12). It's the Time

162 49 112
                                    

Sebenarnya, satu-satunya alasan mengapa selama ini Vio tidak pernah mau mengakrabkan diri pada Tamara adalah karena dia tidak bisa menerima kalau papanya harus peduli sama cewek itu bahkan setelah tiga tahun berlalu. Menurutnya, durasi tersebut sudah lebih dari cukup untuk dimaafkan.

Vio bukannya tidak merasa bersalah, dia memang tidak bisa dibenarkan karena telah terlalu iseng mengemudikan mobil Rio tanpa izin yang lantas menyebabkan kecelakaan Tamara dan kembarannya Nevan. Hanya saja umurnya saat itu terlalu muda dan kesalahannya disepakati sebagai kelalaian di bawah umur. Juga, Rio telah mempertanggungjawabkan semua yang pria itu bisa lewat jalur hukum.

Namun, meski Vio kesal karena papanya sebaik itu pada Tamara dan bahkan kerapkali memujinya, cowok itu tidak benar-benar membencinya. Dia hanya tidak merasa perlu untuk dekat dengan cewek itu, mengingat dia adalah si lubang hitam yang menyebabkan kecelakaan. Lagi pula, Tamara tidak mempunyai niat untuk mendekatinya juga. Bisa jadi, cewek itu juga merasa canggung berada di dekatnya.

Bagi Vio, ini cukup melegakan karena dia tidak bisa membayangkan jika Tamara berusaha sok kenal sok dekat dengannya.

Vio sekelas dengan Tamara untuk pertama kalinya saat mereka kelas X, bersama Harris dan Vica serta Alvian. Dia masih ingat bagaimana ekspresi Tamara saat tahu kalau mereka sekelas, apalagi tempat duduk mereka tidak terlalu jauh satu sama lain. Semuanya sudah tahu tentang hubungan mereka berdua, tetapi bukan berarti keduanya saling mengakrabkan diri.

Maka dari itu, Vio dan Tamara masih bertahan dalam kecanggungan tersebut sampai keduanya naik kelas.

Tahun ini, mereka sekelas lagi. Vio terpaksa memilih duduk di belakang Tamara alih-alih di sebelahnya bukan karena dia sentimen, melainkan berpikir kalau cewek itu akan merasa tidak nyaman jika dia tiba-tiba duduk di sebelahnya, alih-alih di belakang mengingat hanya dua bangku kosong yang tersisa.

Vio juga yakin, jika mereka bertukar posisi, Tamara pasti akan melakukan hal yang sama. Oleh karenanya, dia berpikir kecanggungan tersebut akan berlanjut seperti yang sudah-sudah.

Namun, persepsinya salah karena sepertinya bukan itu yang semesta inginkan. Sama seperti keduanya terhubung karena kecelakaan tiga tahun yang lalu, mereka terhubung kembali lewat kemunculan Talitha Venesya.

Dan Vio mengakui rupanya tahap pendekatan mereka berdua tidak sesulit itu. Secara alami, kecanggungan di antara keduanya perlahan berkurang.

Sampai pada saat Vio melihat Tamara menangis hingga sesenggukan, cowok itu yakin kalau dia benar-benar cemas padanya. Entah kenapa dia merasa tidak nyaman melihatnya bersedih. Rasanya cukup konyol menyadari bahwa sebelumnya mereka tidak pernah seakrab hingga bisa merasakan perasaan cemas dan ingin memberikan perhatian lebih.

Tamara kembali ke kelas tepat lima menit sebelum bel pulang berdering. Harris menahan tangan Tamara yang hendak kembali ke bangkunya sendiri dengan ekspresi cemas yang kentara.

"Kenapa lo balik?"

"Gue udah mendingan, lo nggak usah khawatir," jawab Tamara dengan nada menutup pembicaraan, sembari melepas tangannya dari cekalan Harris.

Wajah Tamara lebih pucat dari biasanya dan matanya bengkak. Vio sependapat dengan Harris, seharusnya cewek itu tidak perlu kembali ke kelas dengan kondisi tubuh yang lemah seperti itu.

Tamara menundukkan kepalanya, bertekad untuk tidak membalas tatapan siapa pun tetapi kepalanya langsung tegak ketika mendengar Naura berbicara setelah mereka sudah berdoa bersama.

"Nevan-Harris-Vio, kalian temui saya di ruang Kepala Sekolah sekarang. Jangan lupa."

"Ada apa, Ris? Kenapa kalian disuruh ke ruang Kepala Sekolah?" tanya Tamara yang tiba-tiba saja mempunyai firasat buruk. "Jangan bilang kalo—–"

My Zone is You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang