37

5.4K 450 38
                                    

Kalau ada typo bisa dikoreksi ya😄

~Enjoy it guys~

Sudah terhitung lima hari Dafa dirawat atau lebih tepatnya dikurung(?) di dalam ruang inapnya.

Dilarang keluar kamar, dilarang makan sembarangan selain bubur rumah sakit atau masakan buatan bundanya, dilarang bermain handphone, dan parahnya dilarang turun dari ranjang selain urusan ke kamar mandi.

Oh demi Tuhan!

Orang tuanya ini benar-benar!

Dirinya juga tidak akan mati hanya turun dari ranjang untuk sekedar mendekati balkon yang berada di ruang inapnya kan?!

Terus kenapa orang tuanya bersikap berlebihan?!

Ingin rasanya dia emosi. Melampiaskan amarah yang mungkin sudah menggunung yang siap meledak kapan saja.

Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Anak itu sedang bersender pada kepala ranjang yang diatur setengah duduk. Matanya fokus pada layar televisi yang menempel pada dinding di depannya. Layar yang menampilkan pertandingan bola luar negeri favoritnya berhasil menyita perhatiannya.

Sesekali tangan kirinya mengelus telapak tangan kanannya sendiri karena kebas. Rasanya ia ingin melepas paksa infus yang menempel di telapak tangannya itu. Sungguh!

Kedua orang tuanya sedang pulang ke mansion, sekedar untuk membersihkan diri dan membawa beberapa perlengkapan untuk dirinya.

Sebenarnya sampai kapan ia harus dirawat di tempat memuakkan ini? Pertanyaan semacam itu selalu terlintas dalam otaknya.

"Bilang ke bunda, tolong bawain novel diatas meja belajar kamar saya." Ucap Dafa menoleh kearah Riki sejenak lalu mengalihkan lagi ke layar televisi.

"Baik Tuan Muda." Jawab Riki segera meraih handphone yang ia letakkan di saku celana dan segera mengirimkan pesan singkat kepada Nadia.

✖✖

Tok Tok

Suara ketukan itu berhasil membuat atensi Dafa beralih. Menatap pintu ruang inapnya sesaat. Seorang perawat berusia 25 tahun masuk kedalam ruangnya dengan membawa nampan yang isinya sudah Dafa pastikan bubur tanpa rasa.

"Makan dulu Daf." Ucap perawat itu bernama Karin. Meletakkan nampan berisi bubur dan air putih ke atas meja yang sudah di letakkan di hadapan Dafa.

"Nanti aja kak." Kata Dafa singkat. Mereka memutuskan untuk memanggil dalam panggilan non formal, mengingat keduanya sudah mengenal lama sejak Dafa menjadi pasien tetap Rumah Sakit sejak kecil.

"Gak ada nanti. Makan atau dilarang liat tv?" Tanya Karin sekaligus mengancam.

"Ck." Desis Dafa berdecak sebal.

Kenapa semua orang selalu menggunakan profesinya untuk mengancamnya?!

"Nah gitu dong." Ucap Karin tersenyum kemenangan dengan memberikan semangkuk bubur kepada Dafa.

"Di Rumah Sakit kekurangan garam apa emang gak ada garam?" Tanya Dafa sarkas saat suapan pertama berhasil ia telan.

"Dan kamu juga gak terbiasa dengan rasa bubur khas Rumah Sakit?" Balas Karin tidak kalah sarkas.

Dasva|END✔Where stories live. Discover now