20

20 2 2
                                    

"Belum berakhir sampai berakhir"

🐰🐰🐰

Lampu taman yang turut bercahaya menerangi area di sekitar komplek membuat suasana hati gue sedikit demi sedikit ingin terbuka pada Doyoung.
Atmosfer disini mulai terasa canggung sejak gue angkat bicara untuk memberikan usulan jika hari ini harus clear mengenai empat tahun lalu.

Terpaksa atau nggak dari pihak Doyoung, gue hari ini ingin jadi egois.

Kejadian itu menurut gue hanya cerita konyol di masa SMP, dengan kebenaran dan bukti sesuai fakta, pasti langsung selesai kejadian itu. Sayangnya, semesta nggak berkehendak untuk masalah itu cepat selesai. Selama satu tahun gue mencari maksud "From: 016".
Gue nggak ingin salah paham itu membuahkan renggangnya pertemanan gue dan Doyoung.

Tapi, kenapa ini serasa diulur terlalu panjang?

"Sekarang?"

Gue menoleh ke Doyoung, jarak duduk kami sengaja dibuat sedikit berjauhan, "Boleh. Gue bisa mulai sekarang kalau lo mau."
"Lo masih ingat kan, amplop warna pink yang gue taruh di loker lo?"

"Inget. Yang isi suratnya, "Doyoung-ssi, ayo kita pacaran." Jawab Doyoung seraya mengalihkan pandangannya ke arah air mancur berukuran sedang di depan kami.

"Apakah gue pernah manggil nama lo dengan embel-embel -ssi sebagai akhiran?"

Doyoung terdiam sejenak namun nampak berpikir, "nggak. Nggak pernah. Dari situ gue ngerasa ada yang nggak bener."

"Memang. Dan lo lebih memilih percaya sama omongannya Deta. Anak SMP macam dia aja udah pinter nge-drama pada masa itu, gimana gedenya, dicekokin sinetron terus tuh orang. Nggak habis pikir gue." Gue tanpa sadar mendecak sebal seraya menempelkan punggung di sandaran kursi.

Kesal? Ya. Rasa kesal itu muncul lagi setelah gue sendiri membawa-bawa nama Deta.

"Di pojok kanan bawah, ada tulisan 'From: 016'. Gue cari tahu apa maksud dari kode itu, gue nggak akan lepas tangan gitu aja, karena ini menyangkut hubungan pertemanan lo dan gue, gue nggak mau kalau salah satu ada yang kena, tapi yang lainnya lepas tangan gitu aja. Itu bukan gue. Yah.. Sebagai hubungan profesional antar teman lama."

Ck.. hubungan profesional kata gue.

"Jadi intinya lo masih kesel sama gue?" Tanya Doyoung dengan menopang kepalanya satu sisi di senderan kursi.

"Jelas, kan. Gue pernah ngehubungi temen sekelas lo, Lanny. Karena dia ketua kelas dan kenal baik sama gue semenjak di club voli, saat itu gue pernah nanya ke dia siapa nomor presensi 016, mungkin aja dia hafal. Namany "

"Bulan Temaram Nanindah. Dia temen sebangku gue. Bukan dia orangnya." Jawab Doyoung seraya mengambil minuman teh rasa blueberry disampingnya yang tersisa setengah, kemudian menenggaknya sekali minum.

Gue sejenak berpikir dan mendalami lagi teka-teki ini. "Kok lo bisa tahu?"

Doyoung tak langsung menjawab pertanyaan gue, namun malah berjalan ke tempat sampah yang berjarak 7 langkah dari tempat kami duduk. Setelah membuang botol plastik kosong itu, dia berdehem, "Pelaku mana yang nggak akan memberikan bukti? Walaupun rencana dan pengerjaannya rapi, sekecil apapun ada yang nggak sempurna."

Kenapa suasananya jadi serius begini?
Tahu nggak sih, semacam drama penyelidikan gitu. Walaupun kami nggak jauh dari lapangan yang suasananya menyenangkan.

Moi et toi (?)| DoyoungWhere stories live. Discover now