(24) Luka (Tak) berbekas

2.8K 257 0
                                    

Selamat membaca

•••

Sekali lagi Bintang menatap buku bersampul biru dengan bagian pita merah pada tengah dan setiap sudut buku tersebut. Lelaki itu mengela nafas panjang kemudian tersenyum tipis, ternyata Aiby sudah sejauh ini mengusik kehidupannya. Bahkan tanpa dirinya sendiri tau Bintang telah jatuh terlalu dalam oleh pesona ajaib gadis itu. Semua tentang Aiby dan segala tingkah ajaibnya telah masuk dan sukses membuat Bintang bisa seperduli ini.

Langkah Bintang terhenti saat mendengar tawa yang tampak familiar di telinganya. Dengan langkah ragu, ia berjalan memasuki rumah besar milik orang tuanya. Malam ini ia berjanji menginap dengan bujukan maut sang adik-Gista menyuruh kakak nya untuk pulang kerumah katanya merindukan Bintang. Walaupun setengah tidak percaya Bintang tetap saja menuruti keinginan adiknya.

"Kamu lucu Gita, aku jadi pengen punya adik cewek!"

Deg

Detak jantung Bintang terasa berhenti berdetak saat mendengar suara itu.

Melani

Satu nama yang langsung terselip saat suara itu mengalun lembut.

Bintang semakin melangkah ragu. Ada terselip rasa sesak juga luka yang tidak bisa ia definikan sendiri. Rasa itu kian besar bersandingan dengan langkah kakinya yang berjalan mendekat.

"Bang Bin, kak Melani pulang nih dari Ausy. Dia bawain Gita makanan banyak!"

Netra gelap milik Bintang beradu tatap dengan manik keemasan milik sosok bernama Melani itu. Keduanya terdiam beberapa detik sebelum Bintang sendiri yang memutuskan kontak mata.

Terlihat ada sepintas raut kecewa juga rasa bersalah dari tatapan wanita itu.

"Hai Bintang apa kabar?"

Bintang awalnya hanya diam, enggan menjawab namun netra teduh milik Melani membuatnya tetap saja angkat bicara. Wanita itu tetap sama. Selalu meneduhkan bagai telaga yang menenggelamkan tatap mata. Dan Bintang sudah pernah tenggelam dalam samudra yang gadis itu bangun. Hingga Bintang sendiri pernah lupa bagaimana caranya berenang hingga sampai pada daratan.

"Yaudah sana bersih-bersih dulu, terus temani Melani keliling jakarta!"

Bintang tak membantah tidak pula menyahut. Lelaki itu langsung melenggang pergi menuju kamarnya. Hari ini ia memang lelah dengan berbagai laporan yang harus ia kerjakan belum lagi bimbingan dan kelas yang ia lakukan.

Melani

Melani

Melani

Nama itu terus saja berputar di kepalanya. Membuat sebongkah kenangan lama berputar kembali. Ada rasa ngilu kala mengingat setiap detik yang pernah ia habiskan bersama gadis itu. Tidak, lebih tepatnya banyak sayat luka saat tanpa sengaja ia pernah tenggelam dan hampir mati kesakitan saat terlalu lama tenggelam dalam telaga milik wanita itu.

Bintang masih sama. Si dingin yang tidak sepenuhnya acuh pada sekitar. Walau terkesan tidak ramah lingkungan tetap saja jiwa manusianya masih bisa terpakai. Sedalam apapun seseorang menggores luka, obat paling ampuh hanyalah mengikhlaskan dan Bintang sudah melakukan itu. Ia sudah kembali pada daratan dan menjauhi telaga mematikan itu. Biar saja hal itu terkubur dalam kuburan paling angker hingga ia tidak pernah berani mengunjunginya.

Setelah selesai membersihkan diri Bintang tidak langsung beranjak turun atau langsung menemui Melani. Lelaki itu menghabiskan waktunya di kamar. Menatap kosong buku bersampul biru milik Aiby yang ada di tangannya. Lelaki itu mengela nafas kasar. Sebelum menyimpan kembali di atas meja.

Bintang Untuk Aiby (COMPLETED)✔️Where stories live. Discover now