(28) Kaset kehidupan

2.6K 289 4
                                    

Selamat membaca

•••

Dokter Riana tersenyum meneduhkan saat Aiby mulai merespon ucapannya. Wanita yang hampir berkepala tiga tersebut sesekali mengusap penuh sayang bahu juga punggung tangan Aiby. Menyeka keringat dingin dan jejak air mata yang masih tersisa di wajah cantik gadis itu.

"Tarik nafas sekali lagi, ayo. Jernihkan fikiranmu, Aiby!" ucap Dokter Riana.

Aiby menurut. Menarik nafas perlahan kemudian menghembuskannya dengan tenang.

"Sudah tenang?"

Aiby menganggukkan kepala kemudian bersandar pada kepala ranjang. Sesekali memejamkan mata.

"Sekarang coba kamu dalami keadaan kamu yang sekarang. Ingat, dia tidak ada pada kehidupanmu yang sekarang. Anggap saja dia sudah pergi jauh, tidak akan pernah kembali lagi!" senyum menenangkan milik dokter Riana membuat Aiby balas tersenyum. Meski sangat tipis.

Aiby memejamkan mata. Menempatkan dirinya pada keadaan yang saat ini sedang ia jalani. Kaset kehidupan berputar begitu saja, menampilkan banyak scan tawa yang coba ia ciptakan. Disana ada Geisya dan teman kelasnya, ada Bintang, ada berbagai alasan mengapa Aiby senang berada pada masa yang satu ini.

Ada Gabe yang selalu tersenyum meneduhkan, ada pula sepintas harapan yang pernah ia rangkai di awal sana. Semuanya terlihat jelas. Aiby tau saat ini ia sedang berada pada penempatan diri yang bisa di katakan sebuah pelarian.

"Sekarang, setelah kamu menempatkan diri di situasi yang sudah kamu lalui di sini. Coba kamu reka kambali masa yang sudah berlalu. Biarkan dia masuk. Ingat sekali lagi Aiby, dia sudah pergi jauh. Dia tidak ada di sini dan lagi masa itu tidak akan terjadi lagi"

perlahan ucapan Dokter Riana mengalihkan kaset kehidupan yang mulai berputar. Rekaman itu berputar teramat cepat mengalihkan atensi Aiby pada kejadian yang sudah terkubur sangat lama bersama salinan kehidupan.

Perlahan perputaran rekaman itu mengirimkan sensasi marah, takut, sedih juga kecewa. Semua itu bercampur menjadi padu yang sangat memuakkan. Aiby takut, sekelebat bayangan di mana Langit memukulnya tanpa henti berputar kembali. Tamparan itu, teriakan, tangisan juga kalimat Ampun yang berulang kali ia ucapkan. Permohonan maaf, juga lontaran kalimat menyakitkan itu terus saja berputar. Membentuk satu lingkaran padu yang biasa orang lain menyebutnya dengan luka.

"Aiby, tenangkan fikiran kamu. Ingat, jika kejadian itu tidak akan terjadi lagi. Kamu bersama saya disini. Cukup sugestikan diri bahwa semua kenangan itu akan selalu menjadi bagian diri kamu yang tidak perlu kamu kubur terlalu dalam. Biarkan ia terbuka sebagaimana mestinya. Damaikan diri, berusaha menerima dan tetap menjadi diri yang pemaaf"

Suara Dokter Riana mengalun perlahan. Menembus reka kejadian yang berputar teramat cepat di kaset memorie gadis itu.

Helaan nafas tenang akhirnya kembali terdengar. Aiby masih memejamkan mata, mencoba menerima seluruh rasa sakit yang selama ini ia hindari. Menempatkan diri pada sekelebat bayangan masa lalu yang kian terasa begitu nyata. Wajah itu, dia ada di sana. Bersama seluruh kenangan yang tidak akan hilang sampai kapan pun. Ia melihat dirinya berlari kencang, menembus kerumunan hingga tanpa sadar ternyata ia masih berada pada satu pijakan yang sama.

Langit.

Nama yang muncul saat reka itu memperlambat perputarannya. Wajah tampan bagai iblis itu tersenyum manis kala sederetan bunga mawar putih ia ulurkan pada Aiby. Tersenyum ramah, memeluk, mencium hingga tertawa bersama menciptakan sebuah cerita.

Kaset berganti slide, memutar masa di mana semuanya perlahan berubah. Dari mamanya yang menuntut perpisahan, papa yang tidak pernah peduli pada keluarga, dirinya sendiri yang hanya menutup telinga saat pertengkaran yang berujung kesedihan itu menggema keras di segala penjuru rumah. Hingga sebuah kebenaran beserta titik balik dari semuanya terjadi.

Bintang Untuk Aiby (COMPLETED)✔️Where stories live. Discover now