Moving

156 10 2
                                    

Setelah pertimbangan panjang yang memakan waktu setengah hari, Vanessa akhirnya memutuskan untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ibu, ayah dan kakaknya benar, yang namanya kesempatan emas jarang sekali datang dua kali. Karena itu ia memutuskan untuk mengambil kesempatan. Sebenarnya ia masih gugup akan hal ini, masih takut. Tapi waktu tidak bisa menunggu bukan?

It's okay Vanessa you can do this. Gue juga bisa keluar kok kalo gak kuat. Gak apa-apa.

Or... is she?

Vanessa kembali memeriksa penampilannya di cermin full body miliknya. Merasa sudah puas dengan penampilannya, ia pun lekas berangkat menuju perusahaannya. Hari ini ia memakai cap ball putih polos, dengan rambut dikuncir satu. Untuk pakaian, ia memakai kaos abu-abu polos dan celana jeans berwarna cerah dengan tas selempang berwarna hitam yang berukuran sedang.

Setelah berjalan selama 10 menit, Vanessa akhirnya sampai di tempat tujuannya. Ia pun segera menelpon CEO perusahaannya.

Tuuutt.... Tuuutt... tuut...

"Yeoboseyo?" Jawab orang di sebrang saluran telpon.

"Ne, yeoboseyo PD-nim. Aku ada di perusahaan sekarang, apa PD-nim ada waktu?"

"Oh iya aku juga sedang di perusahaan sekarang. Ada apa? Apakah kau ingin menemuiku?"

"Iya PD-nim. Jika anda masih ada urusan lain, aku bisa menunggu." Ya, Vanessa memang tidak terdengar sopan kemarin karena ia berpikir ide debut ini cukup tidak waras.

But she agreed with it anyway.

"Oh tidak aku tidak begitu sibuk. Datanglah ke ruang rapat. Aku tunggu."

"Nee, PD-nim." Sesudah itu telpon pun ditutup. Vanessa segera ke ruang rapat untuk menemui CEO nya. Saat berjalan ke ruang rapat, jantungnya berdegup kencang. Ia bersemangat sekaligus takut.

Tapi ia tidak mau kembali menjadi trainee. Ini adalah mimpinya.

Tanpa sadar Vanessa sudah sampai di depan pintu ruang rapat. Ia menghela nafas terlebih dahulu, lalu mengetuk pintu.

"Masuklah." Ujar seseorang dari dalam yang ia tau benar itu adalah Bang PD.

"Annyeonghaseyo Bang PD-nim." Ujar Vanessa sambil membungkukkan diri 90 derajat. Itulah yang harus dia lakukan karena sama saja kalau dibilang Bang PD-nim adalah bosnya Vanessa.

"Ah iya, iya. Duduklah, apa yang mau kau bicarakan padaku?" ujar Bang PD. Vanessa langsung menempatkan dirinya di salah satu kursi di ruang rapat itu. Ia sempat terkejut melihat Nam Joon di situ, karena selama menjadi trainee di Big Hit ia tidak pernah bertemu Nam Joon di perusahaan. Kebijakan perusahaan yang membuat mereka seperi itu, di mana trainee perempuan dan trainee laki-laki benar-benar dipisahkan, agar tidak ada yang mempunyai hubungan dalam satu perusahaan.

"Ah, Bang PD-nim kenapa anda tidak mengatakan di telpon tadi kalau anda masih berbicara dengan Nam Joon. Aku sudah bilang aku bisa menunggu." Ujar Vanessa merasa tidak enak. Ia merasa mengganggu pembicaraan mereka. Dan selain itu, Nam Joon dan Vanessa sudah lama tidak berbicara satu sama lain. Bukan berarti mereka tidak tahu bahwa satu sama lain menjadi trainee di perusahaan yang sama, hanya saja mereka sibuk satu sama lain jadi tidak begitu sering dalam menghubungi satu sama lain. Ia merasa canggung dengan Nam Joon.

"Justru itu. Aku sengaja memintamu datang saat ini karena aku rasa ini hal yang tepat untuk membicarakan tentang kontrak dan debut kalian nanti. Lagipula kalian adalah saudara sepupu, bukankah lebih nyaman berbicara bersama dengan saudara sendiri?" Ujar Bang PD-nim.

Vanessa dan Nam Joon hanya melirik satu sama lain. Mereka duduk bersebrangan. Ya, keadaannya lumayan canggung.

Ok, this is awkward

The 8thWhere stories live. Discover now