." Lanjut Dafa dengan menatap Riki yang berada di sebelah kanannya.

Riki menoleh ke arah dua bodyguard lainnya meminta pendapat.

"Saya akan memberi ijin Tuan Muda ke taman tapi dengan satu syarat." Ucap Riki.

"Syarat apa?" Tanya Dafa dengan menoleh ke arah Riki.

"Tuan Muda harus memakai kursi roda." Jawab Riki. Dafa menghela nafas berat, entah kenapa ia sangat ingin pergi ke taman malam ini.

"Ya." Ucap Dafa memutuskan.

✖✖

Dafa beserta Riki dan satu bodyguard lainnya berjalan ke arah taman rumah sakit. Sesuai kesepakatan, saat ini Dafa berada di atas kursi roda dengan kantong infus yang berada di sebelah kirinya. Anak itu memakai jaket untuk menutupi pakaian pasiennya dan selimut tebal yang membungkus tubuh tegap Dafa.

Dasva|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang