8

15.2K 1K 24
                                    

~Enjoy it guys~

Sore ini, ruang VVIP itu terlihat ramai. Ada Nadia, Andre, Leon, Kevin, dan tentunya Dafa. Jika kalian bertanya kenapa ada Kevin di sana? Itu karena Leon yang memberi tau bahwa Dafa di rawat, jadi setelah pulang sekolah dia langsung ke rumah sakit.

"Daf, bisa pulang kapan?" Tanya Kevin yang duduk di samping kanan ranjang Dafa. Sekedar informasi, dia meminta kursi tambahan kepada pihak rumah sakit untuk di taruh di ruang rawat Dafa. Jangan heran jika Kevin itu em, ya sedikit banyak merepotkan.

"Besok." Jawab Dafa dengan pandangan tak teralihkan dari televisi yang ada di depannya. Ranjang Dafa di posisikan duduk agar punggung anak itu juga tidak sakit. Seperti itulah alasan klasik Dafa.

"Siapa yang bilang besok kamu bisa pulang?" Tanya Andre menatap anaknya.

"Ayah, Dafa mau pulang. Nggak betah di sini." Keluh Dafa dengan menatap ayahnya.

"Masih harus di rawat. Ayah nggak mau kamu collapse lagi seperti kemarin." Jelas Andre menghampiri anaknya dengan duduk di sebelah kiri ranjang Dafa.

"Dafa udah sehat, beneran." Dafa menatap orang-orang di ruangannya menyakinkan bahwa dia sudah baik-baik saja dan tentunya membolehkannya pulang.

"Mau design kamarnya nggak jadi?" Tanya Leon dengan berjalan menuju kulkas yang ada di ruangan itu. Ya, ruang rawat Dafa memang lengkap. Karena sedari kecil, dia sudah terbiasa dirawat di rumah sakit yang sekarang ditempati dan di ruangan yang sama pula.

"Lu mah ancamannya itu aja, nggak ada yang lain apa!" Seru Dafa dengan menatap Leon tajam.

Memang, sejak dulu Dafa ingin mengubah design kamarnya. Dia berbicara kepada Leon jika ingin mengubah kamarnya dan memang dasarnya Leon terlahir dari keluarga arsitek, jadi sahabatnya itu bisa mewujudkan keinginan Dafa dengan mudah dan sesuai dengan style yang ia inginkan.

"Kalau lu masih mau pulang, gua bakal batalin semuanya." Jawab Leon dengan menutup kulkas dengan kedua tangan membawa beberapa makanan ringan dan cola.

"Ayah, marahin Leon!" Seru Dafa menatap Andre meminta pembelaan. Oh rupanya anaknya merajuk saat ini.

"Ayah ada di pihak Leon."

"Kevin, marahin Leon!" Tuntut Dafa beralih menatap Kevin.

"Sayangnya gua juga setuju sama Leon."

"Bunda, masa nggak ada yang belain adek." Nah, jurus terakhir di keluarkan. Nadia yang merasa di panggil pun hanya menatap sekilas anaknya lalu fokus kembali pada gambar desain baju di tangannya, yang menimbulkan kekehan keras dari tiga orang yang tadi membully Dafa.

Ah sungguh membully Dafa itu hal yang menyenangkan. Dia akan memasang wajah cemberut dan memelas dengan tatapan puppy eyes untuk meminta pembelaan kepada orang lain. Oh giant baby.

✖✖

Saat ini Nadia dan Andre berada di ruangan Dokter Doni. Ah, ucapkan terima kasih kepada sifat kepala keras Dafa yang entah menurun dari mana. Ia mengancam untuk mogok makan, dan itu sontak membuat orang tuanya kalang kabut. Melihat Dafa dengan akting yang bisa di bilang sedikit bagus itu menangis dengan mengatakan kata pulang berkali-kali.

"Keadaan Dafa saat ini sudah mulai stabil. Hanya perlu istirahat dan jangan sampai telat makan dan meminum obatnya." Tutur Dokter Doni.

"Kapan Dafa bisa pulang Dok?" Tanya Nadia.

"Mungkin dua hari lagi."

"Apa bisa di percepat?"

"Kenapa Pak Andre?"

"Begini, Dafa ingin segera pulang. Dia mengancam akan mogok makan jika dia tidak di perbolehkan pulang dalam waktu dekat." Andre menjelaskan.

"Jika keadaannya nanti malam tidak mengkhawatirkan, besok sore Dafa sudah bisa pulang." Kata Dokter Doni. Ya, dia sangat tahu watak pasien nakalnya itu, jika keinginan pasiennya itu tidak terkabulkan bisa di pastikan jika keadaannya juga akan memburuk.

Cklek

"Bunda." Lirihan itu terdengar saat pintu terbuka. Nadia melihat anaknya yang saat ini menatapnya dengan penuh harapan. Dihampirinya Dafa dengan Andre menyusul di belakang.

"Besok sore adek bisa pulang." Ucap Nadia dengan duduk di sofa kiri ranjang.

"Beneran?" Tanya Dafa menatap Nadia antusias dengan senyum manis di wajahnya.

"Kalau keadaan kamu nggak menurun seperti kemarin, besok sore kamu bisa pulang." Jelas Andre dengan duduk di ranjang samping kaki anaknya.

"Adek nggak mau sakit terus, adek mau sehat." Tutur Dafa dengan kedua tangan memilin selimutnya dengan pandangan menunduk.

Nadia pun terdiam begitu juga Andre. Mereka saling menatap. Jujur hati mereka sakit, sangat tidak tega melihat anaknya merasakan sakit yang bahkan pemilik tubuh itu sudah terkulai lemas. Dengan keringat dingin yang terus mengucur, badan yang bergetar hebat, dan suhu tubuh yang panas. Bibir yang biasanya melontarkan kata kata candaan itu mendadak bisu. Yang biasanya berwarna merah rekah berubah menjadi pucat pasi. Sungguh siapa yang tega melihat orang yang di sayangi dalam keadaan yang bisa di katakan jauh dari kata baik-baik saja.

"Kita berjuang sama-sama ya melawan sakit nakal ini sayang." Ucap Nadia dengan mengelus pelan lengan tangan kiri anaknya.

"Dafa anak kuat. Ayah tau itu." Tutur Andre perlahan berdiri dengan kedua tangan yang terbuka lebar. Memeluk istri dan anak tersayangnya. Dia harus kuat untuk anak dan istrinya, jika ia tak kuat siapa yang bisa menjadi pegangan keluarganya untuk tetap berdiri.

✖✖

Sore ini, senyum dari bibir laki-laki itu tidak memudar. Dia saat ini sedang senang, tidak mudah untuk meminta pulang. Sungguh. Harus berakting se dramatis mungkin agar orang tuanya bisa percaya. Sepertinya Dafa harus berterima kasih kepada cermin di kamarnya yang biasanya ia buat latihan untuk akting jika dia lupa mengerjakan pr di sekolah atau sekedar telat agar gurunya bisa percaya dengan skill akting nya.

"Dafa ingat pesan saya." Ucap Dokter Doni untuk kesekian kalinya.

"Iya dok." Jawab Dafa dengan nada malas.

"Iya apa?" Dokter Doni menuntut.

"Istirahat yang cukup, makan teratur, jangan lupa jadwal minum obat, nggak boleh lelah, nggak boleh masuk sekolah dulu, nggak boleh bandel, harus nurut. Udah itu aja yang Dafa ingat." Jawab Dafa.

"Bagus. Saya nggak mau kamu collapse lagi. Saya nggak mau liat jagoan ini sakit lagi oke." Kata Dokter Doni dengan mengusak gemas rambut Dafa

"Oke captain." Lanjut Dafa dengan tersenyum ke arah Dokter Doni. Dokter yang sudah ia anggap kakaknya sendiri.

-
Next? Coment and vote.

Salam Rynd🖤

Dasva|END✔Where stories live. Discover now