13). Nathan, Nevan, and Tamara

Start from the beginning
                                    

Tatapan Naura mengunci kedua mata milik Tamara, sehingga cewek itu bisa melihat adanya kesedihan dan luka di sana. Sedangkan Nevan, dia lebih memilih untuk membuang tatapannya ke luar jendela seakan tidak peduli, meski rahangnya mengeras.

"Yang saya tau, dia berteman baik sama kamu karena untuk pertama kalinya saya merasakan perubahan pada Nathan yang awalnya murung menjadi ceria dan bersemangat, yang membuatnya mirip seperti Nevan. Mungkin kalo dia nggak sakit dan wajahnya nggak pucat, saya nggak bisa bedain yang mana Nathan sama Nevan. Lalu, tidak lama kemudian, kecelakaan itu terjadi...."

"Itu kelalaian saya karena nggak menjaga Vio dengan baik yang saat itu masih terlalu muda, sama seperti kamu dan Nathan." Rio menimpali ketika sadar kalau suara Naura mulai tersendat-sendat. Juga, sekarang adalah bagiannya menceritakan tentang kecelakaan itu. "Mobil yang Vio kemudikan tidak sengaja menabrak kalian berdua. Akhirnya, kamu satu-satunya yang bisa diselamatkan karena Nathan yang melindungi kamu dengan tubuhnya sendiri."

Tamara tidak sadar sejak kapan air matanya menetes. Yang dia sadari adalah, rasa sakit dalam ulu hatinya kambuh kembali meski sudah tidak dibarengi dengan rasa pusing seperti tadi.

"Saya tahu, apa pun yang saya lakukan, tidak akan bisa mengembalikan Nathan Anindira. Itulah sebabnya, saya berharap dengan memberikan kasih sayang sama kamu, dan dukungan moril serta dukungan material pada keluarga Anindira, bisa membuat perasaan saya lebih baik. Perasaan bersalah itu akan tetap ada sampai akhir hayat hidup, tetapi saya tetap akan menebusnya semampu dan semaksimal saya."

Vio terhenyak dengan perkataan papanya dan dia merasa seperti tertampar. Seharusnya dia tidak boleh merasa iri dengan kebaikan papanya pada Tamara. Mengapa dia begitu bodoh? Dia yang bersalah dan hanya terselamatkan oleh fakta karena dia berada di bawah umur.

Harris memperhatikan ekspresi Tamara dan berharap di dalam hatinya semoga cewek itu tidak sampai pingsan seperti waktu tiga tahun lalu di rumah sakit. Meski sebenarnya dia menginginkan Tamara mengubur memorinya sampai selamanya, cowok itu mau tidak mau mengakui kebenaran yang dikatakan Rio.

Karena di antara semua orang yang berada di ruangan ini, Tamara pastilah yang paling ingin tahu kebenarannya.

Untung saja doa Harris terkabul. Tamara memang tidak sampai pingsan, tetapi dia menangis hebat lagi, membuat cowok itu segera memeluknya, mengabaikan ekspresi muram Nevan yang kentara tepat ketika ekor matanya menangkap basah pelukan mereka.

"Aku minta maaf sama Kak Naura dan lo--Nevan," ucap Tamara bersungguh-sungguh setelah mulai bisa mengendalikan dirinya, meski suaranya terdengar begitu memilukan dan tersendat-sendat. "Aku malah lupain memori penting itu. Akhirnya gue tau alasannya kenapa lo selalu benci sama gue. Gue bener-bener minta maaf sama kalian."

Naura beranjak, lantas membungkukkan tubuhnya melewati meja kaca di tengah-tengah mereka hanya untuk menghapus jejak air mata di wajah Tamara. "Ssshhh. Kamu jangan nangis lagi, ya. Nggak ada yang salahin kamu. Itu udah jadi takdir yang nggak bisa dicegah oleh siapapun. Kamu liat sendiri kan tadi saya pukul kepalanya Nevan? Itu artinya saya hukum dia karena terlalu cepat beritahu kamu kebenarannya. Meskipun demikian, karena semuanya udah terjadi, kita sama-sama saling mengobati, ya?"

Tamara mengangguk, meski air matanya masih tidak rela untuk berhenti menetes. Cewek itu hendak menolehkan kepalanya pada Rio untuk mengucapkan terima kasih padanya juga, tetapi tepat pada saat itu ekor matanya menangkap sepasang netra Nevan yang tengah memandanginya.

Jika Tamara boleh mendeskripsikannya, tatapan mata Nevan yang sekarang sudah jauh berbeda dari sebelumnya. Jika sebelumnya sepasang mata itu sarat akan kebencian, kini matanya menunjukkan kalau dia sedang terluka, dan mau tidak mau Tamara merasa terdorong untuk memberikannya dukungan moril seperti yang sempat Harris lakukan padanya, yaitu pelukan.

Tamara tulus bersimpati pada Nevan, karena meski cowok itu tidak mengalami gangguan mental, dia juga pasti mengalami penderitaan yang efeknya sebelas dua belas dengannya.

Seperti nasihat Naura padanya untuk saling mengobati, apakah dia juga boleh mengobati luka Nevan?

Tamara masih belum mempunyai keberanian untuk melakukan keinginan itu, sehingga dia memilih untuk mengulurkan tangan kanannya ke arah Nevan, melewati tubuh Vio yang duduk di antara mereka.

"Gue minta maaf, ya?" ucap Tamara dengan sepenuh hati, meski Naura telah mengatakan bahwa dia tidak bersalah.

Nevan sempat ragu, tetapi akhirnya dia membalas uluran tangan Tamara. "Hmm gue keliru sama lo. Jadi... maafin gue juga, ya."

Harris tampak tidak senang meski seharusnya itu hanyalah sebuah fakta yang tidak berefek. Mau Nevan memaafkan Tamara atau tidak, yang jelas dia tidak akan memberikan kesempatan pada cewek itu untuk menaruh perasaan pada seorang Nevan Anindira. Bukankah sudah jelas kalau perasaan Tamara selama ini bukan rasa suka yang sesungguhnya? Eksistensi Nevan hanya mengingatkan Tamara pada Nathan Anindira saja.

Nevan dan Nathan jelas adalah dua pribadi yang berbeda, meski mereka terlahir identik.

Bersambung

My Zone is You [END]Where stories live. Discover now