34

7K 491 33
                                    

~Enjoy it guys~

Roda brankar itu beradu dengan lantai warna putih yang bergerak cepat. Diatasnya ada laki-laki yang setia menutup kedua matanya dengan rapat. Bibir merah rekahnya berubah menjadi pucat pasi dengan keringat sebesar jagung yang membasahi dahi.

"Sayang hiks." Isakan itu terdengar entah untuk keberapa kalinya. Untuk kesekian kalinya Nadia menjadi sosok lemah yang hanya mampu menangis jika dihadapkan oleh anak tunggalnya.

Sejak perjalanan dari mansion ke rumah sakit, anaknya itu tidak juga memberikan respon, tidak bergerak seinci pun atau setidaknya merespon sekedar gumaman yang semakin membuat rasa khawatirnya kian memuncak.

"Bawa masuk cepat!" Perintah dokter Doni kepada beberapa perawat yang mendorong brankar Dafa.

Setelah brankar itu masuk kedalam ruang UGD, saat itu juga dokter Doni bergerak cepat untuk memeriksa Dafa bersamaan pintu UGD yang tertutup menyisakan Andre, Nadia, serta beberapa bodyguard.

"Mas, adek baik-baik aja kan?" Tanya Nadia menatap Andre penuh harap.

"Ya, anak kita akan baik-baik aja sayang." Jawab Andre dengan membawa tubuhnya istrinya kedalam pelukan.

Jika boleh jujur sesungguhnya dalam keadaan seperti ini, ia menjadi pria yang rapuh. Melihat harta yang paling berharga di hidupnya sedang mempertaruhkan nyawa dan mengeluarkan air mata membuatnya lemah. Kewajiban menjadi kepala keluarga yang mengharuskannya untuk tetap kuat, bersikap tegar dan menjadi sandaran bagi anak istrinya.

Cklek

Suara pintu itu sontak membuat perhatian semua orang teralih pada pria berjas putih. Menatap penuh harap mengharapkan kabar baik terlontar pada pria itu.

"Dafa kritis." Ucap dokter Doni menatap Andre dan Nadia secara bergantian.

Untuk beberapa saat, rasanya waktu dipaksa untuk berhenti. Membiarkan kabar buruk itu berjalan menjadi lebih lambat. Perkataan yang seakan seperti kaset rusak yang berputar berulang-ulang.

"Kami melakukan transfusi darah dan sumsum tulang belakang. Demamnya belum turun dan memungkinkan untuk semakin meningkat, serta detak jantungnya yang tidak teratur." Jelas dokter Doni.

"Setelah kedua transfusi itu selesai, kami akan memindahkan Dafa ke ruang seperti biasa." Lanjut dokter Doni.

"Terima kasih dok." Ucap Andre.

"Sama-sama pak Andre, saya permisi." Pamit dokter Doni lalu masuk kembali pada ruangan yang sama.

"Mas, adek-" Ucap Nadia terbata.

"Sstt, Dafa akan baik-baik aja. Kamu tau kan kalau anak kita kuat. Percaya sama Dafa sayang." Balas Andre dengan memeluk tubuh istrinya lebih kuat bermaksud menyalurkan kekuatan.

✖✖

"Anemia aplastik dan asma bronkial." Ucapan itu keluar dari mulut laki-laki yang saat dengan tangan mengapit rokok.

"Kita hanya cukup sedikit bermain api." Sahut laki-laki lainnya tersenyum sinis.

"Lakukan dengan rapi, tanpa cela dan tanpa kesalahan." Pesan laki-laki itu.

"Ya, semua akan berjalan dengan baik." Balasnya.

Kedua laki-laki yang sedang duduk berhadapan pada sofa besar berwarna marron dengan bersamaan mengangkat gelas tinggi berwarna merah itu dan menyatukannya sehingga berbunyi benturan antar kaca.

"Cheers!" Seru mereka berdua dengan senyum menghiasi bibir keduanya.

✖✖

Kedua mata itu bergerak perlahan, untuk beberapa saat membuka dan berusaha menyesuaikan dengan cahaya yang menyilaukan. Ia melirik jam dinding yang tertempel pada ruang inapnya menunjukkan pukul 12 malam. Tersenyum miris karena untuk kesekian kalinya ia berakhir di tempat yang sama.

"Dek, sayang." Ucapan itu membuatnya sadar.

"Bun." Ucapnya lirih. Jujur saja, ia masih tidak punya banyak tenaga. Bahkan untuk bergerak saja dia harus mengerahkan tenaga lebih, ia menolehkan kepala ke kiri melihat bundanya yang duduk di samping ranjang.

"Sakit sayang?" Ucap Nadia lembut.

"Ya." Jawab Dafa singkat. Ya, ia tidak berbohong jika seluruh badannya sekarang merasakan sakit. Demam yang tidak kunjung menurun membuat kepalanya sakit seperti ditikam sesuatu tak kasat mata. Belum lagi sesak yang ia rasakan membuatnya hingga sulit bernafas jika selang oksigen tidak terpasang di bawah hidungnya saat ini. Jarum infus yang terpasang rapi di telapak tangannya serta jarum panjang berisi selang berwarna merah yang menancap di lengan kanannya.

Cukup mengenaskan.

"Apa penyakit gua makin parah?" Gumam Dafa dalam hati.

"Sayang, jangan sakit lagi. Jangan buat bunda khawatir nak." Ucap Nadia dengan mengelus lembut rambut Dafa.

"Maaf bun." Balas Dafa.

"Ayah mana?" Tanya Dafa penasaran.

"Lagi ke kantin rumah sakit, mau beli kopi." Jawab Nadia yang dibalas anggukan oleh Dafa.

Ia menyamankan posisi tidurnya, ia lelah tak tau kenapa. Yang ia butuhkan hanya tidur rasanya.

"Bun adek tidur." Ucap Dafa pelan.

"Ya sayang, mimpi indah." Balas Nadia dengan gerakan tetap mengelus rambut anaknya.

Perlahan kedua mata itu tertutup bersiap menjelajah mimpi yang memiliki dua bagian. Mimpi indah dan mimpi buruk tentunya.

✖✖

Kedua mata itu terbuka, gelap. Hanya itu yang bisa ia lihat, berubah menjadi panik saat ia berusaha mengedarkan semua pandangannya tapi tetap juga tidak mendapatkan setitik cahaya.

"Mimpi indah hm?" Ucapan itu sontak membuat pergerakannya berhenti. Otaknya sibuk mencerna siapa pemilik suara itu.

Srak

Kain hitam itu dilepas paksa, membuat kedua mata pemilik seseorang yang duduk terikat terpaksa beradaptasi dengan cahaya.

DEG

Rasanya jantungnya lepas saat itu juga, tidak ada waktu untuk berfikir kenapa ia berakhir di tempat ini dan berhadapan dengan lawan bicaranya sekarang.

"Dafa Lutisva." Ucapnya dengan mendekati Dafa yang sibuk memberontak dalam duduknya.

"Sial." Desis Dafa saat ikatan pada tubuhnya tidak juga berkurang.

"Nice to meet you." Ucap lawan bicaranya saat ini dengan senyum yang tidak dapat diartikan.

Bahaya. Otaknya memerintah untuk waspada, karena lawan bicara Dafa saat ini adalah pembunuh yang tidak lain adalah Joshua.

-

Happy new year🎉🎉

Untuk readers semua ceritaku, selamat tahun baru. Semoga tahun kemarin bisa menjadi pelajaran dan pengalaman berharga. Dan tahun ini menjadi tahun yang lebih bermakna💙

Terima kasih karena mau menemaniku dalam setiap kelanjutan semua ceritaku. Terima kasih banyak💕

Next? Comment and vote.

Salam Rynd🖤

Dasva|END✔Where stories live. Discover now