26

18 1 0
                                    

CEPLUNG
CEPLUNG

"Itu keponakan lo?" Tanya gue pada Doyoung yang tengah mengambil tripod dan juga tas kain tebal warna soft pink bergambar kelinci yang berukuran lumayan besar dari bagasi mobil.

Doyoung melihat sekilas anak kecil kira-kira berumur enam tahun yang sedang mencelupkan kedua kakinya ke dalam kolam ikan di halaman rumah seraya melempar-lempar butiran koko crunch yang terletak disamping tubuhnya.

"Itu? Iya, dia namanya Alin, anak kedua Bang Myung." Jawab Doyoung yang kali ini menenteng barang-barang yang gue sebutkan di kedua tangannya. Gue ber-oh-ria dan membantu Doyoung menutup pintu bagasi mobilnya.

Gue dan Doyoung berjalan beriringan, gue yang nggak bisa melihat dia bawa barang-barang berat apalagi tas itu, akhirnya gue pindah disamping kirinya dan menjinjing salah satu pegangan tas itu.

Lumayan.

"Tapi, bukan dia yang punya acara."

Gue mengernyit, "terus siapa?"

"Ada lah.."
"Nanti juga lo kenalan sendiri."

Gue yang tak tahu menahu siapa orang yang dimaksud hanya bisa mengendikkan bahu dan berjalan menyamakan langkah gue dengan Doyoung.

Semoga nggak aneh-aneh.

"Udah dateng aja dek bro." Sapa seorang pria dari ambang pintu masuk yang terlihat lebih dewasa dan matang yang bisa dilihat dari penampilannya. Kemeja putih dengan motif abstrak, celana kain hitam yang disetrika hingga licin, dan tidak memakai sepatu pantofel, malah pakai sepatu converse all star berwarna senada.

"Iya brother bro. Capek juga nyetir kesini dari sekolah."

Gue hanya bisa menampilkan senyum Ciptadent sebagai sapaan pada Om Myung, kakaknya Doyoung.

"Halo? Taeri yang itu ya?"

"Iya Om. Saya anaknya Pak Joon."

"Maaf ya saya jadi agak lupa. Soalnya kamu udah besar, terakhir saya lihat pas kamu masih SMP main ke rumahnya Doy sambil main pesawat-pesawatan di halaman rumah."

Gue tertawa ambyar, ehh hambar karena mengingat masa kelabu itu. Fyi, kertas yang dipakai buat mainan pesawat itu kertas dari mbak-mbak yang itu. Niatnya mau dibuang, eh sama Doyoung malah dibuat origami pesawat katanya biar suatu hari nanti bisa ketemu sama mbak itu.

Terserah lah.

"Iya Om karena saya makhluk hidup jadi masih bertumbuh dan waktu itu saya masih ada jiwa lugu-lugunya, jadi apapun bisa dimainin."

"Emang ya anak IPA."

"Dulu lugu, sekarang bar-bar." Jawab Doyoung dengan kekehan.

"Awww. Sakit Ce Odah." Racau Doyoung seraya menahan rasa sakit di kaki kirinya.

"Lo kenapa sih injak-injak kaki gue?"

"Lo kenapa sih ngatain gue bar-bar?"

"Nggak inget?" Ujar Doyoung seraya menunjuk lengannya dengan jari telunjuknya.

Gue yang tersinggung dan merasa itu adalah sifat bar-bar yang masih gue keluarkan hanya bisa diam dan tak dapat mengucapkan satu kata pun.

Om Myung hanya tertawa menyaksikan kekonyolan kami. "Yuk masuk. Sini tak bantu bawa." Ujar Om Myung yang meraih tas soft pink itu.

"Alin, nanti kaki kamu keriput loh ya?"

"Iya Papa.. ini Alin keluar tuh.." ujar Alin seraya berlari kecil ke arah Om Myung.

Moi et toi (?)| DoyoungWhere stories live. Discover now